Tuesday, May 31, 2011

Saya Mau Emas 24 Karat !


Alkisah seorang raja yang kaya raya dan sangat baik. Ia mempunyai banyak sekali emas dan kuningan. Karena terlalu banyak sehingga antara emas dan kuningan tercampur menjadi satu.



Suatu hari raja yang baik hati ini memberikan hadiah emas kepada seluruh rakyatnya. Dia membuka gudangnya lalu mempersilahkan rakyatnya mengambil kepingan emas terserah mereka. Karena antara emas dan kuningan tercampur menjadi satu sehingga sulit sekali dibedakan mana yang emas dan mana yang kuningan, lalu mana yang emasnya 24 karat dan mana yang emasnya hanya 1 karat.


Namun karena ada peraturan dari Sang Raja, yaitu bila mereka sudah MEMILIH dan MENGAMBIL SATU dari emas itu, mereka tidak boleh mengembalikannya lagi.
Tetapi raja menjanjikan bagi mereka yang mendapat emas hanya 1 karat atau mereka yang mendapatkan kuningan, mereka dapat bekerja di kebun raja dan merawat pemberian raja itu dengan baik, maka raja AKAN MENAMBAH dan MEMBERIKAN KADAR KARAT itu sedikit demi sedikit.

Mendengar itu bersukacitalah rakyatnya, sambil mengelu-elukan rajanya. Mereka datang dari penjuru tempat dan satu persatu dari mereka dengan berhati-hati mengamat-amati benda-benda itu. Waktu yang diberikan kepada mereka semua ialah SATU SETENGAH HARI, dengan perhitungan SETENGAH HARI UTK MEMILIH, SETENGAH HARI UTK MERENUNGKAN dan SETENGAH HARI LAGI UTK MEMUTUSKAN.

Para prajurit selalu siaga menjaga keamanan pemilihan emas tsb. Karena tidak jarang terjadi perebutan emas yang sama diantara mereka. Selama proses pemilihan berlangsung, seorang prajurit mencoba bertanya kpd salah seorang rakyatnya, “Apa yang kau amat-amati, sehingga satu setengah hari kau habiskan waktumu di sini?”

Jawab orang itu: “Tentu saja aku harus berhati-hati, aku harus mendapatkan emas 24 karat itu.”

Lalu tanya prajurit itu lagi: “Seandainya emas 24 karat itu tidak pernah ada, atau hanya ada satu diantara setumpuk emas ini, apakah engkau masih saja mencarinya? Sedangkan waktumu sangat terbatas?”

Jawab orang itu lagi: Tentu saja tidak, aku akan mengambil emas terakhir yang ada ditanganku begitu waktuku habis.”

Lalu prajurit itu berkeliling dan ia menjumpai seorang yang tampan, melihat perangainya ia adalah seorang kaya. Bertanyalah prajurit itu kepadanya, “Hai orang kaya apa yang kau cari di sini. Bukankah engkau sudah lebih dari cukup?”

Jawab orang kaya itu, “Bagiku hidup adalah uang, kalau aku bisa mengambil emas ini tentu saja itu berarti menambah keuntunganku. ”

Kemudian prajurit itu kembali mengawasi satu persatu dari mereka, maka tampak olehnya seseorang yang sejak satu hari ia selalu menggenggam kepingan emasnya. Lalu dihampirinya orang itu, “Mengapa engkau diam di sini?. Tidakkah engkau memilih emas-emas itu? Atau tekadmu sudah bulat untuk mengambil emas itu?’

Mendengar perkataan prajurit itu,orang ini hanya diam saja. Maka prajurit bertanya lagi,”Atau engkau yakin bahwa itulah emas 24 karat, sehingga engkau tidak lagi berusaha mencari yang lain?”

Orang itu masih terdiam, prajurit itu semakin penasaran. Lalu ia lebih mendekat lagi, “Tidakkah engkau mendengar pertanyaanku? ”

Sambil menatap prajurit, orang itu menjawab: “Tuan,saya ini orang miskin. Saya tidak pernah tahu mana yang emas dan mana yang kuningan. Tetapi HATI SAYA MEMILIH EMAS INI, saya pun tidak tahu berapa kadar emas ini. Atau jika ternyata emas ini hanya kuningan pun saya juga tidak tahu.”

“Lalu mengapa engkau tidak mencoba bertanya kepada mereka atau kepadaku kalau engkau tidak tahu.” Tanya prajurit itu lagi.

“Tuan, emas dan kuningan ini milik raja. Jadi menurut saya hanya raja yang tahu mana yang emas dan mana yang kuningan, mana yang 1 karat dan mana yang 24 karat. Tetapi satu hal yang saya percaya, janji raja untuk mengubah kuningan menjadi emas, itu yang lebih penting.” Jawabnya lugu.

Prajurit ini semakin penasaran, “Mengapa bisa begitu?”

“Bagi saya berapa pun kadar emas ini cukup buat saya. Karena kalau saya bekerja, saya membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk membeli emas Tuan.”

Prajurit tampak tercengang mendengar jawaban dari orang ini, lalu ia melanjutkan perkataannya,

“Lagipula Tuan, peraturannya saya tidak boleh menukar emas yang sudah saya ambil.”

“Tidakkah engkau mengambil emas-emas yang lain dan menukarnya sekarang selagi masih ada waktu?” Tanya prajurit lagi.

“Saya SUDAH MENGGUNAKAN WAKTU ITU, kini waktu setengah hari terakhir saya, inilah saatnya saya mengambil keputusan. Jika saya GANTIKAN EMAS INI DENGAN YANG LAIN, BELUM TENTU SAYA MENDAPAT YANG LEBIH BAIK DARI PUNYA SAYA INI. Saya memutuskan untuk mengabdi pada raja dan merawat milik saya ini, untuk menjadikannya emas yang murni.”

Tak lama lagi lonceng istana berbunyi, tanda berakhir sudah kegiatan mereka. Lalu raja keluar dan berdiri ditempat yang tinggi sambil berkata, “Wahai rakyatku yang kukasihi. Semua emas yang kau genggam itu adalah hadiah yang telah kuberikan. Sesuai dengan perjanjian, tidak seorang pun diperbolehkan menukar atau pun menyia-nyiakan hadiah itu. Jika didapati hal di atas maka orang itu akan MENDAPAT HUKUMAN karena ia tidak menghargai raja.”

Kata-kata raja itu disambut hangat oleh rakyatnya. Lalu sekali lagi di hadapan rakyatnya raja ingin memberitahu tentang satu hal, “Dan ketahuilah, bahwa sebenarnya tidak ada emas 24 karat itu. Hal ini dimaksudkan bahwa kalian semua harus mengabdi kepada kerajaan. Dan hanya akulah yang dapat menambah jumlah karat itu, karena akulah yang memilikinya. Selama satu setengah hari, setengah hari yang kedua yaitu saat kuberikan waktu kepada kalian semua untuk merenungkan pilihan, kalian kutunggu untuk datang kepadaku menanyakan perihal emas itu. Tetapi sayang sekali, hanya 1 orang yang datang kepadaku untuk menanyakannya. ”


Demikianlah raja yang baik hati dan bijaksana itu mengajar rakyatnya. Dan selama bertahun-tahun ia dengan sabar menambah karat satu persatu dari emas rakyatnya.
(Dikutip dari: “When We Have to Choice” / Kumpulan Sharing dan Cerpen)


====================================
Berharap melalui alkisah di atas kita dapat merefleksi diri dalam mencari pasangan hidup:

BAGI YANG SEDANG MENCARI PASANGAN (setengah hari untuk memilih) MEMILIH memang boleh, tapi MANUSIA TIDAK ADA YANG SEMPURNA, jangan lupa emas-emas itu milik sang raja jadi hanya dia yang tahu menahu masalah itu. Artinya setiap manusia milik Tuhan, jadi berdoalah untuk berkomunikasi denganNYA tentang pasangan anda.

BAGI YANG TELAH MEMPEROLEH PASANGAN (setengah hari untuk merenungkan) Mungkin pertama kali Anda mengenal, si dia nampak emas 24 karat.Ternyata setelah bertahun-tahun kenal, si dia hanya berkadar 10 karat. Diluar, memang KITA DIHADAPKAN DENGAN BANYAK PILIHAN, sama dengan rakyat yang memilih emas tadi. Akan tetapi pada saat KITA SUDAH MENDAPATKANNYA BELUM TENTU WAKTU KITA MELEPASKANNYA KITA MENDAPAT YANG LEBIH BAIK. Jadi jika dalam tahap ini Anda merasa telah mendapatkan dia, hal yang terbaik dilakukan ialah menilai secara objective siapa dia (karena itu KETERBUKAAN dan KOMUNIKASI sangat penting dalam menjalin hubungan) dan MENYELARASKAN HATI. Anda bersamanya.. Begitu Anda tahu tentang HAL TERJELEK dalam dirinya sebelum Anda menikah itu lebih baik. Dengan demikian Anda tidak merasa shock setelah menikah. Tinggal BAGAIMANA ANDA MENERIMANYA. Anda mampu menerimanya atau tidak, Anda mengusahakan perubahannya atau tidak.

“CINTA SELALU BERJUANG” Jangan anggap tidak pernah ada masalah dalam jalan cinta Anda. Justru jika dalam tahap ini Anda tidak pernah mengalami masalah dengan pasangan Anda (TIDAK PERNAH BERTENGKAR MUNGKIN) Anda malah harus berhati-hati, karena ini adalah hubungan yang tidak sehat, berarti banyak kepura-puraan yang ditampilkan dalam hubungan Anda. Yang terpenting adalah NIAT BAIK DIANTARA PASANGAN, sehingga dengan KOMITMEN dan CINTA, SEGALA SESUATU SELALU ADA JALAN KELUARNYA. Meskipun dalam tahap ini Anda masih punya waktu setengah hari lagi untuk memutuskan, artinya Anda masih dapat berganti pilihan, akan tetapi PERTIMBANGKAN DENGAN BAIK hal ini.

BAGI YANG TELAH MENIKAH (setengah hari untuk memutuskan) Dalam tahap ini, siapa pun dia berarti Anda telah mengambil keputusan untuk memilihnya. Jangan berpikir untuk mengambil keuntungan dari pasangan Anda. Jika ini terjadi berarti Anda EGOIS, sama halnya dengan orang kaya di atas. Dan dengan demikian Anda TIDAK PERNAH PUAS DENGAN DIRI PASANGAN ANDA, maka tidak heran banyak terjadi perselingkuhan. Anda tidak boleh merasa menyesal dengan pilihan Anda sendiri. Jangan kuatir raja selalu memperhatikan rakyatnya dan menambah kadar karat pada emasnya.

Jadi percayalah kalau Tuhan pasti akan memperhatikan Anda dan DIA YANG PALING BERKUASA MENGUBAH SETIAP ORANG. Perceraian bukanlah solusi, sampai kapan kita harus menikah lalu bercerai, menikah lagi dan bercerai lagi??

