Lukas 2:14 - "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya."
Efesus 2:17-18 - Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang "jauh" dan damai sejahtera kepada mereka yang "dekat", karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa.
Pada tahun 1914 ada sebuah kisah menarik yang terjadi di malam Natal. Saat itu terjadi peperangan antara Inggris, Jerman dan Perancis. Di malam Natal seperti itu, pastilah para prajurit ingin berada di rumah, berkumpul dengan keluarga, menyiapkan kado-kado, bernyanyi dan menikmati sukacita serta hidangan yang enak. Tapi kali ini mereka berada jauh dari rumah, jauh dari keluarga dan orang-orang yang dicintai. Salju yang turun menambah dinginnya udara malam dan dinginnya hati mereka. Perut lapar, pakaian yang basah, dinginnya udara dan tempat tinggal yang becek serta ketidaknyamanan suasana perang merupakan satu harmoni yang semakin menghilangkan semangat untuk mengangkat senjata. Ada satu kerinduan untuk duduk bersama keluarga didepan perapian sambil mengunyah kue-kue yang lezat.
Seorang prajurit yang tertembak merintih menahan sakit, sementara yang lain menggigil kedinginan. Pimpinan mereka pun malam itu tidak seperti biasanya. Ia kelihatan sangat bersedih, menangis teringat akan anak dan isterinya. Entah kapan mereka akan pulang dan berada ditengah orang-orang yang mereka kasihi. Mereka semua diam membisu selama beberapa jam, tetapi tiba-tiba nampak cahaya kecil yang bergerak-gerak dari arah pasukan Jerman. Ternyata ada prajurit Jerman yang membuat pohon Natal kecil dan mengangkatnya keatas agar kelihatan. Ia melakukan itu sambil mengalunkan lagu "Stille Nacht, Heilige Nacht" atau lagu "Malam Kudus". Alunan lembut lagu itu membuat hati para prajurit pilu karena mereka teringat suasana Natal ditengah-tengah keluarga. Prajurit Jerman yang menyanyikan lagu itu ternyata adalah seorang penyanyi tenor opera terkenal sebelum dikirim ke medan perang. Sambil menyanyi, prajurit itu berdiri dari tempat persembunyiannnya sehingga musuh dapat melihatnya. Ia ingin menyampaikan makna Natal yang sesungguhnya, yaitu berbagi kasih dan damai. Prajurit tersebut bersedia mengorbankan nyawanya, ia bersedia ditembak oleh musuh karena mereka pasti bisa melihatnya dengan jelas. Tetapi, apakah yang terjadi?
Satu per satu dari masing-masing pasukan keluar dari persembunyian dan ikut menyanyi. Mereka berkumpul bersama dan air mata tidak tertahankan. Seorang prajurit Inggris musuh bebuyutan Jerman malah mengiringi nyanyian tersebut dengan sebuah alat musik tiup yang dibawanya. Tidak ada lagi lawan, tidak ada peperangan, tidak ada benci, yang ada hanya kedamaian didalam kebersamaan. Mereka semua bersama-sama menyanyi dalam bahasa mereka masing-masing, dilanjutkan lagi dengan lagu "Hai Mari Berhimpun". Mereka yang tadinya adalah musuh yang berusaha saling membunuh, kini merasakan aliran damai Natal. Mereka bersama-sama menyembah dan bersyukur atas kelahiran Juruselamat.
Saat ini, jika masih ada luka, kekecewaan, dan kebencian terhadap seseorang, biarkan kuasa Yesus Sang Juruselamat menyembuhkan serta menggantinya dengan damaiNya!
DOA: Ya Tuhan Yesus, pulihkanlah hatiku dari segala luka, kekecewaan dan kebencian. Penuhilah hatiku dengan damaiMu dan jadikan aku baru. Semoga DamaiMu menjadi hadiah Natal terindah bagiku. Amin. SELAMAT NATAL !!!
Friday, December 23, 2011
Poinsettia: Legenda Bunga Natal
Tersebutlah kisah tentang Pepita, seorang gadis Meksiko yang miskin, yang tidak mempunyai hadiah apa-apa untuk dipersembahkan kepada Bayi Yesus pada Misa Malam Natal. Sementara Pepita dan Pedro, sepupunya, berjalan perlahan menuju kapel, hati Pepita merasa amat sedih.
“Aku yakin, Pepita, bahkan hadiah yang paling sederhana sekali pun, jika diberikan dengan cinta, akan berharga di mata-Nya,” hibur Pedro.
Karena tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya, Pepita berlutut di tepi jalan dan mengumpulkan segenggam penuh rumput liar. Ditatanya rumput-rumput liar itu menjadi sebuah karangan rumput yang kecil. Ketika dipandanginya karangan rumput liar yang kasar itu hati Pepita bertambah sedih, juga malu akan hadiahnya yang tidak berarti itu. Pepita berusaha keras untuk menahan air matanya yang hampir menetes, sementara ia memasuki kapel desa yang kecil.
Sedang Pepita melangkah menuju altar, di telinganya terngiang-ngiang kata-kata Pedro yang lembut: “Bahkan hadiah yang paling sederhana sekali pun, jika diberikan dengan cinta, akan berharga di mata-Nya.” Pepita merasakan cintanya yang berkobar-kobar kepada Bayi Yesus sementara ia berlutut untuk mempersembahkan karangan rumputnya di gua Natal. Tiba-tiba, dari karangan rumput Pepita bermekaranlah bunga-bunga indah berwarna merah menyala. Semua yang melihatnya yakin bahwa mereka telah menyaksikan suatu mukjizat Natal yang terjadi di depan mata mereka.
Sejak saat itu, bunga-bunga indah warna merah menyala itu disebut Flores de Noche Buena, atau Bunga-bunga Malam Kudus, karena mereka hanya mekar sekali setahun yaitu pada masa Natal.
Flores de Noche Buena pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat Amerika pada tahun 1825 oleh Joel Roberts Poinsett, seorang duta besar Amerika di Meksiko. Oleh karena itu Flores de Noche Buena disebut juga bunga Poinsettia.
sumber : Paul Ecke Ranch; www.ecke.com/html/h_corp/corp_legend.html
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”
“Aku yakin, Pepita, bahkan hadiah yang paling sederhana sekali pun, jika diberikan dengan cinta, akan berharga di mata-Nya,” hibur Pedro.
Karena tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya, Pepita berlutut di tepi jalan dan mengumpulkan segenggam penuh rumput liar. Ditatanya rumput-rumput liar itu menjadi sebuah karangan rumput yang kecil. Ketika dipandanginya karangan rumput liar yang kasar itu hati Pepita bertambah sedih, juga malu akan hadiahnya yang tidak berarti itu. Pepita berusaha keras untuk menahan air matanya yang hampir menetes, sementara ia memasuki kapel desa yang kecil.
Sedang Pepita melangkah menuju altar, di telinganya terngiang-ngiang kata-kata Pedro yang lembut: “Bahkan hadiah yang paling sederhana sekali pun, jika diberikan dengan cinta, akan berharga di mata-Nya.” Pepita merasakan cintanya yang berkobar-kobar kepada Bayi Yesus sementara ia berlutut untuk mempersembahkan karangan rumputnya di gua Natal. Tiba-tiba, dari karangan rumput Pepita bermekaranlah bunga-bunga indah berwarna merah menyala. Semua yang melihatnya yakin bahwa mereka telah menyaksikan suatu mukjizat Natal yang terjadi di depan mata mereka.
Sejak saat itu, bunga-bunga indah warna merah menyala itu disebut Flores de Noche Buena, atau Bunga-bunga Malam Kudus, karena mereka hanya mekar sekali setahun yaitu pada masa Natal.
Flores de Noche Buena pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat Amerika pada tahun 1825 oleh Joel Roberts Poinsett, seorang duta besar Amerika di Meksiko. Oleh karena itu Flores de Noche Buena disebut juga bunga Poinsettia.
sumber : Paul Ecke Ranch; www.ecke.com/html/h_corp/corp_legend.html
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”
Thursday, December 22, 2011
Kebijaksanaan
Suatu ketika terdapatlah seorang pertapa muda yang sedang bermeditasi dibawa pohon yang teduh dipinggir sungai. Saat sedang konsentrasi tiba-tiba perhatiannya terpecah dengan suara yang berisik. Kemudian ia membuka matanya untuk melihat apa yang terjadi.
Ternyata suara yang ditimbulkan oleh seekor kepiting yang sedang berusaha keras untuk mencapai tepian sungai dengan melawan arus. Karena merasa kasihan, pertapa itu mengulurkan tangannya untuk menolong. Seketika keriting itu dengan sigap menjepit tangan pertapa itu. Meskipun jarinya terluka karena jepitan kepiting, tetapi hati pertapa itu puas karena telah menyelamatkan si kepiting .
Belum lama bersila untuk melanjutkan meditasinya terdengar lagi suara yang sama dari tepi sungai , ternyata keriting itu mengalami kejadian yang sama. Kemudian pertapa itu kembali menggunakan cara yang sama untuk menolong kepiting itu, yang menyebabkan jari-jarinya terluka dan semakin membengkak.
Melihat kejadian ini, ada seorang tua yang kemudian datang dan menegur si pertapa muda itu, “Anak muda, perbuatanmu menolong adalah cerminan hati yang baik. Tetapi , mengapa demi menolong seekor kepiting engkau membiarkan capit kepiting melukai jarimu hingga sobek dan bengkak?”
Pertapa itu mencoba menjelaskan, “Paman, seekor kepiting memang menggunakan capitnya untuk memegang benda dan saya sedang melatih mengembangkan rasa belas kasih. Oleh sebab itu saya tidak mempermasalahkan jari tangan ini terluka, asalkan bisa menolong nyawa makhluk lain, saya sudah senang! “
Mendengar jawaban pertapa itu, kemudian orang tua itu mengambil ranting, lalu dijulurkan kearah kepiting yang terlihat sedang melawan arus. Segera si kepiting menangkap ranting itu dengan capitnya. “Lihat anak muda, melatih mengembangkan sikap belas kasih memang baik, tetapi harus pula disertai dengan kebijaksanaan. Bila tujuan kita baik, untuk menolong makhluk lain, bukankah tidak harus dengan mengorbankan diri sendiri. Ranting pun kita bisa manfaatkan, bukan begitu?” Kata-kata arif itu keluar dari mulut sang orang tua. Seketika itu juga pertapa itu tersadarkan.
-------------------------------------------------
Mempunyai sifat belas kasih, mau memerhatikan dan menolong orang lain adalah perbuatan mulia, entah perhatian itu kita berikan kepada anak kita, orangtua, sanak saudara, teman, atau kepada siapa pun. Tetapi, kalau cara kita salah, sering kali perhatian atau bantuan yang kita berikan bukannya memecahkan masalah, namun justru menjadi bumerang.
Kita yang tadinya tidak tahu apa-apa dan hanya sekadar berniat membantu, malah harus menanggung beban dan kerugian yang tidak perlu. Karena itu, adanya niat dan tindakan berbuat baik, seharusnya diberikan dengan cara yang tepat dan bijak. Dengan begitu, bantuan itu nantinya tidak hanya akan berdampak positif bagi yang dibantu, tetapi sekaligus membahagiakan dan membawa kebaikan pula bagi kita yang membantu.
Ternyata suara yang ditimbulkan oleh seekor kepiting yang sedang berusaha keras untuk mencapai tepian sungai dengan melawan arus. Karena merasa kasihan, pertapa itu mengulurkan tangannya untuk menolong. Seketika keriting itu dengan sigap menjepit tangan pertapa itu. Meskipun jarinya terluka karena jepitan kepiting, tetapi hati pertapa itu puas karena telah menyelamatkan si kepiting .
Belum lama bersila untuk melanjutkan meditasinya terdengar lagi suara yang sama dari tepi sungai , ternyata keriting itu mengalami kejadian yang sama. Kemudian pertapa itu kembali menggunakan cara yang sama untuk menolong kepiting itu, yang menyebabkan jari-jarinya terluka dan semakin membengkak.
Melihat kejadian ini, ada seorang tua yang kemudian datang dan menegur si pertapa muda itu, “Anak muda, perbuatanmu menolong adalah cerminan hati yang baik. Tetapi , mengapa demi menolong seekor kepiting engkau membiarkan capit kepiting melukai jarimu hingga sobek dan bengkak?”
Pertapa itu mencoba menjelaskan, “Paman, seekor kepiting memang menggunakan capitnya untuk memegang benda dan saya sedang melatih mengembangkan rasa belas kasih. Oleh sebab itu saya tidak mempermasalahkan jari tangan ini terluka, asalkan bisa menolong nyawa makhluk lain, saya sudah senang! “
Mendengar jawaban pertapa itu, kemudian orang tua itu mengambil ranting, lalu dijulurkan kearah kepiting yang terlihat sedang melawan arus. Segera si kepiting menangkap ranting itu dengan capitnya. “Lihat anak muda, melatih mengembangkan sikap belas kasih memang baik, tetapi harus pula disertai dengan kebijaksanaan. Bila tujuan kita baik, untuk menolong makhluk lain, bukankah tidak harus dengan mengorbankan diri sendiri. Ranting pun kita bisa manfaatkan, bukan begitu?” Kata-kata arif itu keluar dari mulut sang orang tua. Seketika itu juga pertapa itu tersadarkan.
-------------------------------------------------
Mempunyai sifat belas kasih, mau memerhatikan dan menolong orang lain adalah perbuatan mulia, entah perhatian itu kita berikan kepada anak kita, orangtua, sanak saudara, teman, atau kepada siapa pun. Tetapi, kalau cara kita salah, sering kali perhatian atau bantuan yang kita berikan bukannya memecahkan masalah, namun justru menjadi bumerang.
Kita yang tadinya tidak tahu apa-apa dan hanya sekadar berniat membantu, malah harus menanggung beban dan kerugian yang tidak perlu. Karena itu, adanya niat dan tindakan berbuat baik, seharusnya diberikan dengan cara yang tepat dan bijak. Dengan begitu, bantuan itu nantinya tidak hanya akan berdampak positif bagi yang dibantu, tetapi sekaligus membahagiakan dan membawa kebaikan pula bagi kita yang membantu.
Wednesday, December 21, 2011
TAK TERTOLONG LAGI?
Kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus." —Lukas 23:43
Seorang gembala Israel berumur 110 tahun dari suku Bedouin dengan segera dibawa ke rumah sakit di Beersheba ketika ia terkena serangan jantung. Meskipun usianya sudah renta, dokter bekerja keras menyelamatkan jiwanya. Pria ini mungkin adalah pasien pengidap penyakit jantung tertua yang berhasil disembuhkan dengan obat pencegah penyumbatan jantung. Jurubicara dari rumah sakit melaporkan bahwa pria Bedouin ini telah kembali ke tendanya di gurun pasir Negev untuk menjaga kawanan kambingnya.
Perhatian yang diberikan pada pria berumur 110 tahun ini mencerminkan cara Yesus dalam menanggapi orang-orang yang kita anggap sudah tidak tertolong lagi. Kemampuan dan kemauan-Nya untuk menembus batas-batas sosial untuk menolong para penderita kusta dan mereka yang dikucilkan jauh melebihi apa yang biasanya dilakukan oleh seseorang yang baik hati.
Bahkan di tengah kepedihan atas penderitaan yang dialami-Nya, Yesus merengkuh seseorang yang sekarat, yang dianggap orang lain sudah tidak tertolong lagi. Orang ini adalah seorang penjahat, dihukum mati, dan hanya punya waktu beberapa jam sebelum ia akan terhilang selamanya. Pada saat itu, Yesus menanggapi seruan orang yang meminta pertolongan ini dengan berkata, "Hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus" (Luk. 23:43).
Apakah Anda mengenal seseorang yang tampaknya tidak tertolong lagi? Atau mungkin Anda berpikir, Anda-lah yang tidak memiliki harapan lagi. Allah dalam Alkitab sanggup memberikan pertolongan bagi mereka yang dianggap terlalu tua, terlalu berdosa, atau terlalu lemah untuk dapat ditolong lagi.
Yesus mencari mereka yang direndahkan
Yang tidak dipedulikan oleh banyak orang;
Kebaikan hati dan pertolongan-Nya
Rindu Dia bagikan pada mereka. —D. De Haan
Kuasa Allah terlihat paling nyata dalam kelemahan kita.
Tuhan memberkati.....
Seorang gembala Israel berumur 110 tahun dari suku Bedouin dengan segera dibawa ke rumah sakit di Beersheba ketika ia terkena serangan jantung. Meskipun usianya sudah renta, dokter bekerja keras menyelamatkan jiwanya. Pria ini mungkin adalah pasien pengidap penyakit jantung tertua yang berhasil disembuhkan dengan obat pencegah penyumbatan jantung. Jurubicara dari rumah sakit melaporkan bahwa pria Bedouin ini telah kembali ke tendanya di gurun pasir Negev untuk menjaga kawanan kambingnya.
Perhatian yang diberikan pada pria berumur 110 tahun ini mencerminkan cara Yesus dalam menanggapi orang-orang yang kita anggap sudah tidak tertolong lagi. Kemampuan dan kemauan-Nya untuk menembus batas-batas sosial untuk menolong para penderita kusta dan mereka yang dikucilkan jauh melebihi apa yang biasanya dilakukan oleh seseorang yang baik hati.
Bahkan di tengah kepedihan atas penderitaan yang dialami-Nya, Yesus merengkuh seseorang yang sekarat, yang dianggap orang lain sudah tidak tertolong lagi. Orang ini adalah seorang penjahat, dihukum mati, dan hanya punya waktu beberapa jam sebelum ia akan terhilang selamanya. Pada saat itu, Yesus menanggapi seruan orang yang meminta pertolongan ini dengan berkata, "Hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus" (Luk. 23:43).
Apakah Anda mengenal seseorang yang tampaknya tidak tertolong lagi? Atau mungkin Anda berpikir, Anda-lah yang tidak memiliki harapan lagi. Allah dalam Alkitab sanggup memberikan pertolongan bagi mereka yang dianggap terlalu tua, terlalu berdosa, atau terlalu lemah untuk dapat ditolong lagi.
Yesus mencari mereka yang direndahkan
Yang tidak dipedulikan oleh banyak orang;
Kebaikan hati dan pertolongan-Nya
Rindu Dia bagikan pada mereka. —D. De Haan
Kuasa Allah terlihat paling nyata dalam kelemahan kita.
Tuhan memberkati.....
Monday, December 19, 2011
Nikmati kopinya, bukan cangkirnya
Sekelompok alumni satu universitas yang telah mapan dalam karir masing-masing berkumpul dan mendatangi professor kampus mereka yang telah tua. Percakapan segera terjadi dan mengarah pada keluhan tentang stress di pekerjaan dan kehidupan mereka.
Menawari tamu-tamunya kopi, professor pergi ke dapur dan kembali dengan porsi besar berisi kopi dan cangir berbagai jenis dari porselin, plastic, gelas kristal, gelas biasa, beberapa di antaranya gelas mahal dan beberapa lainnya sangat indah, dan mengatakan pada para mantan mahasiswanya untuk menuang sendiri kopinya.
Setelah semua mahasiswanya mendapat secangkir kopi di tangan, professor itu mengatakan: "Jika kalian perhatikan, semua cangkir yang indah dan mahal telah diambil, yang tertinggal hanyalah gelas biasa dan murah saja. Meskipun normal bagi kalian untuk mengingini hanya yang terbaik bagi diri kalian, tapi sebenarnya itulah yang menjadi sumber masalah dan stress yang kalian alami."
Pastikan bahwa cangkir itu sendiri tidak mempengaruhi kualitas kopi. Dalam banyak kasus, itu hanya lebih mahal dan dalam beberapa kasus, bahkan menyembunyikan apa yang kita minum. Apa yang kalian inginkan sebenarnya adalah kopi, bukan cangkirnya, namun kalian secara sadar mengambil cangkir terbaik dan kemudian mulai memperhatikan cangkir orang lain. Sekarang perhatikan hal ini: hati kita bagai kopi, sedangkan pekerjaan, uang dan posisi adalah cangkirnya. Sering kali karena berkonsentrasi hanya pada cangkir, kita gagal untuk menikmati kopi yang Tuhan sediakan bagi kita.
Catatan: Kehidupan yang sesungguhnya adalah hati anda. Apakah anda merasa bahagia dan damai? Apakah anda mencintai dan dicintai oleh keluarga, saudara dan teman-teman anda? Apakah anda tidak berpikir buruk tentang orang lain dan tidak gampang marah? Apakah anda sabar, murah hati, bersukacita karena kebenaran, sopan dan tidak egois?