Ingatlah si dia adalah HADIAH, siapa pun dia terimalah dia karena sekali lagi itulah pilihan Anda. Ingat ini adalah setengah hari terakhir yaitu waktu untuk memutuskan, setelah itu Anda tidak boleh menukar atau menyia-nyiakan emas Anda. Jadi peliharalah pasangan Anda sebagaimana HADIAH TERINDAH YANG TELAH TUHAN BERIKAN. Dan apa pun yang terjadi dengan pasangan Anda komunikasikanlah dengan Tuhan, KARENA DIA YANG MEMILIKI HATI SETIAP MANUSIA.

sumber : heartnsouls.com
======================



Amsal 3:5-8 "Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan; itulah yang akan menyembuhkan tubuhmu dan menyegarkan tulang-tulangmu"

Sunday, May 29, 2011

"Playing God"


Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang.
Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.

*****

Sebenarnya yang diburu manusia bukanlah uang, tapi apa yang bisa dilakukan dengan uang.

Dengan uang, manusia “seolah” keluar dari keterbatasannya,
dan menjadi tidak terbatas, sama seperti Allah yang menciptakan manusia,

Semakin banyak uang yang dimiliki, maka semakin manusia bebas dari keterbatasannya,
Karena dengan uang, manusia bisa membeli, memiliki dan menikmati apa saja yang dikehendaki,
Itulah pikiran sebagian manusia saat memburu uang, bahkan menyiksa dirinya untuk mendapatkan uang.

Persepsi yang diciptakan iklan dan para penjual adalah, jika Anda punya uang, maka segala kenikmatan,
kemudahan, kemewahan, Anda bisa dapatkan.

Jika punya tabungan minimal 500 juta rupiah, maka bisa menjadi nasabah prioritas,
Tidak perlu antri, dapat layanan khusus dengan berbagai kemudahan dari perbankan.

Jika punya dana di atas 1 milyar, bisa membeli mobil mewah, jok kulit dengan kesempurnaan interior,
Dirancang untuk memberikan keamanan tertinggi jika ada kecelakaan, bahkan kaca tahan peluru.

Jika punya uang berlebih, tidak perlu takut menghadapi macet Jakarta, karena bisa sewa helikopter,
Yang sewanya bisa mencapai 1.700 USD / jam. Jadi sekali ke bandara bisa sekitar 15 juta rupiah.

Dengan uang yang berlimpah, seorang anak gadis bisa beli ganti model baju tiap hari, tas, sepatu,
Dan ditopang life style selalu punya ‘gadget’ terbaru yang belum dimiliki teman-temannya.

Dengan dana yang kuat, seorang anak muda bisa memuaskan hoby otomotif yaitu modifikasi mobil ,
Nongkrong di café mahal dan koleksi jam mewah.

Seorang ibu rajin sekali datang ke pesta, karena ingin menunjukkan koleksi tas terbarunya,
Yang bisa berharga ratusan juta satu buah tas.

Seorang ibu yang sedang lagi sorotan berita karena perkara korupsi di negeri ini,
Dikabarkan di satu majalah nasional, mempunyai koleksi satu lemari tas Hermes dan Louis Vuitton.
Ada satu tas Hermes model Birkin, harganya Rp. 948 juta.

Jika diurut, akan banyak sekali tawaran yang bisa dilakukan dengan memiliki uang,
Sampai kemudian tidak peduli dengan hukum, aturan dan etika, bahkan tidak peduli dengan Tuhan.

Dengan uang banyak manusia ingin “Playing God”, bertindak seolah dia Tuhan.
Apalagi dengan suasana seperti Indonesia, dimana masih banyak hal yang bisa dibeli.

Banyak berita, polisi, jaksa, hakim, disogok untuk bertindak sesuai keinginan si penyogok,
Hukum dijadikan seperti komoditas dagang, yang ada harganya.
Jika bayar sekian, hanya dituntut ini saja, bahkan bisa jadi bebas.

Bahkan sudah masuk penjara sekalipun, dengan uang bisa mengatur fasilitas,
Termasuk keluar masuk penjara, melanggar semua aturan yang ditetapkan.

Dengan uang citra seseorang bisa dibentuk, di bombardir dengan iklan, team sukses dan amplop,
Maka itu bisa terjadi, seorang yang sedang jadi tersangka korupsi bisa menang di pemilu kepala daerah.
Seorang anak muda, yang tidak punya pengalaman politik apapun, terpilih menjadi bupati,
Hanya karena didukung modal kampanye yang sangat kuat, dibanding para pesaingnya.

Untuk memiliki uang, apalagi sampai berlimpah, tidaklah mudah.
Dengan kerja keras, barangkali orang bisa punya uang,
tapi hanyalah ’sebatas cukup’ dengan berbagai keterbatasan.

Tapi untuk bisa mempunyai banyak uang, sampai level bisa menembus banyak keterbatasan,
Maka banyak manusia melakukan hal melanggar hukum, aturan dan etika.
Itulah yang disebut cinta akan uang adalah akar dari segala kejahatan

Korupsi, adalah hal paling mudah kita temukan, karena sudah 13 tahun semenjak reformasi 1998,
Menjadi issue tiap hari di tengah-tengah bangsa ini.

Bagi yang tidak punya kesempatan korupsi, maka melakukan hal-hal yang sesuai konteks dirinya.
Ada anak gadis yang merelakan diri jadi kaki tangan bandar narkoba, ada yang jadi ’simpanan’ orang berduit, dll
Demi menunjang gaya hidup hedonis.

Pada ujungnya, kita sering melihat dan membaca, akhir dari “cinta uang’ adalah siksaan,
Baik secara langsung atapun setelah jangka panjang.

Tapi itulah manusia, walau fakta sudah menunjukan seperti itu,
tapi masih terus muncul (bahkan makin hebat) perilaku dan gaya hidup cinta uang.

Kita perlu bersikap, supaya tidak jatuh dalam hidup cinta uang.
Bagaimana caranya ?

Langkah pertama adalah belajar hidup dalam keterbatasan.
Itu adalah salah satu senjata efektif melawan godaan kejahatan karena uang.
Mencukupkan diri dengan apa yang sah menjadi milik dan hak kita.

Manusia boleh mempunyai ambisi untuk menaikkan taraf hidup,
rumah sendiri, supaya tidak kontrak, atau rumah yang lebih besar,
punya mobil daripada naik motor terus, atau mobil yang lebih mewah,
jalan-jalan keluar negeri, (masak hanya dalam negeri terus ?),
tabungan atau investasi di masa tua, dan berbagai jenis keinginan manusia.

Tapi janganlah akibat cita-cita tersebut (yang butuh uang untuk mewujudkannya),
Kita menjadi hamba uang dan bahkan mau (rela) melakukan kejahatan demi mencapai tujuan.

Yesus sangat jelas meneladankan kemampuan hidup dalam keterbatasan.
Dia adalah Tuhan, yang tidak terbatas keberadaanNya, tapi Dia rela menjadi manusia,
Yang terbatas dari lahir, bahkan lahir sangat sederhana dalam kandang di kesunyiaan.

Sepanjang hidup, Yesus tidak pernah diceritakan hidup berlimpah secara materi
tapi Dia hidup berlimpah dalam kasih dan perhatian kepada manusia.

Kita butuh uang, kita perlu uang,
Untuk beli beras, bayar listrik, beli pakaian.

Bahkan dengan memiliki uang yang lebih dari kita butuhkan,
Kita bisa menolong orang lain dalam kebutuhan hidupnya.

Tapi uang bukanlah tujuan hidup, walau memang kita perlu uang untuk hidup.
Apa yang menjadi fokus hidup kita di dunia ini ?

*****

Sumber: milis.

Monday, May 23, 2011

Don't Worry


Lia bingung memikirkan nasibnya. Usaha yang baru ia rintis sekarang gagal total dan bangkrut. Mitra bisnis yang tadinya menyediakan dana untuk usaha sekarang menjelek-jelekkan dirinya karena kegagalannya. Lia gagal karena kurang berpengalaman dan banyaknya pesaing yang usahanya sama dan sudah terkenal. Dalam kebingungan dan tidak punya uang, Lia memilih bergantung kepada Tuhan. Dua bulan ia menganggur tapi berkat Tuhan senantiasa mengalir. Saat perut lapar dan uang tak ada di dompet, ada saja teman atau tetangga yang secara tak terduga mengirimkan makanan. Saat tak punya uang untuk membeli kebutuhan sehari-hari, ada beberapa teman yang kadang minta tolong kepadanya untuk melakukan sesuatu dan ia mendapat sedikit uang untuk menyambung hidupnya. Dalam masa dua bulan itu, Lia sadar bahwa Tuhan tak pernah membiarkan ia berkekurangan. Tuhan selalu mencukupkan segala kebutuhannya. Kini Lia sudah memiliki pekerjaan dan bisa memenuhi kebutuhannya dengan baik.

Situasi seperti Lia mungkin pernah kita alami. Mendadak usaha yang kita tekuni bangkrut, bagi yang karyawan mendadak terkena perampingan karena krisis ekonomi, atau mungkin rumah kita dirampok atau terbakar. Dalam kesulitan yang begitu besar dan mendadak itu, bagaimana kita menanggapinya? Apakah kita memilih menengelamkan diri sendiri dalam kesedihan dan menyalahkan Tuhan, atau kita memilih untuk menyerahkan sepenuhnya hidup kita dalam tangan-Nya yang seperti Lia lakukan?

Saat kita memilih untuk terus bersedih, beban kita malah semakin berat dan kita jadi sulit melihat jalan keluar. Orang yang sedang depresi jadi sukar melihat penyertaan-Nya. Tapi, kalau kita memilih untuk berserah kepada Tuhan dan tetap mengucap syukur, maka Ia akan membuka jalan bagi kita untuk menyelesaikan masalah yang ada. Dalam masa kekurangan, Tuhan akan cukupkan segala kebutuhan kita dengan cara-cara yang tidak pernah terpikir oleh kita. Jangan khawatir saat kesulitan datang karena kita punya Allah yang Maha Pengasih. Ia selalu menyediakan berkat-Nya bahkan saat kita tidur. Tak akan pernah kita ditinggalkan berjalan sendiri, Tuhan akan menuntun kita melewati kesulitan dan membuat kita menjadi pemenang atas kesulitan yang ada. Miliki keyakinan bahwa Ia sanggup mencukupkan semua, sesulit apapun keadaan kita.

Tuhan kecil


Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. - Keluaran 20:3


Mungkin Anda pernah mendengar nama P.D. James, seorang penulis misteri yang sangat terkenal dari Inggris. Dalam salah satu novelnya yang berjudul The
Children of Men, ia menulis pernyataan yang menarik, “Jika dari sejak kecil Anda memperlakukan anak-anak Anda seperti tuhan-tuhan, kemungkinan besar mereka akan berperilaku seperti setan-setan di kelak kemudian hari.”

Pernyataan P.D. James tersebut ada benarnya juga. Jika kita memperlakukan anak kita secara berlebih, bahkan sudah masuk dalam taraf memberhalakan anak, maka itu akan menciptakan pola asuh yang sangat buruk bagi anak kita. Anggaplah anak kita seolah-olah ia adalah tuhan kecil bagi kita. Turutilah semua hal yang ia inginkan. Berikan proteksi secara berlebihan. Jangan pernah memarahinya, apalagi menghukumnya. Jika ia berlaku kurang ajar, tertawakanlah dan anggaplah itu sebagai kelucuan seorang anak. Intinya, anggaplah anak kita adalah segala-galanya dan kalau perlu buatlah anak kita tahu betapa kita sangat memanjakannya. Itu seperti menyimpan bom waktu bagi keluarga kita sendiri di kelak kemudian hari.

Jangan buat anak seperti tuhan kecil bagi kita. Jika memang anak kita salah, disiplinkanlah. Kitalah yang harus mengatur anak kita, bukannya anak yang
berlaku seolah-olah ia adalah tuhan yang bisa mengendalikan hidup kita. Kitalah yang harus mendidik agar anak taat kepada kita sebagai orang tua, bukannya anak yang berlaku seolah-olah ia adalah tuhan dan kita harus taat kepadanya.

Jika kita sudah terbiasa memanjakan anak kita, memang mempraktekkan kebenaran ini adalah hal yang sangat sulit. Kita mungkin akan merasa tertuduh, solah-olah kita tidak menyayangi anak kita ketika menjatuhkan disiplin kepada anak kita yang berbuat salah. Tapi, percayalah bahwa lambat laun kita akan mengerti bahwa hukuman dan disiplin adalah bagian dari kasih. Jadi, berhentilah memperlakukan anak seolah ia adalah tuhan bagi kita.

Perlakukan anak Anda seperti tuhan-tuhan, kemungkinan besar mereka akan berperilaku seperti setan-setan. - P.D. James

Friday, May 20, 2011

Memuaskan Diri Sendiri


Kecongkakan, makanan yang berlimpah-limpah dan kesenangan hidup ada padanya dan pada anak-anaknya perempuan, tetapi ia tidak menolong orang-orang sengsara dan miskin. —Yehezkiel 16:49Bacaan:
Yehezkiel 16:48-56

Suatu pusat pertokoan papan atas di London meluncurkan sebuah kartu belanja baru yang dapat dijadikan hadiah dengan slogan, "Kado untuk Memuaskan Diri Sendiri". Di seluruh penjuru pertokoan itu, papan-papan penanda, slogan-slogan, dan bahkan tanda pengenal karyawan pun berusaha menarik perhatian pengunjung pada kartu baru itu. Menurut seorang karyawan, angka penjualan kartu tersebut sangat tinggi selama minggu pertama promosinya, jauh melampaui target yang diperkirakan perusahaan. Sikap murah hati mungkin mendorong seseorang untuk memberikan kado mewah bagi seseorang yang spesial. Namun, terlalu sering kita merasakan bahwa jauh lebih mudah membeli sesuatu yang kita inginkan untuk diri kita sendiri.

Yehezkiel memberikan pencerahan bagi suatu kota kuno yang penduduknya menderita penghukuman Allah. Salah satu sebabnya adalah karena mereka menganut gaya hidup yang memuaskan diri sendiri. "Lihat, inilah kesalahan Sodom, kakakmu yang termuda itu: kecongkakan, makanan yang berlimpah-limpah dan kesenangan hidup ada padanya dan pada anak-anaknya perempuan, tetapi ia tidak menolong orang-orang sengsara dan miskin. Mereka menjadi tinggi hati dan melakukan kekejian di hadapan-Ku; maka Aku menjauhkan mereka sesudah Aku melihat itu" (Yeh. 16:49-50).

Sepanjang sejarah, Tuhan telah menindak keras umat-Nya yang bersikap sombong, berkelimpahan makanan, dan tidak peduli terhadap sesamanya (ay.49). Obat penawar untuk racun pemuasan diri sendiri ini adalah kerinduan untuk menyenangkan Allah dan melayani orang lain, bukan diri kita sendiri (Flp. 2:4).

Pemuasan diri sendiri adalah kado yang tidak kita perlukan. —DCM


Ada yang patah semangat dan hatinya berbeban berat,
Tolonglah mereka hari ini!
Ada yang harus memulai perjalanannya menuju ke surga,
Tolonglah mereka hari ini! —Breck

Semakin lebih kita melayani Kristus, semakin berkurang kita melayani diri sendiri.

Thursday, May 19, 2011

Tiket Kereta


Semenjak kecil, saya takut untuk memperingati hari ibu karena tak berapa lama setelah saya lahir, saya dibuang oleh ibu saya.

Setiap kali peringatan hari ibu, saya selalu merasa tidak leluasa karena selama peringatan hari ibu semua acara televisi menayangkan lagu tentang kasih ibu, begitu juga dengan radio dan bahkan iklan biskuit pun juga menggunakan lagu tentang hari ibu.

Saya tidak bisa meresapi lagu-lagu seperti itu. Setelah sebulan lebih saya dilahirkan, saya ditemukan oleh seseorang di stasiun kereta api Xin Zhu. Para polisi yang berada di sekitar stasiun itu kebinggungan untuk menyusui saya. Tapi pada akhirnya, mereka bisa menemukan seorang ibu yang bisa menyusui saya. Kalau bukan karena dia, saya pasti sudah menanggis dan sakit. Setelah saya selesai disusui dan tertidur dengan tenang, para polisi pelan-pelan membawa saya ke De Lan Center di kecamatan Bao Shan kabupaten Xin Zhu. Hal ini membuat para biarawati yang sepanjang hari tertawa ria akhirnya pusing tujuh keliling.

Saya tidak pernah melihat ibu saya. Semasa kecil saya hanya tahu kalau saya dibesarkan oleh para biarawati. Pada malam hari, di saat anak-anak yang lain sedang belajar, saya yang tidak ada kerjaan hanya bisa menggangu para biarawati. Pada saat mereka masuk ke altar untuk mengikuti kelas malam, saya juga akan ikut masuk kedalam.

Terkadang saya bermain di bawah meja altar, mengganggu biarawati yang sedang berdoa dengan membuat wajah-wajah yang aneh. Dan lebih sering lagi ketiduran sambil bersandar di samping biarawati. Biarawati yang baik hati itu tidak menunggu kelas berakhir terlebih dahulu, tetapi dia langsung menggendong saya naik untuk tidur. Saya curiga apakah mereka menyukai saya karena mereka bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk keluar dari altar.

Walaupun kami adalah anak-anak yang terbuang, tetapi sebagian besar dari kami masih memiliki keluarga. Pada saat tahun baru ataupun hari raya, banyak sanak saudara yang datang menjemput. Sedangkan saya, dimana rumah saya pun saya tidak tahu.

Juga karena inilah para biarawati sangat memperhatikan anak-anak yang tidak memiliki sanak saudara sehingga mereka tidak memperbolehkan anak-anak lain menggangu kami. Sejak kecil prestasi saya cukup bagus dan para biarawati mencarikan banyak pekerja sosial untuk menjadi guru saya. Kalau dihitung-hitung sudah cukup banyak yang menjadi pengajar saya. Mereka adalah lulusan dan dosen dari universitas Jiao dan universitas Qing, lembaga penelitian, dan insinyur. Guru yang mengajarkan saya IPA pada tahun sebelumnya adalah seorang mahasiswa dan sekarang dia telah menjadi asisten dosen. Guru yang mengajari saya Bahasa Inggris adalah seorang yang jenius. Tidak heran sejak kecil kemampuan saya dalam berbahasa Inggris sudah bagus.

Para biarawati juga memaksa saya untuk belajar piano. Semenjak kelas 4 SD, saya telah menjadi pianis di gereja dan pada saat misa saya yang bertanggung jawab untuk bermain piano. Karena didikan yang saya dapatkan di gereja, kemampuan berbicara saya pun juga bagus. Di sekolah saya sering mengikuti lomba berpidato, pernah juga menjadi perwakilan alumni untuk mengikuti debat.

Tetapi saya sama sekali tidak pernah mendapatkan peran yang penting dalam acara peringatan hari ibu..

Walaupun saya suka memainkan piano tetapi saya mempunyai satu prinsip. Saya tidak akan memainkan lagu-lagu yang berhubungan dengan hari ibu, kecuali jika ada orang yang memaksa saya. Tetapi tetap saja saya tidak akan memainkan lagu-lagu tersebut atas dasar keinginan saya sendiri.

Terkadang saya pernah berpikir, siapakah ibu saya? Saat membaca novel, saya menebak bahwa saya adalah anak haram, ayah meninggalkan ibu dan ibu yang masih muda akhirnya membuang saya.

Mungkin karena kepintaran saya yang cukup bagus, ditambah lagi dengan adanya bantuan dari pengajar yang sepenuh hati membantu, saya dengan lancar bisa lolos ujian masuk jurusan arsitektur di Universitas Xin Zhu. Saya menyelesaikan kuliah sambil bekerja sambilan. Biarawati Sun yang membesarkan saya terkadang datang mengunjungi saya. Jika teman-teman kuliah saya yang bandel-bandel itu melihat biarawati Sun, mereka akan langsung berubah menjadi kalem. Banyak teman-teman saya yang setelah mengetahui latar belakang saya, datang menghibur saya. Mereka juga mengakui, bahwa saya mempunyai pembawaan yang baik, dikarenakan saya dibesarkan oleh para biarawati

Saat wisuda, orang tua dari mahasiswa lain semua berdatangan, sedangkan keluarga saya satu-satunya yang hadir hanya biarawati Sun.

Kepala jurusan saya bahkan meminta biarawati Sun untuk foto bersama.

Di masa wajib militer, saya kembali ke De Lan Center. Tiba-tiba saja di hari itu biarawati Sun ingin membicarakan hal yang serius dengan saya. Dia mengambil sebuah amplop surat dari raknya dan dia mempersilahkan saya untuk melihat isi-isi dari amplop surat itu.

Di dalam amplop surat itu, terdapat dua lembar tiket kereta.

Biarawati Sun berkata pada saya bahwa pada saat polisi mengantar saya ke tempat ini, dalam baju saya terselip dua lembar tiket perjalanan dari tempat tinggal asal ibu saya menuju stasiun Xin Zhu.

Tiket pertama adalah tiket bus dari salah satu tempat di bagian selatan menuju ke Ping Dong. Dan tiket yang satunya lagi adalah tiket kereta api dari Ping Dong ke Xin Zhu. Ini adalah tiket kereta api yang lambat. Dari situ saya baru tahu bahwa ibu kandung saya bukanlah orang yang berada.

Biarawati Sun mengatakan pada saya bahwa mereka biasanya tidak suka mencari latar belakang dari bayi-bayi yang telah ditinggalkan. Oleh karena itu, mereka menyimpan dua tiket kereta ini dan memutuskan untuk memberikannya pada saat saya sudah dewasa.

Mereka telah lama mengamati saya dan pada akhirnya mereka menyimpulkan bahwa saya adalah orang yang rasional. Jadi seharusnya saya mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalah ini. Mereka pernah pergi ke kota kecil ini dan menemukan bahwa jumlah penduduk kota kecil itu tidak banyak. Jadi jika saya benar-benar ingin mencari keluarga saya, seharusnya saya tidak akan menemui kesulitan.

Saya selalu terpikir untuk bertemu dengan orang tua saya. Tetapi setelah memegang dua tiket ini, mulai timbul keraguan dalam hati saya. Saya sekarang hidup dengan baik, mempunyai ijazah lulusan S1, dan bahkan memiliki seorang teman wanita akan menjadi teman hidup saya. Mengapa saya harus melihat ke masa lalu? Mencari masa lalu yang benar-benar asing bagi saya. Lagi pula besar kemungkinan kenyataan yang didapatkan adalah hal yang tidak menyenangkan.