Hanya hati anda dan Tuhan yang tahu. Namun bila anda ingin menikmati kopi dan bukan cangkirnya, hal-hal yang tidak semarak ini harus lebih mengendalikan anda ketimbang hal-hal semarak seperti pekerjaan, uang dan posisi anda!
Tuhan memberkati....
Menawari tamu-tamunya kopi, professor pergi ke dapur dan kembali dengan porsi besar berisi kopi dan cangir berbagai jenis dari porselin, plastic, gelas kristal, gelas biasa, beberapa di antaranya gelas mahal dan beberapa lainnya sangat indah, dan mengatakan pada para mantan mahasiswanya untuk menuang sendiri kopinya.
Setelah semua mahasiswanya mendapat secangkir kopi di tangan, professor itu mengatakan: "Jika kalian perhatikan, semua cangkir yang indah dan mahal telah diambil, yang tertinggal hanyalah gelas biasa dan murah saja. Meskipun normal bagi kalian untuk mengingini hanya yang terbaik bagi diri kalian, tapi sebenarnya itulah yang menjadi sumber masalah dan stress yang kalian alami."
Pastikan bahwa cangkir itu sendiri tidak mempengaruhi kualitas kopi. Dalam banyak kasus, itu hanya lebih mahal dan dalam beberapa kasus, bahkan menyembunyikan apa yang kita minum. Apa yang kalian inginkan sebenarnya adalah kopi, bukan cangkirnya, namun kalian secara sadar mengambil cangkir terbaik dan kemudian mulai memperhatikan cangkir orang lain. Sekarang perhatikan hal ini: hati kita bagai kopi, sedangkan pekerjaan, uang dan posisi adalah cangkirnya. Sering kali karena berkonsentrasi hanya pada cangkir, kita gagal untuk menikmati kopi yang Tuhan sediakan bagi kita.
Catatan: Kehidupan yang sesungguhnya adalah hati anda. Apakah anda merasa bahagia dan damai? Apakah anda mencintai dan dicintai oleh keluarga, saudara dan teman-teman anda? Apakah anda tidak berpikir buruk tentang orang lain dan tidak gampang marah? Apakah anda sabar, murah hati, bersukacita karena kebenaran, sopan dan tidak egois?
Hanya hati anda dan Tuhan yang tahu. Namun bila anda ingin menikmati kopi dan bukan cangkirnya, hal-hal yang tidak semarak ini harus lebih mengendalikan anda ketimbang hal-hal semarak seperti pekerjaan, uang dan posisi anda!
Tuhan memberkati....
Jangan Menyerah
Setelah dua tahun mengalami suatu penyakit autoimun langka yang tiba-tiba menyebabkan kebutaan, Lisa Fittipaldi setiap hari bangun pagi, membuka matanya dan berjalan menuju jendela ruang tidurnya. "Dan kemudian,” katanya, “menjadi jelas bagiku, seperti seember es dituangkan ke atas kepalaku, bahwa aku tidak dapat melihat. Aku segera merasa ketakutan.”
Demi memberi semangat kepada Lisa, suaminya, Al, mendorong Lisa untuk menemukan asalan untuk hidup, namun semuanya seperti sia-sia. Hingga di tahun 1995, setelah mempelajar bahwa para ahli psikologi menyarankan seni sebagai terapi depresi, ia membeli seperangkat cat air. “Saya berikan kepadanya dan berkata ‘Aku tak peduli dengan apa yang akan kaulakukan – pokoknya lakukan sesuatu!’” cerita Al. Marah dengan apa yang Lisa sebut ketidakpekaan suaminya, Lisa yang belum pernah melukis sebelumnya membuat sketsa sebuah lukisan dari ingatannya tentang empat botol kaca dengan empat warna. Ia berhasil menangkap indahnya gabar itu dengan ketajaman yang luar biasa.
Al takjub dengan kebangkitan dalam diri Lisa, sehingga ia mendorongnya untuk mendaftar ke kelas pengajaran seni selama dua minggu di Louisiana Tech University di Ruston, Louisiana. Disanalah Lisa belajar tehnik-tehnik dasar melukis begitu juga dengan strategi menghafalkan peralatan lukisnya dan menciptakan garis besar lukisannya. Dengan mengabaikan nasihat orang-orang tentang kebutaannya yang menyarankannya untuk mengambil jalur abstrak, Lisa memilih gaya melukis realis. Gurunya kagum dengan kemampuannya menangkap “semangat batin sejati” dari subjek lukisannya.
Tiga tahun kemudian, suaminya mengisimkan sejumlah karyanya ke beberapa galeri seni, yang akhirnya menarik perhatian Florence Art Galleries di Dallas, Texas. Pada pameran pertamanya, Lisa berhasil menjual ke empat belas lukisannya sehingga merintis jalan keberhasilannya. Lukisannya, terutama cat air dan minyak, sekarang ini tergantung di lebih dari tiga puluh galeri di seluruh dunia.
Kisah Lisa Fittipaldi mengingatkan kita bahwa jika Tuhan mengijinkan sesuatu yang buruk menimpa hidup kita, Ia pasti memiliki rencana yang indah dibaliknya. Untuk itu jangan kita kecewa, marah atau putus asa. Jangan pernah putus asa kepada diri kita sendiri ataupun kepada mereka yang mengalami hal-hal buruk dalam hidupnya.
Demi memberi semangat kepada Lisa, suaminya, Al, mendorong Lisa untuk menemukan asalan untuk hidup, namun semuanya seperti sia-sia. Hingga di tahun 1995, setelah mempelajar bahwa para ahli psikologi menyarankan seni sebagai terapi depresi, ia membeli seperangkat cat air. “Saya berikan kepadanya dan berkata ‘Aku tak peduli dengan apa yang akan kaulakukan – pokoknya lakukan sesuatu!’” cerita Al. Marah dengan apa yang Lisa sebut ketidakpekaan suaminya, Lisa yang belum pernah melukis sebelumnya membuat sketsa sebuah lukisan dari ingatannya tentang empat botol kaca dengan empat warna. Ia berhasil menangkap indahnya gabar itu dengan ketajaman yang luar biasa.
Al takjub dengan kebangkitan dalam diri Lisa, sehingga ia mendorongnya untuk mendaftar ke kelas pengajaran seni selama dua minggu di Louisiana Tech University di Ruston, Louisiana. Disanalah Lisa belajar tehnik-tehnik dasar melukis begitu juga dengan strategi menghafalkan peralatan lukisnya dan menciptakan garis besar lukisannya. Dengan mengabaikan nasihat orang-orang tentang kebutaannya yang menyarankannya untuk mengambil jalur abstrak, Lisa memilih gaya melukis realis. Gurunya kagum dengan kemampuannya menangkap “semangat batin sejati” dari subjek lukisannya.
Tiga tahun kemudian, suaminya mengisimkan sejumlah karyanya ke beberapa galeri seni, yang akhirnya menarik perhatian Florence Art Galleries di Dallas, Texas. Pada pameran pertamanya, Lisa berhasil menjual ke empat belas lukisannya sehingga merintis jalan keberhasilannya. Lukisannya, terutama cat air dan minyak, sekarang ini tergantung di lebih dari tiga puluh galeri di seluruh dunia.
Kisah Lisa Fittipaldi mengingatkan kita bahwa jika Tuhan mengijinkan sesuatu yang buruk menimpa hidup kita, Ia pasti memiliki rencana yang indah dibaliknya. Untuk itu jangan kita kecewa, marah atau putus asa. Jangan pernah putus asa kepada diri kita sendiri ataupun kepada mereka yang mengalami hal-hal buruk dalam hidupnya.
Elang dan Serigala
Ada pertempuran besar yang berkecamuk di dalam diriku.
Satu sisi adalah Elang yang terbang tinggi. Semua yang Elang inginkan adalah yang baik, benar, indah, dan menjulang ke atas awan. Meskipun turun ke lembah, ia meletakkan telur-telurnya di atas puncak gunung.
Sisi lain dari diriku adalah serigala yang melolong. Ia seringkali mengamuk. Serigala yang melolong merupakan sifat terburuk yang di dalam diriku. Dia mengambil keuntungan dari kejatuhanku dan membenarkan dirinya dengan kehadirannya di dalam diriku.
Siapa yang memenangkan pertempuran besar ini? Sang Elang ataukah Serigala buas? Tentunya yang menang adalah ia yang aku berikan “makan” setiap hari.
“Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh. Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera.” (Roma 8:5-6)
“Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.” (Galatia 6:8)
Satu sisi adalah Elang yang terbang tinggi. Semua yang Elang inginkan adalah yang baik, benar, indah, dan menjulang ke atas awan. Meskipun turun ke lembah, ia meletakkan telur-telurnya di atas puncak gunung.
Sisi lain dari diriku adalah serigala yang melolong. Ia seringkali mengamuk. Serigala yang melolong merupakan sifat terburuk yang di dalam diriku. Dia mengambil keuntungan dari kejatuhanku dan membenarkan dirinya dengan kehadirannya di dalam diriku.
Siapa yang memenangkan pertempuran besar ini? Sang Elang ataukah Serigala buas? Tentunya yang menang adalah ia yang aku berikan “makan” setiap hari.
“Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh. Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera.” (Roma 8:5-6)
“Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.” (Galatia 6:8)
Friday, December 16, 2011
Kekuatan mengampuni
Selamat Malam sahabatku, Entah mengapa malam ini, saya mendapat banyak kiriman cerita tentang "MENAGMPUNI". Berikut salah satu Kesaksian dari seorang Suster Katolik. Semoga bermanfaat !
KESAKSIAN HAL MENGAMPUNI
Saya Marietha CB biarawati tarekat CB berkarya di Kupang, waktu 34th saya divonis dokter di RS Panti Rapih Yogya bahwa saya menderita Kanker Payudara stadium 1B. Selama 1 th lebih saya minum obat2 tradisionil & teh hijau, tapi setelah 1th saya check ke dokter di RS.Panti Rapih stadium malah menjadi 2B, terus oleh seorang ibu di Semarang, saya dianjurkan ke Pastor Yohanes Ocarm di Cipanas untuk didoakan.
Waktu tangan pastor tersebut menumpangkan tangan di kepala saya, dia berkata "Suster pasti menyimpan dendam yang sudah lama kepada seseorang". Mendengar itu saya menangis tersedu2 & saya katakan "Benar pastor, saya benci ayah sejak saya SMP, karena ayah saya telah menghianati ibu, 2 kakak saya & saya.
Kami diusir dari rumah, kemudian ayah & seorang wanita menempati rumah yang sudah bertahun2 kami tempati itu. Sejak itu ibu saya sakit2an & akhirnya meninggalkan kami selama2nya. Sejak itu saya memendam kebencian terhadap ayah". Setelah mendengarkan cerita saya, pastor itu berkata "Ya, itulah BIANG dari penyakit suster, selama suster tidak mau mengampuni ayah, obat apapun tidak akan menyembuhkan suster.
Dan mngampuni bukan hanya dengan kata2 tapi harus dibuktikan dengan perbuatan."
Setelah itu saya izin cuti 6 bulan untuk menengok & merawat ayah, karena saya dengar ayah kena stroke. Selama 6 bulan saya merawat ayah dengan cinta kasih yang tulus.
Selama bersama ayah saya tidak minum obat apapun. Setelah selesai cuti, sebelum kembali ke Kupang, saya ke RS Panti Rapih untuk check up, dokter yang merawat saya sangat heran, "Suster minum obat apa selama ini?" Saya jawab tidak minum apa2, saya tanya ada apa dokter? Dokter jawab bahwa hasil pemeriksaan baik darah maupun USG semuanya NEGATIVE.
Langsung saya jawab obatnya PENGAMPUNAN. Dokter heran & bertanya apa maksudnya?. Saya ceritakan semuanya, lalu dokter bilang wah kalau begitu kepada pasien2 saya yang menderita kanker, saya akan tanya apakah ada dendam/benci terhadap seseorang.
Kalau IYA, saya akan suruh berdamai & memberikan pengampunan seperti suster. Demikian pngalaman saya supaya bisa dibagikan, bahwa PENGAMPUNAN sangat besar faedahnya, tidak hanya untuk jasmani tapi juga rohani kita.
Salam dalam Yesus Kristus
Sr.Marietha CB
KESAKSIAN HAL MENGAMPUNI
Saya Marietha CB biarawati tarekat CB berkarya di Kupang, waktu 34th saya divonis dokter di RS Panti Rapih Yogya bahwa saya menderita Kanker Payudara stadium 1B. Selama 1 th lebih saya minum obat2 tradisionil & teh hijau, tapi setelah 1th saya check ke dokter di RS.Panti Rapih stadium malah menjadi 2B, terus oleh seorang ibu di Semarang, saya dianjurkan ke Pastor Yohanes Ocarm di Cipanas untuk didoakan.
Waktu tangan pastor tersebut menumpangkan tangan di kepala saya, dia berkata "Suster pasti menyimpan dendam yang sudah lama kepada seseorang". Mendengar itu saya menangis tersedu2 & saya katakan "Benar pastor, saya benci ayah sejak saya SMP, karena ayah saya telah menghianati ibu, 2 kakak saya & saya.
Kami diusir dari rumah, kemudian ayah & seorang wanita menempati rumah yang sudah bertahun2 kami tempati itu. Sejak itu ibu saya sakit2an & akhirnya meninggalkan kami selama2nya. Sejak itu saya memendam kebencian terhadap ayah". Setelah mendengarkan cerita saya, pastor itu berkata "Ya, itulah BIANG dari penyakit suster, selama suster tidak mau mengampuni ayah, obat apapun tidak akan menyembuhkan suster.
Dan mngampuni bukan hanya dengan kata2 tapi harus dibuktikan dengan perbuatan."
Setelah itu saya izin cuti 6 bulan untuk menengok & merawat ayah, karena saya dengar ayah kena stroke. Selama 6 bulan saya merawat ayah dengan cinta kasih yang tulus.
Selama bersama ayah saya tidak minum obat apapun. Setelah selesai cuti, sebelum kembali ke Kupang, saya ke RS Panti Rapih untuk check up, dokter yang merawat saya sangat heran, "Suster minum obat apa selama ini?" Saya jawab tidak minum apa2, saya tanya ada apa dokter? Dokter jawab bahwa hasil pemeriksaan baik darah maupun USG semuanya NEGATIVE.
Langsung saya jawab obatnya PENGAMPUNAN. Dokter heran & bertanya apa maksudnya?. Saya ceritakan semuanya, lalu dokter bilang wah kalau begitu kepada pasien2 saya yang menderita kanker, saya akan tanya apakah ada dendam/benci terhadap seseorang.
Kalau IYA, saya akan suruh berdamai & memberikan pengampunan seperti suster. Demikian pngalaman saya supaya bisa dibagikan, bahwa PENGAMPUNAN sangat besar faedahnya, tidak hanya untuk jasmani tapi juga rohani kita.
Salam dalam Yesus Kristus
Sr.Marietha CB
Menantikan Natal
Lukas 2:25
Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya.
Bulan Desember merupakan bulan yang paling banyak dinanti oleh banyak orang. Ya, bulan Desember selalu mengingatkan orang bahwa Natal dan Tahun Baru akan segera tiba. Sejak kecil saya juga selalu menikmati hari-hari menjelang Natal dimana terdapat suasana yang penuh dengan kasih, kehangatan, sukacita dan damai sejahtera ketika mengingat akan kelahiran Yesus.
Banyak orang menunggu datangnya Natal dengan beragam motivasi yang berbeda. Natal seringkali dihubungkan dengan sale atau discount besar-besaran, meningkatkan omzet perusahaan, liburan panjang, pesta yang meriah dengan teman-teman dan relasi kantor, serta berbagai macam alasan lainnya. Seringkali keceriaan dan kemeriahan sesaat itu berlalu dengan begitu cepat sehingga kita kehilangan makna dari Natal yang sesungguhnya.
Apabila ada seorang tokoh dalam Alkitab yang sangat menanti akan datangnya Natal, maka orang itu adalah Simeon. Setelah menanti bertahun-tahun akan janji kedatangan Mesias, Simeon sangat bersukacita ketika raja yang dinantikan itu akhirnya lahir dan berada dalam pengkuannya. Seluruh penantiannya seakan terbayar lunas saat dalam usianya yang sangat lanjut, ia dapat berjumpa dengan bayi yesus yang ditunggu-tunggunya selama ini.
Tanpa terasa kita telah memasuki masa akhir adven dan hari-hari menjelang Natal. Akan terdapat bermacam-macam kesibukan yang segera dihadapi. Apakah yang sesungguhnya Anda tunggu? Kiranya penantian Anda tidak sia-sia.
Agar Natal menjadi bermakna, berilah Kristus tempat utama di hati Anda.
Tuhan memberkati.....
Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya.
Bulan Desember merupakan bulan yang paling banyak dinanti oleh banyak orang. Ya, bulan Desember selalu mengingatkan orang bahwa Natal dan Tahun Baru akan segera tiba. Sejak kecil saya juga selalu menikmati hari-hari menjelang Natal dimana terdapat suasana yang penuh dengan kasih, kehangatan, sukacita dan damai sejahtera ketika mengingat akan kelahiran Yesus.
Banyak orang menunggu datangnya Natal dengan beragam motivasi yang berbeda. Natal seringkali dihubungkan dengan sale atau discount besar-besaran, meningkatkan omzet perusahaan, liburan panjang, pesta yang meriah dengan teman-teman dan relasi kantor, serta berbagai macam alasan lainnya. Seringkali keceriaan dan kemeriahan sesaat itu berlalu dengan begitu cepat sehingga kita kehilangan makna dari Natal yang sesungguhnya.
Apabila ada seorang tokoh dalam Alkitab yang sangat menanti akan datangnya Natal, maka orang itu adalah Simeon. Setelah menanti bertahun-tahun akan janji kedatangan Mesias, Simeon sangat bersukacita ketika raja yang dinantikan itu akhirnya lahir dan berada dalam pengkuannya. Seluruh penantiannya seakan terbayar lunas saat dalam usianya yang sangat lanjut, ia dapat berjumpa dengan bayi yesus yang ditunggu-tunggunya selama ini.
Tanpa terasa kita telah memasuki masa akhir adven dan hari-hari menjelang Natal. Akan terdapat bermacam-macam kesibukan yang segera dihadapi. Apakah yang sesungguhnya Anda tunggu? Kiranya penantian Anda tidak sia-sia.
Agar Natal menjadi bermakna, berilah Kristus tempat utama di hati Anda.
Tuhan memberkati.....
Saya ibu terburuk di dunia
20 tahun yang lalu saya melahirkan seorang anak laki-laki, wajahnya lumayan tampan namun terlihat agak bodoh... Sam, suamiku, memberinya nama Eric. Semakin lama semakin nampak jelas bahwa anak ini memang agak terbelakang. Saya berniat memberikannya kepada orang lain saja untuk dijadikan budak atau pelayan. Namun Sam mencegah niat buruk itu. Akhirnya terpaksa saya membesarkannya juga. Ditahun kedua setelah Eric dilahirkan sayapun melahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil. Saya menamainya Angelica.Saya sangat menyayangi Angelica, demikian juga Sam. Seringkali kami mengajaknya pergike taman hiburan dan membelikannya pakaian anak-anak yang indah-indah...
Namun tidak demikian halnya dengan Eric. Ia hanya memiliki beberapa stel pakaian butut. Sam berniat membelikannya, namun saya selalu melarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga. Sam selalu menuruti perkataan saya. Saat usia Angelica 2 tahun Sam meninggal dunia. Eric sudah berumur 4 tahun kala itu. Keluarga kami menjadi semakin miskin dengan hutang yang semakin menumpuk. Akhirnya saya mengambil tindakan yang akan membuat saya menyesal seumur hidup. Saya pergi meninggalkan kampung kelahiran saya beserta Angelica, Eric yang sedang tertidur lelap saya tinggalkan begitu saja.Kemudian saya tinggal di sebuah gubuk setelah rumah kami laku terjual untuk membayar hutang.
Setahun..., 2 tahun..., 5 tahun..., 10 tahun... telah berlalu sejak kejadian itu. Saya telah menikah kembali dengan Brad, seorang pria dewasa. Usia Pernikahan kami telah menginjak tahun kelima. Berkat Brad, sifat-sifat buruk saya yang semula pemarah, egois, dan tinggi hati, berubah sedikit demi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang. Angelica telah berumur 12 tahun dan kami menyekolahkan dia di asrama putri sekolah perawatan. Tidak ada lagi yang ingat tentang Eric dan tidak ada lagi yang mengingatnya.
Sampai suatu malam... Malam dimana saya bermimpi tentang seorang anak... Wajahnya agak tampan namun tampak pucat sekali... Ia melihat ke arah saya.Sambil tersenyum ia berkata, "Tante, Tante kenal mama saya? Saya lindu cekali pada mommy!"