Biarawati Sun justru mendukung saya untuk pergi ke kota asal ibu saya. Dia menggangap kalau saya akan memiliki masa depan yang cerah.

Jika teka-teki tentang asal-usul kelahiran saya tidak dijadikan alasan sebagai bayangan gelap dalam diri saya, dia terus membujuk diri saya untuk memikirkan kemungkinan terburuk yang akan saya hadapi, yang seharusnya tidak akan menggoyahkan kepercayaan diri saya terhadap masa depan saya.

Saya akhirnya berangkat ke kota yang berada di daerah pegunungan, yang bahkan tidak pernah saya dengar namanya. Dari kota Ping Dong saya harus naik kereta api selama satu jam lebih untuk tiba di sana .

Saat musim dingin, walaupun berada di daerah selatan, di kota ini hanya terdapat satu kantor polisi, satu pos kota, satu Sekolah Dasar, dan satu Sekolah Menengah Pertama, selain itu tidak ada lagi gedung yang lainnya.

Saya bolak-balik ke kantor polisi dan pos kota untuk mencari data kelahiran saya. Akhirnya saya menemukan dua dokumen yang berhubungan dengan diri saya. Dokumen pertama adalah data mengenai kelahiran seorang anak laki-laki. Dokumen kedua adalah data laporan kehilangan anak. Hilangnya anak itu adalah di saat hari kedua saya dibuang satu bulan lebih setelah saya dilahirkan. Menurut keterangan dari biarawati, saya ditemukan di stasiun Xin Zhu. Sepertinya saya sudah menemukan data-data kelahiran saya.

Sekarang masalahnya adalah ayah saya telah meninggal dunia dan ibu saya juga telah meninggal dunia beberapa bulan yang lalu. Saya mempunyai seorang kakak laki-laki. Kakak saya telah meninggalkan kota dan tidak tahu ke mana perginya.

Karena ini adalah kota kecil, maka semua orang saling mengenal.

Seorang polisi tua di kantor polisi memberitahu saya, bahwa ibu saya selalu bekerja di SMP. Dia lalu membawa saya menemui kepala SMP itu.

Kepala sekolah itu adalah seorang wanita dan beliau menyambut saya dengan ramah. Dia membenarkan bahwa ibu saya pernah bekerja di sini.

Dan beliau sangat baik hati, sedangkan ayah saya adalah orang yang sangat malas. Saat pria yang lain pergi ke kota untuk mencari pekerjaan, hanya ayah yang tidak mau pergi. Di kota kecil, ayah hanya bekerja sebagai pekerja musiman. Padahal di dalam kota sama sekali tidak ada pekerjaan yang bisa dia kerjakan.

Oleh karena itu, seumur hidup dia hanya mengandalkan ibu saya yang bekerja sebagai pekerja kasar. Karena tidak memiliki pekerjaan, suasana hatinya menjadi sangat tidak baik. Jadi seringkali dia mabuk- mabukan. Dan setelah mabuk, terkadang ayah memukul ibu atau kakak saya. Walaupun setelah itu ayah merasa menyesal, kebiasaan buruk ini sangat susah untuk diubah. Ibu dan saudara saya terusik seumur hidup olehnya. Pada saat kakak duduk di kelas dua SMP, dia kabur dari rumah dan semenjak saat itu ayah tidak pernah kembali lagi.

Sepengetahuan ibu kepala sekolah, ibu itu memiliki anak kedua. Namun setelah berumur satu bulan lebih, secara misterius anak itu menghilang begitu saja. Saat ibu kepala sekolah tahu bahwa saya dibesarkan di sebuah panti asuhan di daerah utara, beliau mulai menanyakan banyak hal kepada saya dan saya menjelaskannya satu per satu.

Beliau mulai tergerak hatinya dan kemudian mengeluarkan selembar amplop surat . Amplop ini ditinggalkan ibu saya sebelum ibu meninggal dan ditemukan di samping bantalnya. Kepala sekolah berpikir bahwa di dalamnya pasti terdapat barang-barang yang bermakna. Oleh karena itu, dia menyimpannya dan menunggu sampai ada keluarganya yang datang mengambil.

Dengan tangan yang gemetar, saya membuka amplop itu. Dalam amplop itu berisi tiket kereta api. Semua itu adalah tiket-tiket perjalanan dari kota kecil di bagian selatan ini menuju kecamatan Bao Shan kabupaten Xin Zhu, dan semuanya disimpan dengan baik. Kepala sekolah memberitahu saya bahwa setiap setengah tahun sekali, ibu saya pergi ke daerah di bagian utara untuk menemui salah satu saudaranya.

Namun, tidak ada satu orangpun yang mengenal siapa saudara itu.

Mereka hanya merasa bahwa setiap ibu saya kembali dari sana , suasana hatinya menjadi sangat baik.

Ibu saya menganut agama Budha di hari tuanya. Hal yang paling membanggakan baginya adalah ia berhasil membujuk beberapa orang kaya beragama Budha untuk mengumpulkan dana sebesar NT 1.000.000 yang disumbangkan ke panti asuhan yang dikelola oleh agama Katolik. Pada hari penyerahan dana, ibu saya juga ikut hadir.

Saya merasa merinding seketika. Pada suatu kali, ada satu bus pariwisata yang membawa para penganut agama Budha yang berasal dari daerah selatan. Mereka membawa selembar cek bernilai NT 1.000.000 untuk disumbangkan ke De Lan Center.

Para biarawati sangat berterimakasih dan mereka mengumpulkan semua anak-anak untuk berfoto bersama para penyumbang. Pada saat itu, saya yang sedang bermain basket. Saya juga ikut dipanggil dan dengan tidak rela, saya pun ikut berfoto bersama mereka. Sekarang saya menemukan foto itu di dalam amplop ini. Saya meminta orang untuk menunjukkan yang mana ibu saya. Saya tersentak seketika. Yang lebih membuat saya terharu adalah di dalamnya terdapat foto kenangan- kenangan wisuda saya yang telah difotokopi. Foto itu adalah foto saya bersama teman-teman saya yang sedang mengenakan topi toga. Saya juga termasuk di dalam foto itu. Ibu saya, walaupun telah membuang saya, tetap datang mengunjungi saya. Mungkin saja ! dia juga menghadiri acara wisuda saya.

Dengan suara tenang, kepala sekolah berkata, “Kamu seharusnya berterima kasih pada ibumu.

Dia membuangmu demi mencarikanmu lingkungan hidup yang lebih baik. Jika kamu tetap tinggal di sini, bisa-bisa kamu hanya lulus SMP, lalu pergi ke kota mencari kerja. Di sini hampir tidak ada orang yang mengecap pendidikan SMU. Lebih gawatnya lagi, jika kamu tidak tahan terhadap pukulan dan amarah ayahmu setiap hari, bisa-bisa kamu seperti kakakmu yang kabur dari rumah dan tidak pernah kembali lagi.” Kepala sekolah kemudian memanggil guru yang lain untuk menceritakan hal-hal tentang saya.

Semuanya mengucapkan selamat karena saya bisa lulus dari Universitas Guo Li. Ada seorang guru yang berkata, bahwa di sini belum ada murid yang berhasil masuk ke Universitas Guo Li.

Saya tiba-tiba tergerak untuk melakukan sesuatu. Saya bertanya kepada kepala sekolah apakah di dalam sekolah ada piano. Beliau berkata bahwa pianonya bukan piano yang cukup bagus, tetapi terdapat organ yang masih baru. Saya membuka tutup piano dan menghadap matahari di luar jendela dan saya memainkan satu per satu lagu tentang ibu. Saya ingin orang-orang tahu, walaupun saya dibesarkan di panti asuhan tetapi saya bukanlah yatim piatu karena saya memiliki para biarawati yang baik hati dan senantiasa mendidik saya.

Mereka bagaikan ibu yang membesarkan saya, mengapa saya tidak bisa menganggap mereka selayaknya ibu saya sendiri? Dan juga ibu saya selalu memperhatikan saya. Ketegasan dan pengorbanannya lah yang membuat saya memiliki lingkungan hidup yang baik dan masa depan yang gemilang.

Prinsip yang saya tetapkan telah dilenyapkan. Saya bukan saja bisa memainkan lagu peringatan hari ibu, tetapi saya juga bisa menyanyikannya. Kepala sekolah dan para guru juga ikut bernyanyi.

Suara piano juga tersebar ke seluruh sekolah dan suara piano saya pasti berkumandang sampai ke lembah. Di senja hari ini, penduduk- penduduk di kota kecil akan bertanya, “Kenapa ada orang yang memainkan lagu tentang ibu?” Bagi saya hari ini adalah hari ibu.

Sebuah amplop yang dipenuhi tiket kereta api membuat saya untuk selamanya tidak takut untuk memperingati hari ibu.

Ini adalah sebuah kisah nyata dari rektor Universitas Ji Nan yang bernama Li Jia Tong.

“Berterima kasihlah kepada mereka yang telah membesarkan dan membimbing kita, hingga kita dewasa dan mencapai sebuah kesuksesan. Sekalipun mereka bukanlah ibu atau ayah kandung yang telah membesarkan kita. Tetapi ingatlah selalu budi yang telah diberikan kepada kita, hingga kita bisa seperti sekarang ini”.

Penjaga Kereta


Anthony, adalah seorang penjaga lintasan kereta api yang baik hati dan berkeja dengan sangat bertanggung jawab akan segala tugas yang diberikan kepadanya. lintasan yang akan dilalui kereta yang dijaga oleh Anthony adalah sebuah sungai. Ketika tidak ada kereta yan lewat, Anthony harus membuka rel tersebut supaya bisa dilintasi oleh perahu yang hendak melintas. Sungai tersebut tidaklah terlalu lebar dan semua sudah diperlengkapi secara mekanik dan elektronik. Sehingga tugas Antony tidaklah begitu berat.

Anthony memiliki seorang Anak tunggal yang begitu dikasihnya. Namanya George. George adalah anak yang pintar,berbakti dan rajin. George yang masih berumur 6 tahun juga rajin sekali berdoa dan ke Gereja mengikuti misa pagi bersama ayahnya.

Suatu pagi yang cerah. George mengikuti ayahnya ke tempat kerja. Sambil makan pagi mereka bercanda dengan riang gembira.

ketika George mau berjalan pulang yang rumahnya tidak terlalu jauh dari tempat kerja ayahnya. Tiba-tiba George melihat kereta yang datang dari kejauhan yang datangnya lebih awal dari jadwal. karena bermaksud hendak mengingatkan ayahnya. George jatuh dilintasan itu dan kakinya terkillir tidak bisa bangun.

Dalam situasi yang begitu menegangkan, hanya tersisa dua pilihan buat Anthony. Jika Anthony menutup lintasan kereta tersebut, bisa dipastikan anak yang begitu dikasihnya itu akan mati terlindas kereta, namun semua penumpang yang ada di dalam kereta akan selamat. Jikan Anthony menyelamatkan anaknya dan tidak menutup lintasan kereta tersebut maka anaknya tentu akan selamat, tetapi semua penumpang di kereta itu akan tewas mengenaskan.