Setelah berkata demikian ia mulai beranjak pergi, namun saya menahannya,"Tunggu..., sepertinya saya mengenalmu. Siapa namamu anak manis?" "Nama saya Elic, Tante." "Eric...? Eric... Ya Tuhan! Kau benar-benar Eric???" Saya langsung tersentak dan bangun. Rasa bersalah, sesal dan berbagai perasaan aneh lainnya menerpa diri saya saat itu juga.
Tiba-tiba terlintas kembali kisah ironis yang terjadi dulu seperti sebuah film yang diputar dikepala saya. Baru sekarang saya menyadari betapa jahatnya perbuatan saya dulu.Rasanya seperti mau mati saja saat itu. Ya, saya harus mati..., mati..., mati... Ketika tinggal seinchi jarak pisau yang akan saya goreskan ke pergelangan tangan, tiba-tiba bayangan Eric melintas kembali di pikiran saya.
Ya Eric, mommy akan menjemputmu Eric...Sore itu saya memarkir mobil Civic biru saya disamping sebuah gubuk, dan Brad dengan pandangan heran menatap saya dari samping. "Mary, apa yang sebenarnya terjadi?" "Oh, Brad, kau pasti akan membenciku setelah saya menceritakan hal yang telah saya lakukan dulu," tapi aku akan nenceritakannya juga dengan terisak-isak... Ternyata Tuhan sungguh baik kepada saya. Ia telah memberikan suami yang begitu baik dan penuh pengertian. Setelah tangis saya reda, saya keluar dari mobil diikuti oleh Brad dari belakang.
Mata saya menatap lekat pada gubuk yang terbentang dua meter dari hadapan saya. Saya mulai teringat betapa gubuk itu pernah saya tinggali beberapa bulan lamanya dan Eric... Eric... Saya meninggalkan Eric di sana 10 tahun yang lalu.Dengan perasaan sedih saya berlari menghampiri gubuk tersebut dan membuka pintu yang terbuat dari bambu itu... Gelap sekali... Tidak terlihat sesuatu apapun juga! Perlahan mata saya mulai terbiasa dengan kegelapan dalam ruangan kecil itu. Namun saya tidak menemukan siapapun juga di dalamnya. Hanya ada sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah. Saya mengambil seraya mengamatinya dengan seksama... Mata mulai berkaca-kaca, saya mengenali potongan kain tersebut sebagai bekas baju butut yang dulu dikenakan Eric sehari-harinya...
Beberapa saat kemudian, dengan perasaan yang sulit dilukiskan, sayapun keluar dari ruangan itu... Air mata saya mengalir dengan deras. Saat itu saya hanya diam saja.Sesaat kemudian saya dan Brad mulai menaiki mobil untuk meninggalkan tempat tersebut. Namun, saya melihat seseorang di belakang mobil kami.Saya sempat kaget sebab suasana saat itu gelap sekali.
Kemudian terlihatlah wajah orang itu yang demikian kotor. Ternyata ia seorang wanita tua. Kembali saya tersentak kaget manakala ia tiba-tiba menegur saya dengan suaranya yang parau, "Heii...! Siapa kamu?! Mau apa kau kemari?!" Dengan memberanikan diri, sayapun bertanya, "Ibu, apa ibu kenal dengan seorang anak bernama Eric yang dulu tinggal di sini?"
Ia menjawab, "Kalau kamu ibunya, kamu sungguh perempuan terkutuk!! Tahukah kamu, 10 tahun yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini,Eric terus menunggu ibunya dan memanggil, 'Mommy..., mommy!' Karena tidak tega, saya terkadang memberinya makan dan mengajaknya tinggal Bersama saya. Walaupun saya orang miskin dan hanya bekerja sebagai pemulung sampah, namun saya tidak akan meninggalkan anak saya seperti itu! Tiga bulan yang lalu Eric meninggalkan secarik kertas ini. Ia belajar menulis setiap hari selama bertahun-tahun hanya untuk menulis ini untukmu..." Sayapun membaca tulisan di kertas itu... "Mommy, mengapa Mommy tidak pernah kembali lagi...? Mommy marah sama Eric, ya? Mom, biarlah Eric yang pergi saja, tapi Mommy harus berjanji kalau Mommy tidak akan marah lagi sama Eric. Bye, Mom..."
Saya menjerit histeris membaca surat itu. "Bu, tolong katakan...Katakan di mana ia sekarang? Saya berjanji akan meyayanginya sekarang! Saya tidak akan meninggalkannya lagi, Bu! Tolong katakan...!!!" Brad memeluk tubuh saya yang bergetar keras.
"Nyonya, semua sudah terlambat (dengan nada lembut). Sehari sebelum nyonya datang, Eric telah meninggal dunia. Ia meninggal di belakang gubuk ini. Tubuhnya sangat kurus, ia sangat lemah. Hanya demi menunggumu ia rela bertahan di belakang gubuk ini tanpa ia berani masuk ke dalamnya. Ia takut apabila Mommy-nya datang, Mommy-nya akan pergi lagi bila melihatnya ada di dalam sana... Ia hanya berharap dapat melihat Mommy-nya dari belakang gubuk ini... Meskipun hujan deras, dengan kondisinya yang lemah ia terus bersikeras menunggu Nyonya di sana. Nyonya, dosa anda tidak terampuni!"
Saya kemudian pingsan dan tidak ingat apa-apa lagi.
Oleh : Marry Scheleery
------------------------------------
Amsal 29:17 Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu.
Amsal 19:18 Hajarlah anakmu selama ada harapan, tetapi jangan engkau menginginkan kematiannya.
Namun tidak demikian halnya dengan Eric. Ia hanya memiliki beberapa stel pakaian butut. Sam berniat membelikannya, namun saya selalu melarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga. Sam selalu menuruti perkataan saya. Saat usia Angelica 2 tahun Sam meninggal dunia. Eric sudah berumur 4 tahun kala itu. Keluarga kami menjadi semakin miskin dengan hutang yang semakin menumpuk. Akhirnya saya mengambil tindakan yang akan membuat saya menyesal seumur hidup. Saya pergi meninggalkan kampung kelahiran saya beserta Angelica, Eric yang sedang tertidur lelap saya tinggalkan begitu saja.Kemudian saya tinggal di sebuah gubuk setelah rumah kami laku terjual untuk membayar hutang.
Setahun..., 2 tahun..., 5 tahun..., 10 tahun... telah berlalu sejak kejadian itu. Saya telah menikah kembali dengan Brad, seorang pria dewasa. Usia Pernikahan kami telah menginjak tahun kelima. Berkat Brad, sifat-sifat buruk saya yang semula pemarah, egois, dan tinggi hati, berubah sedikit demi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang. Angelica telah berumur 12 tahun dan kami menyekolahkan dia di asrama putri sekolah perawatan. Tidak ada lagi yang ingat tentang Eric dan tidak ada lagi yang mengingatnya.
Sampai suatu malam... Malam dimana saya bermimpi tentang seorang anak... Wajahnya agak tampan namun tampak pucat sekali... Ia melihat ke arah saya.Sambil tersenyum ia berkata, "Tante, Tante kenal mama saya? Saya lindu cekali pada mommy!"
Setelah berkata demikian ia mulai beranjak pergi, namun saya menahannya,"Tunggu..., sepertinya saya mengenalmu. Siapa namamu anak manis?" "Nama saya Elic, Tante." "Eric...? Eric... Ya Tuhan! Kau benar-benar Eric???" Saya langsung tersentak dan bangun. Rasa bersalah, sesal dan berbagai perasaan aneh lainnya menerpa diri saya saat itu juga.
Tiba-tiba terlintas kembali kisah ironis yang terjadi dulu seperti sebuah film yang diputar dikepala saya. Baru sekarang saya menyadari betapa jahatnya perbuatan saya dulu.Rasanya seperti mau mati saja saat itu. Ya, saya harus mati..., mati..., mati... Ketika tinggal seinchi jarak pisau yang akan saya goreskan ke pergelangan tangan, tiba-tiba bayangan Eric melintas kembali di pikiran saya.
Ya Eric, mommy akan menjemputmu Eric...Sore itu saya memarkir mobil Civic biru saya disamping sebuah gubuk, dan Brad dengan pandangan heran menatap saya dari samping. "Mary, apa yang sebenarnya terjadi?" "Oh, Brad, kau pasti akan membenciku setelah saya menceritakan hal yang telah saya lakukan dulu," tapi aku akan nenceritakannya juga dengan terisak-isak... Ternyata Tuhan sungguh baik kepada saya. Ia telah memberikan suami yang begitu baik dan penuh pengertian. Setelah tangis saya reda, saya keluar dari mobil diikuti oleh Brad dari belakang.
Mata saya menatap lekat pada gubuk yang terbentang dua meter dari hadapan saya. Saya mulai teringat betapa gubuk itu pernah saya tinggali beberapa bulan lamanya dan Eric... Eric... Saya meninggalkan Eric di sana 10 tahun yang lalu.Dengan perasaan sedih saya berlari menghampiri gubuk tersebut dan membuka pintu yang terbuat dari bambu itu... Gelap sekali... Tidak terlihat sesuatu apapun juga! Perlahan mata saya mulai terbiasa dengan kegelapan dalam ruangan kecil itu. Namun saya tidak menemukan siapapun juga di dalamnya. Hanya ada sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah. Saya mengambil seraya mengamatinya dengan seksama... Mata mulai berkaca-kaca, saya mengenali potongan kain tersebut sebagai bekas baju butut yang dulu dikenakan Eric sehari-harinya...
Beberapa saat kemudian, dengan perasaan yang sulit dilukiskan, sayapun keluar dari ruangan itu... Air mata saya mengalir dengan deras. Saat itu saya hanya diam saja.Sesaat kemudian saya dan Brad mulai menaiki mobil untuk meninggalkan tempat tersebut. Namun, saya melihat seseorang di belakang mobil kami.Saya sempat kaget sebab suasana saat itu gelap sekali.
Kemudian terlihatlah wajah orang itu yang demikian kotor. Ternyata ia seorang wanita tua. Kembali saya tersentak kaget manakala ia tiba-tiba menegur saya dengan suaranya yang parau, "Heii...! Siapa kamu?! Mau apa kau kemari?!" Dengan memberanikan diri, sayapun bertanya, "Ibu, apa ibu kenal dengan seorang anak bernama Eric yang dulu tinggal di sini?"
Ia menjawab, "Kalau kamu ibunya, kamu sungguh perempuan terkutuk!! Tahukah kamu, 10 tahun yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini,Eric terus menunggu ibunya dan memanggil, 'Mommy..., mommy!' Karena tidak tega, saya terkadang memberinya makan dan mengajaknya tinggal Bersama saya. Walaupun saya orang miskin dan hanya bekerja sebagai pemulung sampah, namun saya tidak akan meninggalkan anak saya seperti itu! Tiga bulan yang lalu Eric meninggalkan secarik kertas ini. Ia belajar menulis setiap hari selama bertahun-tahun hanya untuk menulis ini untukmu..." Sayapun membaca tulisan di kertas itu... "Mommy, mengapa Mommy tidak pernah kembali lagi...? Mommy marah sama Eric, ya? Mom, biarlah Eric yang pergi saja, tapi Mommy harus berjanji kalau Mommy tidak akan marah lagi sama Eric. Bye, Mom..."
Saya menjerit histeris membaca surat itu. "Bu, tolong katakan...Katakan di mana ia sekarang? Saya berjanji akan meyayanginya sekarang! Saya tidak akan meninggalkannya lagi, Bu! Tolong katakan...!!!" Brad memeluk tubuh saya yang bergetar keras.
"Nyonya, semua sudah terlambat (dengan nada lembut). Sehari sebelum nyonya datang, Eric telah meninggal dunia. Ia meninggal di belakang gubuk ini. Tubuhnya sangat kurus, ia sangat lemah. Hanya demi menunggumu ia rela bertahan di belakang gubuk ini tanpa ia berani masuk ke dalamnya. Ia takut apabila Mommy-nya datang, Mommy-nya akan pergi lagi bila melihatnya ada di dalam sana... Ia hanya berharap dapat melihat Mommy-nya dari belakang gubuk ini... Meskipun hujan deras, dengan kondisinya yang lemah ia terus bersikeras menunggu Nyonya di sana. Nyonya, dosa anda tidak terampuni!"
Saya kemudian pingsan dan tidak ingat apa-apa lagi.
Oleh : Marry Scheleery
------------------------------------
Amsal 29:17 Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu.
Amsal 19:18 Hajarlah anakmu selama ada harapan, tetapi jangan engkau menginginkan kematiannya.
Jatuh itu Anugerah
Ulangan 32:11-12
Laksana rajawali menggoyangbangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di atas kepaknya, demikianlah TUHAN sendiri menuntun dia, dan tidak ada allah asing menyertai dia.
Rajawali adalah burung yang terkenal dengan ketangguhannya menghadapi badai, kekuatan sayapnya yang mampu terbang tinggi, dan ketajaman inderanya saat mengejar mangsanya. Semua kekuatan yang didambakan burung mana pun sepertinya dimiliki oleh burung rajawali. Namun kekuatan terbang burung rajawali tidak datang dengan sendirinya.
Rajawali selalu membangun sarang di pohon yang tinggi di puncak bukit yang tinggi dan terjal. Ketika anak-anak rajawali lahir, induk rajawali menjaganya dengan segenap hidup mereka. Semua kebutuhan anak-anak bayi rajawali dipenuhi oleh induknya. Dengan kata lain, bayi rajawali kecil tahu beres akan hidupnya dan tidakdikuatirkan oleh apa pun juga.
Tapi ketika tiba saatnya bagi anak rajawali untuk belajar terbang, ‘tanpa perasaan' induknya akan menjungkirbalikkan sarang yang selama ini menjadi tempat berlindung yang nyaman baginya. Tidak tanggung-tanggung, rajawali kecil itu akan terjun bebas beribu-ribu meter menuju batu-batu tajam yang ada di bawahnya. Dalam kepanikannya, ia akan berusaha mengepak-kepakkan sayapnya. Dan di detik terakhir sebelum ia menghujam batu-batu tajam itu, induk rajawali dengan sigap menyambar anaknya, membawanya terbang tinggi ke angkasa, dan menjatuhkan anaknya kembali. Hal ini dilakukannya berulang-ulang sampai sayap anaknya menjadi cukup kuat dan akhirnya ia mampu terbang sendiri.
Pada awalnya mungkin saja anak-anak rajawali itu tidak mengerti maksud dari ‘kekejaman' induknya. Tapi ketika induknya melakukannya berulang-ulang, ia pun mengerti dan menikmati proses belajarnya sampai akhirnya ia bertumbuh menjadi rajawali yang perkasa, sama seperti induknya.
Demikian juga dengan hidup kita. Saat kita masih menjadi bayi-bayi rohani, seringkali kita mendapati segala kebutuhan dan keinginan kita terpenuhi dengan instan. Tapi ada saatnya ketika kegoncangan itu datang dan kita terjun bebas, sadarilah bahwa saat itu Allah sedang melatih Anda untuk terbang. Karena kerinduan Tuhan yang terbesar adalah melihat Anda menjadi kuat dan bertumbuh dalam pengenalan yang lebih dalam akan Dia. Tidakkah Anda sadari justru di saat kesesakanlah kita mengalami keperkasaan Allah kita secara nyata?
Jatuh itu anugerah.
Nikmati dengan penuh ucapan syukur dan jadilah kuat.
Laksana rajawali menggoyangbangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di atas kepaknya, demikianlah TUHAN sendiri menuntun dia, dan tidak ada allah asing menyertai dia.
Rajawali adalah burung yang terkenal dengan ketangguhannya menghadapi badai, kekuatan sayapnya yang mampu terbang tinggi, dan ketajaman inderanya saat mengejar mangsanya. Semua kekuatan yang didambakan burung mana pun sepertinya dimiliki oleh burung rajawali. Namun kekuatan terbang burung rajawali tidak datang dengan sendirinya.
Rajawali selalu membangun sarang di pohon yang tinggi di puncak bukit yang tinggi dan terjal. Ketika anak-anak rajawali lahir, induk rajawali menjaganya dengan segenap hidup mereka. Semua kebutuhan anak-anak bayi rajawali dipenuhi oleh induknya. Dengan kata lain, bayi rajawali kecil tahu beres akan hidupnya dan tidakdikuatirkan oleh apa pun juga.
Tapi ketika tiba saatnya bagi anak rajawali untuk belajar terbang, ‘tanpa perasaan' induknya akan menjungkirbalikkan sarang yang selama ini menjadi tempat berlindung yang nyaman baginya. Tidak tanggung-tanggung, rajawali kecil itu akan terjun bebas beribu-ribu meter menuju batu-batu tajam yang ada di bawahnya. Dalam kepanikannya, ia akan berusaha mengepak-kepakkan sayapnya. Dan di detik terakhir sebelum ia menghujam batu-batu tajam itu, induk rajawali dengan sigap menyambar anaknya, membawanya terbang tinggi ke angkasa, dan menjatuhkan anaknya kembali. Hal ini dilakukannya berulang-ulang sampai sayap anaknya menjadi cukup kuat dan akhirnya ia mampu terbang sendiri.
Pada awalnya mungkin saja anak-anak rajawali itu tidak mengerti maksud dari ‘kekejaman' induknya. Tapi ketika induknya melakukannya berulang-ulang, ia pun mengerti dan menikmati proses belajarnya sampai akhirnya ia bertumbuh menjadi rajawali yang perkasa, sama seperti induknya.
Demikian juga dengan hidup kita. Saat kita masih menjadi bayi-bayi rohani, seringkali kita mendapati segala kebutuhan dan keinginan kita terpenuhi dengan instan. Tapi ada saatnya ketika kegoncangan itu datang dan kita terjun bebas, sadarilah bahwa saat itu Allah sedang melatih Anda untuk terbang. Karena kerinduan Tuhan yang terbesar adalah melihat Anda menjadi kuat dan bertumbuh dalam pengenalan yang lebih dalam akan Dia. Tidakkah Anda sadari justru di saat kesesakanlah kita mengalami keperkasaan Allah kita secara nyata?
Jatuh itu anugerah.
Nikmati dengan penuh ucapan syukur dan jadilah kuat.
Melakukan Kebenaran Saat Situasi Menyakitkan
Ulangan 32:26
“TUHAN akan memberi keadilan kepada umat-Nya, dan akan merasa sayang kepada hamba-hamba-Nya.”
Menunggu adalah sesuatu pekerjaan manusia yang sangat membosankan, apalagi jika itu berkaitan dengan hari pembalasan Allah. Sebagai umat Kristiani, kita dituntut Allah untuk mengasihi sesama manusia. Jika ada orang yang melakukan kesalahan atau menyakiti hati kita, kita tidak boleh membalas apa yang ia atau mereka perbuat. Namun, untuk menerapkan kasih yang seperti ini dalam kehidupan sehari-hari sangatlah susah.
Joel Osteen pernah mengalami kondisi dimana ia sangat ingin untuk membalas perbuatan orang yang telah jahat kepada ia dan keluarganya. Pria yang cukup lama ia kenal telah melakukan perbuatan tidak etis terhadap dirinya dan istrinya Victoria dalam hal perjanjian bisnis. Orang tersebut tidak menepati janjinya dan berakhir dengan mencuri banyak uang mereka.
Joel dan Victoria pun tergoda untuk melakukan pembalasan kepada pria itu dan membuat kehidupannya sengsara. Dalam pikiran mereka, orang ini telah membuat mereka menderita; mengapa mereka tidak membuatnya menderita saja? Namun, Roh Kudus mengingatkan mereka untuk menyerahkan segala permasalahan tersebut kepada Tuhan. Awalnya berat, tetapi akhirnya mereka pun tunduk kepada suara tersebut.
Satu bulan..dua bulan..tiga bulan..hingga sampai beberapa tahun Joel dan Victoria tetap tidak melihat perubahan apa pun dalam situasi tersebut. Tetapi, mereka tetap mengingatkan diri mereka bahwa Tuhan adalah Tuhan yang adil. Dan ternyata hari itu tiba. Entah dari mana, Tuhan secara ajaib masuk dan mengubah keadaan itu. Dia tidak hanya mengeluarkan orang yang telah membohongi mereka dari kehidupan mereka, Dia juga membayarkan kembali dalam kelimpahan segala sesuatu yang telah diambil orang itu.