Apa yang dipilih Anthony ? Dia memilih untuk menutup lintasan itu sehingga semua penumpang yang ada di dalam kereta itu selamat dan dia telah mengorbankan anak yang begitu dikasihnya melebihi dirinya sendiri.

Siapakah penumpang kereta tersebut ?? Penumpang itu adalah KITA SEMUA. Ya, penumpang itu adalah kita semua. George adalah Yesus Kristus yang begitu dikasihi oleh BapaNya. Namun demi keselamatan kita, Dia Rela mengorbankan anaknya yang tunggal bagi kita semua.

Seperti Anthony yang tidak peduli ada pemabok, narkotik, pelacur, pembunuh di dalam kereta itu di samping orang yang baik-baik. Dia tetap memilih menyelamatkan penumpang kereta tersebut ketimbang anak tunggalnya sendiri.

Demikian pula Bapa...., Tuhan Kita juga tidak mempedulikan semua dosa-dosa kita, Dia rela mengorbankan anak TunggalNYA yang begitu suci dan mulia untuk kita.

Terima kasih Tuhan. Terima kasih Yesus...!!! Puji dan syukur hanya KEPADAMU !!!.

Ave Maria !!! Ave Maria !!! Ave Maria !!!

Saturday, May 14, 2011

Tuhan... Beri aku satu jam saja [ Los Felidas ]


Los Felidas adalah nama sebuah jalan di ibu kota sebuah negara di Amerika Selatan, yang terletak di kawasan terkumuh diseluruh kota. Ada sebuah kisah yang menyebabkan jalan itu begitu dikenang orang, dan itu dimulai dari kisah seorang pengemis wanita yang juga ibu seorang gadis kecil. Tidak seorang pun yang tahu nama aslinya, tapi beberapa orang tahu sedikit masa lalunya, yaitu bahwa ia bukan penduduk asli disitu, melainkan dibawa oleh suaminya dari kampung halamannya.

Seperti kebanyakan kota besar di dunia ini, kehidupan masyarakat kota terlalu berat untuk mereka, dan belum setahun mereka di kota itu,mereka kehabisan seluruh uangnya, dan pada suatu pagi mereka sadar bahwa mereka tidak tahu dimana mereka tidur malam nanti dan tidak sepeserpun uang ada dikantong. Padahal mereka sedang menggendong bayi mereka yang berumur 1 tahun.

Dalam keadaan panik dan putus asa, mereka berjalan dari satu jalan ke jalan lainnya, dan akhirnya tiba di sebuah jalan sepi dimana puing-puing sebuah toko seperti memberi mereka sedikit tempat untuk berteduh. Saat itu angin Desember bertiup kencang, membawa titik-titik air yang dingin. Ketika mereka beristirahat dibawah atap toko itu, sang suami berkata: “Saya harus meninggalkan kalian sekarang. Saya harus mendapatkan pekerjaan, apapun, kalau tidak malam nanti kita akan tidur disini.”



Setelah mencium bayinya ia pergi. Dan ia tidak pernah kembali. Tak seorangpun yang tahu pasti kemana pria itu pergi, tapi beberapa orang seperti melihatnya menumpang kapal yang menuju ke Afrika. Selama beberapa hari berikutnya sang ibu yang malang terus menunggu kedatangan suaminya, dan bila malam tidur di emperan toko itu.

Pada hari ketiga, ketika mereka sudah kehabisan susu, orang-orang yang lewat mulai memberi mereka uang kecil, dan jadilah mereka pengemis di sana selama 6 bulan berikutnya. Pada suatu hari, tergerak oleh semangat untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, ibu itu bangkit dan memutuskan untuk bekerja. Masalahnya adalah di mana ia harus menitipkan anaknya, yang kini sudah hampir 2 tahun, dan tampak amat cantik jelita. Tampaknya tidak ada jalan lain kecuali meninggalkan anak itu disitu dan berharap agar nasib tidak memperburuk keadaan mereka. Suatu pagi ia berpesan pada anak gadisnya, agar ia tidak kemana-mana, tidak ikut siapapun yang mengajaknya pergi atau menawarkan gula-gula. Pendek kata, gadis kecil itu tidak boleh berhubungan dengan siapapun selama ibunya tidak ditempat. “Dalam beberapa hari mama akan mendapatkan cukup uang untuk menyewa kamar kecil yang berpintu, dan kita tidak lagi tidur dengan angin di rambut kita”.



Gadis itu mematuhi pesan ibunya dengan penuh kesungguhan. Maka sang ibu mengatur kotak kardus dimana mereka tinggal selama 7 bulan agar tampak kosong, dan membaringkan anaknya dengan hati-hati di dalamnya. Di sebelahnya ia meletakkan sepotong roti. Kemudian, dengan mata basah ibu itu menuju kepabrik sepatu, di mana ia bekerja sebagai pemotong kulit. Begitulah kehidupan mereka selama beberapa hari, hingga di kantong sang Ibu kini terdapat cukup uang untuk menyewa sebuah kamar berpintu di daerah kumuh. Dengan suka cita ia menuju ke penginapan orang-orang miskin itu, dan membayar uang muka sewa kamarnya.



Tapi siang itu juga sepasang suami istri pengemis yang moralnya amat rendah menculik gadis cilik itu dengan paksa, dan membawanya sejauh 300 kilometer ke pusat kota. Di situ mereka mendandani gadis cilik itu dengan baju baru, membedaki wajahnya, menyisir rambutnya dan membawanya ke sebuah rumah mewah dipusat kota. Di situ gadis cilik itu dijual. Pembelinya adalah pasangan suami istri dokter yang kaya, yang tidak pernah bisa punya anak sendiri walaupun mereka telah menikah selama 18 tahun. Mereka memberi nama anak gadis itu Serrafona, dan mereka memanjakannya dengan amat sangat. Di tengah-tengah kemewahan istana itulah gadis kecil itu tumbuh dewasa.

Ia belajar kebiasaan-kebiasaan orang terpelajar seperti merangkai bunga, menulis puisi dan bermain piano. Ia bergabung dengan kalangan-kalangan kelas atas, dan mengendarai Mercedes Benz kemanapun ia pergi. Satu hal yang baru terjadi menyusul hal lainnya, dan bumi terus berputar tanpa kenal istirahat.



Pada umurnya yang ke-24, Serrafona dikenal sebagai anak gadis Gubernur yang amat jelita, yang pandai bermain piano, yang aktif di gereja, dan yang sedang menyelesaikan gelar dokternya. Ia adalah figure gadis yang menjadi impian tiap pemuda, tapi cintanya direbut oleh seorang dokter muda yang welas asih, yang bernama Geraldo. Setahun setelah perkawinan mereka, ayahnya wafat, dan Serrafona beserta suaminya mewarisi beberapa perusahaan dan sebuah real-estate sebesar 14 hektar yang diisi dengan taman bunga dan istana yang paling megah di kota itu. Menjelang hari ulang tahunnya yang ke-27, sesuatu terjadi yang merubah kehidupan wanita itu.

Pagi itu Serrafona sedang membersihkan kamar mendiang ayahnya yang sudah tidak pernah dipakai lagi, dan di laci meja kerja ayahnya ia melihat selembar foto seorang anak bayi yang digendong sepasang suami istri. Selimut yang dipakai untuk menggendong bayi itu lusuh, dan bayi itu sendiri tampak tidak terurus, karena walaupun wajahnya dilapisi bedak tetapi rambutnya tetap kusam. Sesuatu ditelinga kiri bayi itu membuat jantungnya berdegup kencang. Ia mengambil kaca pembesar dan mengkonsentrasikan pandangannya pada telinga kiri itu. Kemudian ia membuka lemarinya sendiri, dan mengeluarkan sebuah kotak kayu mahoni. Di dalam kotak yang berukiran indah itu dia menyimpan seluruh barang-barang pribadinya, dari kalung-kalung berlian hingga surat-surat pribadi.

Tapi diantara benda-benda mewah itu terdapat sesuatu terbungkus kapas kecil, sebentuk anting-anting melingkar yang amat sederhana, ringan dan bukan emas murni. Ibunya almarhum memberinya benda itu sambil berpesan untuk tidak kehilangan benda itu. Ia sempat bertanya, kalau itu anting-anting, dimana satunya. Ibunya menjawab bahwa hanya itu yang ia punya. Serrafona menaruh anting-anting itu didekat foto. Sekali lagi ia mengerahkan seluruh kemampuan melihatnya dan perlahan-lahan air matanya berlinang.



Kini tak ada keragu-raguan lagi bahwa bayi itu adalah dirinya sendiri. Tapi kedua pria wanita yang menggendongnya, yang tersenyum dibuat-buat, belum penah dilihatnya sama sekali. Foto itu seolah membuka pintu lebar-lebar pada ruangan yang selama ini mengungkungi pertanyaan - pertanyaannya, misalnya: kenapa bentuk wajahnya berbeda dengan wajah kedua orang tuanya, kenapa ia tidak menuruni golongan darah ayahnya.

Saat itulah, sepotong ingatan yang sudah seperempat abad terpendam, berkilat di benaknya, bayangan seorang wanita membelai kepalanya dan mendekapnya di dada. Di ruangan itu mendadak Serrafona merasakan betapa dinginnya sekelilingnya tetapi ia juga merasa betapa hangatnya kasih sayang dan rasa aman yang dipancarkan dari dada wanita itu. Ia seolah merasakan dan mendengar lewat dekapan itu bahwa daripada berpisah lebih baik mereka mati bersama. Matanya basah ketika ia keluar dari kamar dan menghampiri suaminya yang sedang membaca koran: “Geraldo, saya adalah anak seorang pengemis, dan mungkinkah ibu saya masih ada di jalan sekarang setelah 25 tahun?” Itu adalah awal dari kegiatan baru mereka mencari masa lalu Serrafonna.

Foto hitam-putih yang kabur itu diperbanyak puluhan ribu lembar dan disebar ke seluruh jaringan kepolisian diseluruh negeri. Sebagai anak satu-satunya dari bekas pejabat yang cukup berpengaruh di kota itu, Serrafonna mendapatkan dukungan dari seluruh kantor kearsipan, kantor surat kabar dan kantor catatan sipil. Ia membentuk yayasan-yayasan untuk mendapatkan data dari seluruh panti-panti orang jompo dan badan-badan sosial di seluruh negeri dan mencari data tentang seorang wanita.



Bulan demi bulan lewat, tapi tak ada perkembangan apapun dari usahanya. Mencari seorang wanita yang mengemis 25 tahun yang lalu di negeri dengan populasi 90 juta bukan sesuatu yang mudah. Tapi Serrafona tidak punya pikiran untuk menyerah. Dibantu suaminya yang begitu penuh pengertian, mereka terus menerus meningkatkan pencarian mereka. Kini, tiap kali bermobil, mereka sengaja memilih daerah-daerah kumuh, sekedar untuk lebih akrab dengan nasib baik. Terkadang ia berharap agar ibunya sudah almarhum sehingga ia tidak terlalu menanggung dosa mengabaikannya selama seperempat abad. Tetapi ia tahu, entah bagaimana, bahwa ibunya masih ada, dan sedang menantinya sekarang. Ia memberitahu suaminya keyakinan itu berkali-kali, dan suaminya mengangguk-angguk penuh pengertian.