Pengalaman hidup Joel Osteen kiranya membukakan mata rohani kita bahwa jika kita tetap melakukan kebenaran di saat yang tidak memungkinkan sekalipun, segala sesuatu yang baik akan kita terima suatu saat nanti. Pada waktunya juga, orang yang pernah melukai kita akan menerima hukuman dari Tuhan. Ini bukan berarti kita senang dengan pembalasan yang Tuhan kerjakan kepada orang tersebut, tetapi ini merupakan keadilan-Nya. Apa yang ditabur seseorang itulah yang akan dituainya kelak.
Allah akan menggenapi setiap janji-Nya dalam kehidupan Anda asalkan Anda tetap taat kepada firman-Nya.
“TUHAN akan memberi keadilan kepada umat-Nya, dan akan merasa sayang kepada hamba-hamba-Nya.”
Menunggu adalah sesuatu pekerjaan manusia yang sangat membosankan, apalagi jika itu berkaitan dengan hari pembalasan Allah. Sebagai umat Kristiani, kita dituntut Allah untuk mengasihi sesama manusia. Jika ada orang yang melakukan kesalahan atau menyakiti hati kita, kita tidak boleh membalas apa yang ia atau mereka perbuat. Namun, untuk menerapkan kasih yang seperti ini dalam kehidupan sehari-hari sangatlah susah.
Joel Osteen pernah mengalami kondisi dimana ia sangat ingin untuk membalas perbuatan orang yang telah jahat kepada ia dan keluarganya. Pria yang cukup lama ia kenal telah melakukan perbuatan tidak etis terhadap dirinya dan istrinya Victoria dalam hal perjanjian bisnis. Orang tersebut tidak menepati janjinya dan berakhir dengan mencuri banyak uang mereka.
Joel dan Victoria pun tergoda untuk melakukan pembalasan kepada pria itu dan membuat kehidupannya sengsara. Dalam pikiran mereka, orang ini telah membuat mereka menderita; mengapa mereka tidak membuatnya menderita saja? Namun, Roh Kudus mengingatkan mereka untuk menyerahkan segala permasalahan tersebut kepada Tuhan. Awalnya berat, tetapi akhirnya mereka pun tunduk kepada suara tersebut.
Satu bulan..dua bulan..tiga bulan..hingga sampai beberapa tahun Joel dan Victoria tetap tidak melihat perubahan apa pun dalam situasi tersebut. Tetapi, mereka tetap mengingatkan diri mereka bahwa Tuhan adalah Tuhan yang adil. Dan ternyata hari itu tiba. Entah dari mana, Tuhan secara ajaib masuk dan mengubah keadaan itu. Dia tidak hanya mengeluarkan orang yang telah membohongi mereka dari kehidupan mereka, Dia juga membayarkan kembali dalam kelimpahan segala sesuatu yang telah diambil orang itu.
Pengalaman hidup Joel Osteen kiranya membukakan mata rohani kita bahwa jika kita tetap melakukan kebenaran di saat yang tidak memungkinkan sekalipun, segala sesuatu yang baik akan kita terima suatu saat nanti. Pada waktunya juga, orang yang pernah melukai kita akan menerima hukuman dari Tuhan. Ini bukan berarti kita senang dengan pembalasan yang Tuhan kerjakan kepada orang tersebut, tetapi ini merupakan keadilan-Nya. Apa yang ditabur seseorang itulah yang akan dituainya kelak.
Allah akan menggenapi setiap janji-Nya dalam kehidupan Anda asalkan Anda tetap taat kepada firman-Nya.
SEBUAH BENIH
Ada sebuah benih yang tercecer & tidak dipedulikan orang.
Karena merasa rendah diri,benih itu menganggap dirinya tidak penting.
Suatu hari,angin kencang datang,
tiba² ia terjatuh ke sebuah tanah terbuka & terpanggang di bawah sinar matahari.
Dia merasa bingung,mengapa ia harus mengalami semuanya itu?
Tak lama air hujan turun sebagai gantinya terik matahari;
Kadang gerimis & kadang hujan deras.
Sementara waktu berlalu & tahun berganti,
ia melihat seorang pengelana duduk di dekatnya,
“Terima kasih Tuhan untuk ini,
Saya sangatmembutuhkan istirahat.”
“Apa yg kamu bicarakan?” Tanya si benih
Benih itu memang melihat beberapa orang duduk di dekatnya dalam beberapa tahun terakhir, namun tak ada yang berbicara seperti itu.
“Siapa itu?”
“Ini aku, Benih..”
“Benih?” Pria itu melihat pohon raksasa itu,
“Apa kamu bercanda?
Kamu bukan benih!
Kamu pohon!
Sebuah pohon raksasa!”
“Benarkah?”
“Ya!
Kamu pikir kenapa smua orang itu datang ke sini?
Untuk merasakan keteduhanmu !
Jangan beritahu saya bahwa kamu tidak tau tlah mengalami pertumbuhan bersama berjalannya waktu.”
Benih sadar siapa dirinya,
Benih itu sekarang tlah menjadi sebuah pohon raksasa.
Pesan Moral,
Tahukah Anda, kehidupan manusia serupa dengan jalan hidup benih ini.
Banyak orang tidak menyadari bahwa dirinya berharga,
& tiap kesukaran yang dialaminya dimasa lalu adalah sebuah proses untuk membuat mereka kuat & bertumbuh menjadi pribadi yang besar & yang dapat merahmati kehidupan banyak orang.
"Anda Bukanlah Sebuah Benih Lagi,
Anda Adalah Sebuah Pohon Dimana Ada Banyak Orang Yang Bernaung !!"
Karena merasa rendah diri,benih itu menganggap dirinya tidak penting.
Suatu hari,angin kencang datang,
tiba² ia terjatuh ke sebuah tanah terbuka & terpanggang di bawah sinar matahari.
Dia merasa bingung,mengapa ia harus mengalami semuanya itu?
Tak lama air hujan turun sebagai gantinya terik matahari;
Kadang gerimis & kadang hujan deras.
Sementara waktu berlalu & tahun berganti,
ia melihat seorang pengelana duduk di dekatnya,
“Terima kasih Tuhan untuk ini,
Saya sangatmembutuhkan istirahat.”
“Apa yg kamu bicarakan?” Tanya si benih
Benih itu memang melihat beberapa orang duduk di dekatnya dalam beberapa tahun terakhir, namun tak ada yang berbicara seperti itu.
“Siapa itu?”
“Ini aku, Benih..”
“Benih?” Pria itu melihat pohon raksasa itu,
“Apa kamu bercanda?
Kamu bukan benih!
Kamu pohon!
Sebuah pohon raksasa!”
“Benarkah?”
“Ya!
Kamu pikir kenapa smua orang itu datang ke sini?
Untuk merasakan keteduhanmu !
Jangan beritahu saya bahwa kamu tidak tau tlah mengalami pertumbuhan bersama berjalannya waktu.”
Benih sadar siapa dirinya,
Benih itu sekarang tlah menjadi sebuah pohon raksasa.
Pesan Moral,
Tahukah Anda, kehidupan manusia serupa dengan jalan hidup benih ini.
Banyak orang tidak menyadari bahwa dirinya berharga,
& tiap kesukaran yang dialaminya dimasa lalu adalah sebuah proses untuk membuat mereka kuat & bertumbuh menjadi pribadi yang besar & yang dapat merahmati kehidupan banyak orang.
"Anda Bukanlah Sebuah Benih Lagi,
Anda Adalah Sebuah Pohon Dimana Ada Banyak Orang Yang Bernaung !!"
Kisah Bai Fang Li, Seorang Tukang Becak
Kisah Bai Fang Li ini saya harap menjadi pelajaran hidup bagi kita semua untuk saling membantu sesama kita yang kesusahan, walaupun hidup serba pas-pasan tetapi tetap membantu orang tanpa pamrih
Tak perlu menggembar-gemborkan sudah berapa banyak kita menyumbang orang karena mungkin belum sepadan dengan apa yang sudah dilakukan oleh Bai Fang Li. Kebanyakan dari kita menyumbang kalau sudah kelebihan uang. Jika hidup pas-pasan keinginan menyumbang hampir tak ada.
Bai Fang Li berbeda. Ia menjalani hidup sebagai tukang becak. Hidupnya sederhana karena memang hanya tukang becak. Namun semangatnya tinggi. Pergi pagi pulang malam mengayuh becak mencari penumpang yang bersedia menggunakan jasanya. Ia tinggal di gubuk sederhana di Tianjin, China.
Ia hampir tak pernah beli makanan karena makanan ia dapatkan dengan cara memulung. Begitupun pakaiannya. Apakah hasil membecaknya tak cukup untuk membeli makanan dan pakaian? Pendapatannya cukup memadai dan sebenarnya bisa membuatnya hidup lebih layak. Namun ia lebih memilih menggunakan uang hasil jerih payahnya untuk menyumbang yayasan yatim piatu yang mengasuh 300-an anak tak mampu.
Bai Fang Li mulai tersentuh untuk menyumbang yayasan itu ketika usianya menginjak 74 tahun. Saat itu ia tak sengaja melihat seorang anak usia 6 tahunan yang sedang menawarkan jasa untuk membantu ibu-ibu mengangkat belanjaannya di pasar. Usai mengangkat barang belanjaan, ia mendapat upah dari para ibu yang tertolong jasanya.
Namun yang membuat Bai Fang Li heran, si anak memungut makanan di tempat sampah untuk makannya. Padahal ia bisa membeli makanan layak untuk mengisi perutnya. Ketika ia tanya, ternyata si anak tak mau mengganggu uang hasil jerih payahnya itu untuk membeli makan. Ia gunakan uang itu untuk makan kedua adiknya yang berusia 3 dan 4 tahun di gubuk di mana mereka tinggal. Mereka hidup bertiga sebagai pemulung dan orangtuanya entah di mana.
Bai Fang Li yang berkesempatan mengantar anak itu ke tempat tinggalnya tersentuh. Setelah itu ia membawa ketiga anak itu ke yayasan yatim piatu di mana di sana ada ratusan anak yang diasuh. Sejak itu Bai Fang Li mengikuti cara si anak, tak menggunakan uang hasil mengayuh becaknya untuk kehidupan sehari-hari melainkan disumbangkan untuk yayasan yatim piatu tersebut.