Pagi, siang dan sore ia berdoa: “Tuhan, ijinkan saya untuk satu permintaan terbesar dalam hidup saya: temukan saya dengan ibu saya”. Tuhan mendengarkan doa itu. Suatu sore mereka menerima kabar bahwa ada seorang wanita yang mungkin bisa membantu mereka menemukan ibunya. Tanpa membuang waktu, mereka terbang ke tempat itu, sebuah rumah kumuh di daerah lampu merah, 600 km dari kota mereka. Sekali melihat, mereka tahu bahwa wanita yang separoh buta itu, yang kini terbaring sekarat, adalah wanita di dalam foto. Dengan suara putus-putus, wanita itu mengakui bahwa ia memang pernah mencuri seorang gadis kecil ditepi jalan, sekitar 25 tahun yang lalu. Tidak banyak yang diingatnya, tapi diluar dugaan ia masih ingat kota dan bahkan potongan jalan dimana ia mengincar gadis kecil itu dan kemudian menculiknya. Serrafona memberi anak perempuan yang menjaga wanita itu sejumlah uang, dan malam itu juga mereka mengunjungi kota dimana Serrafonna diculik.



Mereka tinggal di sebuah hotel mewah dan mengerahkan orang-orang mereka untuk mencari nama jalan itu. Semalaman Serrafona tidak bisa tidur. Untuk kesekian kalinya ia bertanya-tanya kenapa ia begitu yakin bahwa

ibunya masih hidup sekarang, dan sedang menunggunya, dan ia tetap tidak tahu jawabannya.

Dua hari lewat tanpa kabar. Pada hari ketiga, pukul 18:00 senja, mereka menerima telepon dari salah seorang staff mereka. “Tuhan maha kasih, Nyonya, kalau memang Tuhan mengijinkan, kami mungkin telah menemukan ibu Nyonya. Hanya cepat sedikit, waktunya mungkin tidak banyak lagi.” Mobil mereka memasuki sebuah jalanan yang sepi, dipinggiran kota yang kumuh dan banyak angin. Rumah-rumah di sepanjang jalan itu tua-tua dan kusam. Satu, dua anak kecil tanpa baju bermain-main ditepi jalan. Dari jalanan pertama, mobil berbelok lagi kejalanan yang lebih kecil , kemudian masih belok lagi kejalanan berikutnya yang lebih kecil lagi. Semakin lama mereka masuk dalam lingkungan yang semakin menunjukkan kemiskinan.



Tubuh Serrrafona gemetar, ia seolah bisa mendengar panggilan itu. “Lekas, Serrafonna, mama menunggumu, sayang”. Ia mulai berdoa “Tuhan, beri saya setahun untuk melayani mama. Saya akan melakukan apa saja”. Ketika mobil berbelok memasuki jalan yang lebih kecil, dan ia bisa membaui kemiskinan yang amat sangat, ia berdoa: “Tuhan beri saya sebulan saja”. Mobil belok lagi kejalanan yang lebih kecil, dan angin yang penuh derita bertiup, berebut masuk melewati celah jendela mobil yang terbuka. Ia mendengar lagi panggilan mamanya, dan ia mulai menangis: “Tuhan, kalau sebulan terlalu banyak, cukup beri kami seminggu untuk saling memanjakan”.



Ketika mereka masuk belokan terakhir, tubuhnya menggigil begitu hebat sehingga Geraldo memeluknya erat-erat. Jalan itu bernama Los Felidas. Panjangnya sekitar 180 meter dan hanya kekumuhan yang tampak dari sisi ke sisi, dari ujung keujung. Di tengah-tengah jalan itu, di depan puing - puing sebuah toko, tampak onggokan sampah dan kantong - kantong plastik, dan ditengah-tengahnya, terbaring seorang wanita tua dengan pakaian sehitam jelaga, tidak bergerak-gerak. Mobil mereka berhenti diantara 4 mobil mewah lainnya dan 3 mobil polisi. Di belakang mereka sebuah ambulans berhenti, diikuti empat mobil rumah sakit lain. Dari kanan kiri muncul pengemis-pengemis yang segera memenuhi tempat itu. “Belum bergerak dari tadi.” Lapor salah seorang. Pandangan Serrafona gelap tapi ia menguatkan dirinya untuk meraih kesadarannya dan turun. Suaminya dengan sigap sudah meloncat keluar, memburu ibu mertuanya. “Serrafona, kemari cepat! Ibumu masih hidup, tapi kau harus menguatkan hatimu.”



Serrafona memandang tembok dihadapannya, dan ingat saat ia menyandarkan kepalanya ke situ. Ia memandang lantai di kakinya dan ingat ketika ia belajar berjalan. Ia membaui bau jalanan yang busuk, tapi mengingatkannya pada masa kecilnya. Air matanya mengalir keluar ketika ia melihat suaminya menyuntikkan sesuatu ke tangan wanita yang terbaring itu dan memberinya isyarat untuk mendekat. “Tuhan”, ia meminta dengan seluruh jiwa raganya, “beri kami sehari, Tuhan, biarlah saya membiarkan mama mendekap saya dan memberitahunya bahwa selama 25 tahun ini hidup saya amat bahagia. Jadi mama tidak menyia-nyiakan saya”. Ia berlutut dan meraih kepala wanita itu kedadanya. Wanita tua itu perlahan membuka matanya dan memandang keliling, ke arah kerumunan orang-orang berbaju mewah dan perlente, ke arah mobil-mobil yang mengkilat dan ke arah wajah penuh air mata yang tampak seperti wajahnya sendiri ketika ia masih muda. “Mama….”, ia mendengar suara itu, dan ia tahu bahwa apa yang ditunggunya tiap malam - antara waras dan tidak - dan tiap hari - antara sadar dan tidak - kini menjadi kenyataan. Ia tersenyum, dan dengan seluruh kekuatannya menarik lagi jiwanya yang akan lepas. Perlahan ia membuka genggaman tangannya, tampak sebentuk anting-anting yang sudah menghitam.



Serrafona mengangguk, dan tanpa perduli sekelilingnya ia berbaring di atas jalanan itu dan merebahkan kepalanya di dada mamanya. “Mama, saya tinggal di istana dan makan enak tiap hari. Mama jangan pergi dulu. Apapun yang mama mau bisa kita lakukan bersama-sama. Mama ingin makan, ingin tidur, ingin bertamasya, apapun bisa kita bicarakan. Mama jangan pergi dulu… Mama…” Ketika telinganya menangkap detak jantung yang melemah, ia berdoa lagi kepada Tuhan: “Tuhan maha pengasih dan pemberi, Tuhan….. satu jam saja…. …satu jam saja…..” Tapi dada yang didengarnya kini sunyi, sesunyi senja dan puluhan orang yang membisu. Hanya senyum itu, yang menandakan bahwa penantiannya selama seperempat abad tidak berakhir sia-sia

Sunday, May 8, 2011

Memeluk Penderitaan


Di dunia kita dewasa ini ada suatu perbedaan tajam antara suka cita dan duka cita. Orang cenderung berkata : "Ketika kamu gembira, kamu tidak bisa sedih dan ketika kamu sedih, kamu pasti tidak bisa gembira." Padahal kenyataannya, di dalam masyarakat kita sekarang ini, semua orang berbuat apa saja untuk membuat kesedihan dan kegembiraan terpisah total. Penderitaan dan kesakitan harus dijauhkan sebisa mungkin apapun usahanya, berapapun ongkosnya, karena keduanya adalah kebalikan dari kegembiraan dan kesenangan yang kita inginkan.

Kematian, sakit, keterpurukan manusia, semuanya harus disembunyikan dari pandangan kita, karena mereka membuat kita jauh dari kebahagiaan yang kita kejar. Semuanya itu halangan di perjalanan untuk menuju tujuan hidup.

Visi hidup yang ditawarkan oleh Yesus sungguh sangat kontras dengan visi duniawi seperti itu. Yesus menunjukkan kepada kita, baik dalam pengajaran dan dalam hidupnya, bahwa sukacita sejati tak jarang tersembunyi di balik penderitaan. Dan bahwa tarian kehidupan di temukan benih awalnya dalam ratapan dukacita. Dia mengatakan : "hanya bila biji gandum jatuh ke tanah dan mati, maka ia akan menghasilkan buah berlimpah. hanya bila kita kehilangan nyawa, kita akan mendapatkannya, hanya bila Anak Manusia mati, maka Ia bisa mengutus Roh Kudus."

Kepada dua murid yang putus asa sesudah penderitaan dan kematian-NYA Yesus berkata : "Hai kamu orang-orang bodoh, lamban untuk percaya apa yang telah dinubuatkan para Nabi. Bukankah Kristus harus menderita dan dengan demikian memasuki kemuliaan-NYA ?"

Inilah suatu cara hidup yang sama sekali baru yang diwahyukan dan diperkenalkan oleh Yesus. Inilah jalan di mana penderitaan dapat dipeluk, bukan karena ingin menderita, tetapi dalam kesadaran dan keyakinan bahwa sesuatu yang baru tengah dilahirkan dari penderitaan itu. Yesus menyebut penderitaan kita "sakit mengandung" : "Seorang perempuan sakit mengandung sampai saatnya tiba, namun susudah ia melahirkan anaknya, ia melupakan seluruh penderitaan karena suka cita yang dialami karena seorang anak manusia dilahirkan ke dunia ini." (Yoh 16:21)

Salib merupakan simbol yang luar biasa , mewahyukan visi hidup baru ini. Salib adalah simbol kematian dan kehidupan, penderitaan dan sukacita, kekalahan dan kemenangan. Salib menunjukkan jalan baru kepada kita semua. Salib meretas jalan dan harapan baru.

Refleksi :

"Salib adalah simbol kematian dan kehidupan, penderitaan dan sukacita, kekalahan dan kemenangan."

* Cobalah menggambarkan dengan kata atau ungkapan Anda sendiri, bagaimana Salib menjadi tanda kematian dan hidup, kekalahan dan kemenangan sekaligus.

* Apa artinya tanda salib bagi Anda ?

~Henri Nouwen~

Thursday, May 5, 2011

Pertumbuhan Jiwa


Pertumbuhan jiwa tidak sama dengan pertumbuhan usia, karena usia pasti bertambah, sedangkan jiwa belum tentu/pasti bertambah, bahkan mungkin bisa semakin kerdil.
Lalu mengapa orang sering risau dengan urusan usia? apakah gunanya mencapai umur panjang, jika tidak cukup memperbaiki pertumbuhan jiwa?

Mengapa terlalu cepat bingung dan gelisah, bila orang lain berpendapat bahwa waktunya seharusnya sudah menikah, karena usia/belum cukup usia untuk menikah? atau seharusnya sudah bekerja mencari nafkah? atau seharusnya sudah memiliki rumah sendiri? atau seharusnya sudah memiliki anak? dan sebagainya karena usia.

Jangan bingung mengenai usia anak/seseorang, semuanya pasti bertambah,tak diberi makanpun, usia tetap bertambah. Namun bingunglah dengan bagaimana dengan pertumbuhan jiwa!

Pertumbuhan jiwa tidak dapat dibatasi oleh status, lingkungan, pekerjaan, jenis kelamin, ruang dan waktu. Karena pertumbuhan jiwa adalah soal batiniah, bukan jasmaniah.

Lalu apa yang perlu dipersiapkan untuk soal pertumbuhan jiwa? yaitu hatimu!




==================================
Sirakh 2:1-3 "Anakku, jikalau engkau bersiap untuk mengabdi kepada Tuhan, maka bersedialah untuk pencobaan.


Hendaklah hatimu tabah dan jadi teguh, dan jangan gelisah pada waktu yang malang.
Berpautlah kepada Tuhan, jangan murtad dari pada-Nya, supaya engkau dijunjung tinggi pada akhir hidupmu.


Sirakh 3:23-28 "Jangan bersusah payah mengenai apa yang di luar bidang pekerjaanmu, karena apa yang dinyatakan kepadamu sudah terlalu luas untuk akal insani.
Memang banyak orang telah disesatkan karena tergesa-gesa, dan disimpangkan oleh kepongahan hati yang salah.


Hati tegar akan malang akhirnya, dan barangsiapa cinta kepada bahaya akan jatuh karenanya.
Hati tegar membebani dirinya dengan banyak kesusahan, orang berdosa menimbun dosa demi dosa.

Kemalangan tidak menyembuhkan orang sombong, sebab tumbuhan keburukan berakar di dalam dirinya.

Matius 4:4 Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.

Lukas 12:25-26 "Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta pada jalan hidupnya?

Jadi, jikalau kamu tidak sanggup membuat barang yang paling kecil, mengapa kamu kuatir akan hal-hal lain?

Matius 16:26 Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?

Lukas 12:23 "Sebab hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian

Lukas 12:29-31 "Jadi, janganlah kamu mempersoalkan apa yang akan kamu makan atau apa yang akan kamu minum dan janganlah cemas hatimu.

Semua itu dicari bangsa-bangsa di dunia yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu tahu, bahwa kamu memang memerlukan semuanya itu.

Tetapi carilah Kerajaan-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan juga kepadamu

Yohanes 15:5-6 "Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.

Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.

Yohanes 6:55 "Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman.

Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.

Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku.


Salam Damai dan Doa

"Semoga Allah memberimu Damai"

Wednesday, May 4, 2011


Seorang Guru berkumpul dgn murid2 nya.

Lalu beliau mengajukan 6 pertanyaan.

* Pertanyaan ke 1.
Apa yg paling dekat dgn diri kita di dunia ini ?
Muridnya ada yg menjawab,, "orang tua", "guru", "teman", & "kerabat"
Yg paling dekat dgn kita adalah "kematian".
Sebab kematian adalah PASTI.

* Pertanyaan ke 2.
Apa yg paling jauh dari diri kita ?
Muridnya ada yg menjawab : "Negara Amerika", "bulan", "matahari
Yg paling benar adalah "masa lalu".
Siapa pun kita,,, bagaimana pun kita dan betapa kayanya kita... tetap kita TIDAK bisa kembali ke masa lalu.
Sebab itu kita harus menjaga hari ini & hari2 yg akan datang.

* Pertanyaan ke 3.
Apa yg paling besar di dunia ini ?
Muridnya ada yg menjawab "gunung", "bumi" & "matahari",,
Yg paling besar dari yg ada di dunia ini adalah "nafsu"
Banyak manusia menjadi celaka karena menuruti hawa nafsunya...
Segala cara dihalalkan demi mewujudkan impian nafsu duniawi...
Karena itu, kita harus hati2 dgn hawa nafsu ini


* Pertanyaan ke 4.
"Apa yg paling berat di dunia ini ?"
Di antara muridnya ada yg menjawab, : "baja", "besi" & "gajah"
Yg paling berat adalah "memegang amanah"

* Pertanyaan yg ke 5.
"Apa yg paling ringan di dunia ini ?"
Ada yg menjawab "kapas", "angin", "debu" & "daun 2x an"
Yg paling ringan di dunia ini adalah "Meninggalkan Ibadah"

* Lalu pertanyaan ke 6.
"Apakah yg paling tajam di dunia ini ?"
Muridnya menjawab dgn serentak... "PEDANG !"
Yg paling tajam adalah "lidah manusia"
Karena melalui lidah, manusia dgn mudahnya menyakiti hati,,, & melukai perasaan.

Tuesday, May 3, 2011

Anjing Yang Rakus


Ada seekor anjing yang terasa bingung saking laparnya, seharian penuh tidak mendapatkan makanan. Saat senja tiba, akhirnya dengan penuh gairah ia melihat sepotong daging yang lezat di atas tanah, ia bergegas menggondol daging itu dan berlari ke tempat tinggalnya.

Dalam hati dia merenung

"sungguh beruntung sekali, di luar dugaan bisa mendapatkan daging besar ini, saya harus menikmati dengan sepuasnya."

Sambil berjalan ia berpikir, dan tanpa disadari tiba di sebuah sungai, jika sudah melewati jembatan kecil berarti tempat tinggalnya sudah dekat, berpikir sampai di situ ia lantas menggigit lebih erat lagi daging itu, dan berjalan di atas jembatan penyeberangan. Ia berjalan dengan sangat hati-hati, ketika sampai di tengah jembatan, tanpa sengaja ia memandang ke sungai, dan begitu melihat ke sungai bukan main kagetnya, ia melihat ada seekor anjing di sungai itu, menggondol sepotong daging yang besar dan sedang menatapnya.

Dalam hati ia mulai berpikir

"wah, daging yang digondolnya itu tampaknya lebih besar dibanding daging saya ini! Jika saya sedikit lebih galak terhadapnya, siapa tahu mungkin ia akan melepaskan daging itu dan lari!"

Makin dipikir ia semakin gembira, lalu mulai galak terhadap anjing di sungai itu. Namun, anehnya, anjing itu sepertinya tidak takut sedikit pun terhadapnya. Ia memelototkan mata, dan anjing itu juga memelototkan matanya; ia berbalik, anjing itu juga berbalik, ia menghentakkan kaki, anjing itu juga ikut menghentakkan kakinya.

Akhirnya, ia benar-benar marah, dalam hati berpikir

"lebih baik aku menggigitnya, ia pasti akan lari, dengan begitu aku bisa mendapatkan daging itu,"

lalu, ia membuka moncongnya dan menggonggong dengan keras

"Auh. auh.auh..."

Begitu ia membuka moncongnya, daging dalam gigitannya lalu tiba-tiba terjatuh ke sungai, menghancurkan tubuh anjing yang berada di sungai itu, dan dalam sekejap tenggelam di dalam air lenyap tak berbekas. Percikan air yang dalam menghancurkan semua mimpi si anjing yang rakus ini, dan ia baru menyadari bahwa ternyata anjing itu adalah bayangan dirinya dalam air. Lalu dengan sedih ia menangis "kalau tahu begini aku tidak akan sedemikian rakus, namun kini, saya harus menahan lapar lagi, ke mana aku harus mencari makan?"

Banyak orang ingin bisa hidup dengan lebih baik, harus mendapatkan lebih banyak, maka disadari atau tidak dapat mencelakakan kepentingan orang lain, tidak puas dengan apa yang sudah diperolehnya. Bahkan ada yang tak segan-segan merampas barang milik orang lain. Anjing yang rakus ini demi untuk mendapatkan sepotong daging lebih banyak, malah kehilangan makanan lezatnya, lantas apa yang hilang pada manusia yang rakus? Persaudaraan, persahabatan, hati nurani atau ketenangan hati? Ya, ini semua baru merupakan harta benda yang paling berharga dalam kehidupan! Hargailah semua yang kita miliki, tidak memaksakan sesuatu yang tidak bisa diperoleh, jangan karena rakus lantas malah kehilangan sesuatu yang sudah ada. "Kalau memang milik kita, pasti akan kita miliki, kalau bukan jangan memaksakan kehendak", orang yang tahu menikmati hidup apa adanya, itulah orang yang benar-benar kaya.

Monday, May 2, 2011

Tentang Pencobaan


Anakku, jikalau engkau bersiap untuk mengabdi kepada Tuhan, maka bersedialah untuk pencobaan.” ~ Sirakh 2:1


Mereka yang lebih dicintai Allah adalah juga mereka yang lebih banyak diuji dengan penderitaan dan pencobaan.

Janganlah cemas menghadapi pencobaan-pencobaan, sebab adalah penderitaan yang Allah berikan kepada mereka yang hendak dimiliki-Nya sepenuhnya.

Melalui penderitaan atas pencobaan-pencobaan, Allah bermaksud memurnikanmu, supaya rohmu, karena cinta kasih yang telah dijadikan lebih sempurna, semakin mampu menyatukan diri dengan Yang Mahabaik.

Aku tidak menghendaki engkau menjadi cemas dan khawatir sebab didera pencobaan-pencobaan. Jikalau Allah mengijinkan topan ini, maka pastilah ini karena penyelenggaraan dan cinta kasih-Nya, agar supaya engkau dapat mengenal sedalam-dalamnya ketiadaanmu dan, karena itu, menjadi semakin rendah hati dan waspada.

Jikalau Allah membawamu melalui pencobaan-pencobaan, maka berarti Ia menghendaki agar engkau menjadi kudus, sebab itu Ia memberimu kesempatan untuk melatih banyak keutamaan dengan melawan pencobaan-pencobaan.

Jikalau Allah membiarkanmu digoda oleh nafsu makan, berarti Ia hendak memberikan kepadamu keutamaan pantang makanan; jika Ia mengijinkanmu dicobai oleh nafsu gila hormat, berarti Ia hendak memberikan kepadamu keutamaan kerendahan hati. Maka bersukacitalah bila engkau dicobai dengan pelbagai pencobaan.

Mengalami pencobaan-pencobaan bukanlah dosa; dosa adalah menyerah kepada pencobaan-pencobaan.

Strategi yang harus dipakai dalam pertempuran terhadap pencobaan adalah tetap bersikap tunduk kepada kehendak Allah yang mengijinkan pencobaan-pencobaan itu terjadi dan membiarkan diri didera oleh tangan kasih sayang-Nya.

Persenjatailah dirimu dengan keutamaan-keutamaan Yesus Kristus dan majulah melawan musuh dengan tangan menggenggam tombak salib. Pastilah engkau akan menang dan surga akan meneriakkan pekik kemenanganmu yang akan engkau peroleh dengan kekuatan Sang Penebus.

Pencobaan-pencobaan akan dimenangkan dengan kerendahan hati dan takut akan Allah. Setan melarikan diri dari mereka yang rendah hati, tidak mengandalkan diri sendiri dan takut kepada Allah.

Bila pencobaan datang, larilah segera kepada Allah. Tahukah engkau bagaimana melarikan diri? Dengan mengobarkan kembali iman dan kerendahan hati yang membuatmu makin meniadakan diri dan mengandalkan Allah.

Apabila pencobaan semakin menjadi-jadi, dalam roh berlututlah di hadapan kaki Yesus Tersalib, ucapkanlah kata-kata cinta kasih terhadap-Nya, seperti: Tuhan, tolonglah aku; lebih baik aku mati daripada berdosa terhadap-Mu; aku berserah pasrah kepada-Mu; aku mempercayakan diriku kepada-Mu, sebab Engkau-lah Allah-ku, dan Engkau adalah segalanya bagiku, sebab itu datanglah menolongku, membebaskanku, sebab, jika tidak, aku tiada mampu membuat sesuatu yang baik, melainkan hanya yang jahat yang dapat aku lakukan.

Bersukacitalah apabila Allah Yang Mahabaik mengujimu dengan pencobaan-pencobaan. Betapa baiknya tanda-tanda ini! Percayalah kepadaku: Allah hendak menjadikan engkau kudus.



sumber : “Vox Patris: Nasihat-Nasihat Rohani St Paulus dari Salib”; diterbitkan oleh Biara B. Pio Campidelli, 1998

Bunga berduri yang indah


Sandra masuk ke dalam toko bunga dengan langkah berat.Ia sedang mengalami hal berat dalam kehidupannya. Ketika ia sedang hamil empat bulan pada kehamilannya yang kedua, sebuah kecelakaan mobil merengut nyawa janinnya.

Pada minggu "Thanksgiving" ini, ia mungkin akan melahirkan seorang putra jika kecelakaan itu tidak terjadi. Ia sangat sedih, benar-benar terpukul atas kejadian itu. Tetapi sepertinya, kejadian itu belum cukup, perusahaan di mana tempat suaminya bekerja, menugaskan suaminya untuk bekerja di bagian cabang. Kemudian, adik perempuannya, yang ketika masa liburan tiba selalu mengunjunginya, menghubunginya karena ia tidak dapat berkunjung pada liburan kali ini.

Kemudian teman Sandra menasehati Sandra dengan mengatakan bahwa segala kedukaan yang ia alami adalah jalan Tuhan untuk mendewasakannya sehingga ia dapat bersikap lebih tenggang rasa terhadap penderitaan orang lain. "Ia tidak tahu apa yang aku rasakan," pikir Sandra dengan lirih.

Thanksgiving? Berterima kasih untuk apa? pikirnya. Untuk supir truk yang ceroboh, yang menyerempet mobilnya dengan sangat keras? Untuk kantong udara penyelamat mobil yang menyelamatkan hidupnya, tetapi mengambil hidup bayinya?

"Selamat siang, bisa saya bantu?" secara tiba-tiba ia berhenti dari lamunannya.

"Aku... aku membutuhkan persiapan untuk thanksgiving," jawab Sandra dengan gagap.

"Untuk Thanksgiving? Apakah kamu ingin suatu hal yang indah, tetapi sederhana, ataukah kamu ingin menghadirkan situasi yang berbeda seperti pilihan pelanggan di sini, yang kusebut sebagai 'Thanksgiving istimewa?' tanya penjaga toko.

"Aku yakin bunga-bunga itu menceritakan sesuatu dalam kehidupanmu," lanjutnya.

"Apakah kamu mencari sesuatu yang bisa menyampaikan rasa terima kasihmu pada hari Thanksgiving ini?"

"Tidak juga!" celetuk Sandra. "Dalam lima bulan terakhir ini, semuanya yang bisa menjadi buruk benar-benar menjadi buruk."

Sandra menyesali ucapannya tadi, dan sangat terkejut ketika penjaga toko itu berkata, "Aku telah mempersiapkan sesuatu untukmu di hari Thanksgiving ini."

Pada saat itu, bel pintu toko berbunyi, dan penjaga toko menyalami seorang pelanggan yang baru saja masuk. "Hai, Barbara... tunggu sebentar yah, aku ambilkan pesananmu." Penjaga toko itu masuk ke dalam, menuju ruang kerjanya, kemudian muncul kembali sambil membawa berbagai macam persiapa untuk Thanksgiving, seperti tanaman hijau, pita-pita, dan tangkai bunga mawar duri yang panjang. Anehnya, hanya tangkainya saja, tidak ada bunganya.

"Mau dimasukkan ke dalam kotak?" tanya penjaga toko.

Sandra mengamati reaksi pelanggan itu. Apakah ini hanya lelucon? Siapa yang mau tangkai mawar tanpa bunganya! Ia menunggu seseorang tertawa, tetapi wanita itu tidak tertawa.

"Iya, Tolong yah," jawab Barbara dengan tersenyum.

"Aku kira setelah tiga tahun mengalami Thanksgiving yang istimewa, aku tidak akan tersentuh dengan nilai dari Thanksgiving ini, tetapi aku bisa merasakannya di sini," ia berkata sambil menyentuh dadanya. Dan ia pergi dengan pesanannya.

"Uh," gumam Sandra, "wanita itu telah pergi dengan, uh... ia telah pergi tanpa bunga!"

"Baiklah," kata penjaga toko, "Aku akan memotong bunga itu. Itulah Thanksgiving istimewa. Aku menyebutnya sebagai 'Karangan Bunga Berduri Thanksgiving'."

"Ayolah, kau tidak bisa menyebutkan siapa yang bersedia membayar untuk tangkai bunga seperti itu!" seru Sandra.

"Barbara datang ke toko ini tiga tahun yang lalu dengan perasaan sama seperti yang kau alami sekarang ini," si penjaga toko menjelaskan. "Ia berpikir tidak perlu banyak berterima kasih kepada Tuhan. Ia telah kehilangan ayahnya karena penyakit kanker, bisnis keluarganya juga sedang buruk, putranya terlibat dalam masalah obat-obatan, dan ia tengah menghadapi operasi pembedahan yang sangat serius."

"Pada tahun yang sama, aku kehilangan suamiku," lanjut si penjaga toko, "dan untuk pertama kalinya dalam kehidupanku, aku menghabiskan liburan sendirian. Aku tidak memiliki anak,suami, kerabat dekat, dan memiliki banyak utang."

"Jadi apa yang kau lakukan?" tanya Sandra.

"Aku belajar untuk berterima kasih atas segala penderitaanku," jawab penjaga toko itu dengan pelan. "Dulu aku selalu bersyukur kepada TUHAN atas segala hal yang baik dalam kehidupanku dan tidak pernah mempertanyakan mengapa hal yang terbaik terjadi kepadaku. Tetapi, ketika hal yang buruk menimpaku, aku mempertanyakan berbagai pertanyaan kepada TUHAN, aku menyalahkan TUHAN, aku marah kepada TUHAN! Aku membutuhkan waktu lama untuk mengerti dan mempelajari bahwa saat-saat sulit dan menderita sangatlah penting.

Saat kita menderita itulah, kita memperoleh kekuatan. Aku selalu terlena dengan 'bunga' kehidupanku, tetapi ternyata duri kehidupankulah yang memperlihatkan kepadaku keindahan dari kerahiman TUHAN. Kau tahu, dalam alkitab tertulis bahwa Tuhan selalu menghibur kita ketika kita menderita, TUHAN memberikan kepada kita kekuatan, dan dari penghiburan-NYA lah kita belajar untuk menghibur orang lain."

Sandra mulai berpikir tentang perkataan temannya yang mencoba untuk memberitahukan kepadanya. "Aku rasa yang benar adalah aku tidak perlu dihibur. Aku telah kehilangan bayiku dan aku marah terhadap TUHAN."

Pada saat itu juga seseorang masuk ke dalam toko. "Hey, Phil!" teriak penjaga toko kepada seorang pria botak bertubuh gemuk.

"Istriku memintaku untuk mengambil pesanan Thanksgiving istimewa... dua belas tangkai duri!" canda Phil ketika si penjaga toko menyerahkan sebuah bungkusan persiapan Thanksgiving.

"Semuanya itu adalah untuk istrimu?" tanya Sandra ragu. "Apakah kau keberatan jika aku bertanya mengapa ia menginginkan sesuatu seperti itu pada hari Thanksgiving?"

"Tidak... bahkan aku sangat senang kau bertanya," jawab Phil. "Empat tahun lalu, aku dan istriku hampir bercerai. Setelah empat puluh tahun, kami berada dalam keadaan yang kacau, tetap dengan kasih TUHAN dan bimbingan-NYA, kami berhasil mengatasi masalah demi masalah. TUHAN telah menyelamatkan pernikahan kami. Jenny di sinilah (sang penjaga toko) yang mengatakan kepadaku bahwa ia menyimpan vas bunga yang berisikan tangkai bunga mawar untuk mengingatkan kepadanya apa yang ia pelajari dari saat-saat 'berduri' dalam kehidupannya, dan itu sangatlah menjelaskanku.

Aku membawa beberapa tangkai bunga mawar ke rumah. Lalu aku dan istriku memutuskan untuk menamai setiap tangkai bunga dengan masalah yang kami hadapi, kami berusaha untuk mengerti maksud dari masalah itu, dan ternyata duri-duri yang kami alami itu benar-benar memberikan kekuatan kepada kami, kami berterima kasih kepada TUHAN atas pelajaran dari masalah itu."

Setelah Phil membayar penjaga toko itu, ia berkata kepada Sandra, "Aku sangat menyarankan agar kau mengambil yang 'istimewa' "

"Aku tidak mengetahui apakah aku bisa bersyukur atas duri kehidupanku," kata Sandra. "Semua duri itu masih sangatlah.... baru."

"Baiklah," jawab penjaga toko itu dengan hati-hati, "pengalamanku telah menunjukkan kepadaku bahwa duri dalam kehidupan kita telah membuat bunga-bunga kehidupan kita lebih berharga. Kita menyimpan anugerah TUHAN lebih baik selama kita berada dalam masalah dibandingkan dengan saat-saat lain. Ingat, karena mahkota duri yang Yesus kenakanlah sehingga kita dapat mengalami kasih-NYA. Jangan menyesali duri-duri kehidupanmu. Duri-duri kehidupanmu itulah yang membentukmu dan memberimu kekuatan."

Air mata mengalir deras di pipi Sandra. Untuk pertama kalinya sejak kecelakaan itu, ia menghilangkan duka dan penyesalannya. "Aku akan mengambil dua belas tangkai bunga berduri, tolong yah...." ia berkata sambil terisak-isak.

"Baiklah, aku akan menyiapkan mereka dalam beberapa menit," jawab penjaga toko itu dengan ramah.

"Terima kasih. Berapa semua biayanya?"

"Tidak ada. Tidak ada, yang ada hanya suatu janji bahwa kau akan mengijinkan TUHAN untuk menyembuhkan hatimu. Biarkan aku membelikanmu barang persiapan untuk Thanksgiving tahun pertamamu." penjaga toko itu tersenyum dan menyerahkan sebuah kartu kepada Sandra. "Aku selipkan kartu ini dalam barang-barang persiapan Thanksgiving, tetapi mungkin kau ingin membacanya terlebih dahulu."

Di dalam kartu itu tertulis :

"TUHAN-ku, aku belum pernah bersyukur kepada-MU untuk semua duriku. Aku berterima kasih kepada-MU atas segala bunga kehidupan yang kuterima, tetapi belum pernah sekalipun aku berterima kasih untuk penderitaanku.

Ajarilah aku untuk menanggung beban salibku dengan tabah, ajarilah aku untuk menghargai nilai yang terkandung dari setiap penderitaan atau duri yang kuhadapi.

Tunjukkanlah kepadaku, bahwa lewat jalan yang sulit, menderita dan jalan yang penuh dengan kerikil, setiap hari aku semakin bertambah dekat dengan-MU.

Tunjukkanlah kepadaku, ya TUHAN, lewat air mataku, warna pelangi-Mu yang sangat indah."

Pujilah nama-NYA untuk segala bunga kehidupanmu, berterima kasihlah kepada-NYA untuk semua duri yang kau peroleh...!