Tak Menuntut Apapun
Bai Fang Li memulai menyumbang yayasan itu pada tahun 1986. Ia tak pernah menuntut apa-apa dari yayasan tersebut. Ia tak tahu pula siapa saja anak yang mendapatkan manfaat dari uang sumbangannya. Pada tahun 2001 usianya mencapai 91 tahun. Ia datang ke yayasan itu dengan ringkih. Ia bilang pada pengurus yayasan kalau ia sudah tak sanggup lagi mengayuh becak karena kesehatannya memburuk. Saat itu ia membawa sumbangan terakhir sebanyak 500 yuan atau setara dengan Rp 675.000
Dengan uang sumbangan terakhir itu, total ia sudah menyumbang 350.000 yuan atau setara dengan Rp 472,5 juta. Anaknya, Bai Jin Feng, baru tahu kalau selama ini ayahnya menyumbang ke yayasan tersebut. Tahun 2005, Bai Fang Li meninggal setelah terserang sakit kanker paru-paru.
Melihat semangatnya untuk menyumbang, Bai Fang Li memang orang yang luar biasa. Ia hidup tanpa pamrih dengan menolong anak-anak yang tak beruntung. Meski hidup dari mengayuh becak (jika diukur jarak mengayuh becaknya sama dengan 18 kali keliling bumi), ia punya kepedulian yang tinggi yang tak terperikan
=====================
Markus 12:43 Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan.
Tak perlu menggembar-gemborkan sudah berapa banyak kita menyumbang orang karena mungkin belum sepadan dengan apa yang sudah dilakukan oleh Bai Fang Li. Kebanyakan dari kita menyumbang kalau sudah kelebihan uang. Jika hidup pas-pasan keinginan menyumbang hampir tak ada.
Bai Fang Li berbeda. Ia menjalani hidup sebagai tukang becak. Hidupnya sederhana karena memang hanya tukang becak. Namun semangatnya tinggi. Pergi pagi pulang malam mengayuh becak mencari penumpang yang bersedia menggunakan jasanya. Ia tinggal di gubuk sederhana di Tianjin, China.
Ia hampir tak pernah beli makanan karena makanan ia dapatkan dengan cara memulung. Begitupun pakaiannya. Apakah hasil membecaknya tak cukup untuk membeli makanan dan pakaian? Pendapatannya cukup memadai dan sebenarnya bisa membuatnya hidup lebih layak. Namun ia lebih memilih menggunakan uang hasil jerih payahnya untuk menyumbang yayasan yatim piatu yang mengasuh 300-an anak tak mampu.
Bai Fang Li mulai tersentuh untuk menyumbang yayasan itu ketika usianya menginjak 74 tahun. Saat itu ia tak sengaja melihat seorang anak usia 6 tahunan yang sedang menawarkan jasa untuk membantu ibu-ibu mengangkat belanjaannya di pasar. Usai mengangkat barang belanjaan, ia mendapat upah dari para ibu yang tertolong jasanya.
Namun yang membuat Bai Fang Li heran, si anak memungut makanan di tempat sampah untuk makannya. Padahal ia bisa membeli makanan layak untuk mengisi perutnya. Ketika ia tanya, ternyata si anak tak mau mengganggu uang hasil jerih payahnya itu untuk membeli makan. Ia gunakan uang itu untuk makan kedua adiknya yang berusia 3 dan 4 tahun di gubuk di mana mereka tinggal. Mereka hidup bertiga sebagai pemulung dan orangtuanya entah di mana.
Bai Fang Li yang berkesempatan mengantar anak itu ke tempat tinggalnya tersentuh. Setelah itu ia membawa ketiga anak itu ke yayasan yatim piatu di mana di sana ada ratusan anak yang diasuh. Sejak itu Bai Fang Li mengikuti cara si anak, tak menggunakan uang hasil mengayuh becaknya untuk kehidupan sehari-hari melainkan disumbangkan untuk yayasan yatim piatu tersebut.
Tak Menuntut Apapun
Bai Fang Li memulai menyumbang yayasan itu pada tahun 1986. Ia tak pernah menuntut apa-apa dari yayasan tersebut. Ia tak tahu pula siapa saja anak yang mendapatkan manfaat dari uang sumbangannya. Pada tahun 2001 usianya mencapai 91 tahun. Ia datang ke yayasan itu dengan ringkih. Ia bilang pada pengurus yayasan kalau ia sudah tak sanggup lagi mengayuh becak karena kesehatannya memburuk. Saat itu ia membawa sumbangan terakhir sebanyak 500 yuan atau setara dengan Rp 675.000
Dengan uang sumbangan terakhir itu, total ia sudah menyumbang 350.000 yuan atau setara dengan Rp 472,5 juta. Anaknya, Bai Jin Feng, baru tahu kalau selama ini ayahnya menyumbang ke yayasan tersebut. Tahun 2005, Bai Fang Li meninggal setelah terserang sakit kanker paru-paru.
Melihat semangatnya untuk menyumbang, Bai Fang Li memang orang yang luar biasa. Ia hidup tanpa pamrih dengan menolong anak-anak yang tak beruntung. Meski hidup dari mengayuh becak (jika diukur jarak mengayuh becaknya sama dengan 18 kali keliling bumi), ia punya kepedulian yang tinggi yang tak terperikan
=====================
Markus 12:43 Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan.
Mengasihi Tuhan
“Dalam kesenangan, mudah sekali melupakan Tuhan. Dalam kesusahan, susah sekali melupakanNya.”
“Yang penting bukan seberapa lama kita hidup tetapi yang penting adalah seberapa bergunanya kita bagi sesama selama kita hidup”
“Terkadang masalah kita terlihat seperti raksasa dan kita harus mengangkat kepala kita untuk melihat raksasa tersebut. Namun, perlu diingat Tuhan melihat masalah tersebut dengan menundukan kepalaNya karena masalah kita terlalu kecil buat Dia.”
“Kita putus!” Masih terngiang ditelingaku kalimat yang diucapkan Agnes dua jam yang lalu.
Aku hanya diam membisu. Seolah ada sesuatu yang tajam menusuk ke dalam hatiku.
“Kamu ngga kayak cowok teman-teman aku yang lain. Kalau mau dibandingin kayak langit dan bumi deh. Semuanya pada cerita tentang kehebatan dan kelebihan pacar mereka sedangkan aku? Aku ngga tau harus ngomong apa!”
Aku memilih diam dan mendengarkan alasannya memutuskan hubungan kami yang sudah berjalan dua tahun. Tepatnya hari ini kami dua tahun jadian.
“Masa hari gini dia ngga punya Blackberry?! Yang ada hanya Hp butut nan tua. Yang bisa untuk sms dan telpon doang. Sedangkan pacar teman-teman aku, jangankan BB, iphone pun punya. Trus kamu ngga pernah jemput aku. Jangankan pake mobil. Sepeda aja ngga punya, apa lagi motor! Ke mana-mana naik angkot. Duh, padahal Jakarta kan panas dan berdebu di mana-mana. Coba lihat tuh, cowoknya si Ririn. Mau naik mobil apa aja bisa. Tinggal pilih yang ada di garasi rumahnya. Sopir ngga cuma satu tapi lebih. Ke mana aja pasti dianterin. Sementara, kamu?! Jauh banget……”
Aku mencoba menahan rasa sakit tersebut.
“Kamu tidak pernah ajak aku makan di kafe atau restoran yang berkelas gitu. Yang ada minum es teh dan makan bubur di pinggir jalan. Kan kalo teman-teman aku liat bisa gengsi aku. Gengsi segengsi gengsinya. Gokil, malu-maluin banget sebanget bangetnya!”
Hatiku hanya berbisik, “Jadi selama ini kamu malu kalau aku ajak kamu makan di pinggir jalan?”
“Kamu ngga pernah ngasih aku kado atau sesuatu yang “mahal” gitu. Coba, si Keisha yang baru jadian satu bulan ama si Tio, pake liontin emas putih. Sedangkan aku? Mimpi kali yeeee….”
Akhirnya bibirku pun mengeluarkan kalimat tersebut. “Maaf, kalau selama kita jadian aku tidak bisa seperti pacar teman-teman kamu. Terima kasih kalau kamu pernah hadir dalam hidupku. Seharusnya dari awal kamu tau kalau aku hanya anak yatim piatu yang tidak memiliki apa-apa.”
Detik berikutnya aku hanya melihat punggung Agnes yang meninggalkanku. Meninggalkan sebuah luka dihatiku.
*****
“Ko Tara!” teriak Daniel menyambut kedatanganku. Sebuah pelukan hangat membalut tubuhku. Sambutan Daniel menjadi obat sakit di hatiku.
Aku membalas pelukannya. Detik berikutnya air mataku jatuh tak tertahan. Aku tidak pernah menyesal terlahir dikeluarga yang miskin. Aku tidak pernah menyalahkan Tuhan ketika aku harus kehilangan kedua orang tuaku lima tahun yang lalu. Waktu mereka pergi untuk selama-lamanya, Daniel baru berusia dua tahun. Beruntung waktu itu aku baru saja menyelesaikan bangku SMA.
Aku harus membesarkan Daniel sendiri dengan hasil uang yang aku dapat dari menjadi seorang fotografer dan usaha Wedding Organizer yang aku rintis.
“Kamu sudah makan?” tanyaku sambil menatap wajah Daniel.
“Aku nunggu koko! Aku mau makan dengan koko!”
Aku memperhatikan wajah Daniel! Pucat! Sementara ada tanda bercak darah pada kulitnya yang putih.
“Kamu ngga kenapa-napakan, Dan?” Tanyaku penuh dengan kekuatiran.
“Koko, Daniel sehat-sehat saja! Cuma tadi sempat mimisan!”
Aku terkejut mendengar jawaban Daniel.
“Selesai makan nanti kita ke dokter ya?”
“Daniel, takut di suntik!”
“Kamu ngga usah takut! Kan ada koko! Disuntik cuma kayak digigit semut merah.”
“Ya, udah! Tapi aku ditemanin sama koko ya?”
Aku menggangukkan kepalaku tanda setuju.
*****
Daniel dirujuk ke Bagian Anak di salah satu Rumah Sakit di Jakarta . Di rumah sakit itu, sumsum tulang belakangnya diambil. Ternyata trombositnya rendah, sedangkan sel darah putih berlebihan. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan, ia positif terjangkit leukemia dan harus menjalani pengobatan selama dua tahun.
Pada tiga bulan pertama, Daniel dikemoterapi dan diberi obat antikanker (stitostika). Setiap kali mendapat pengobatan, ia muntah, nyeri pada sendi, dan rambut rontok. Sel kanker pun menjalar hingga ke bagian otak. Harapan untuk sembuh kian tipis.
“Koko! Daniel sayang koko!” ucap Daniel ketika memelukku diatas ranjangnya.
“Koko juga sayang Daniel! Tuhan pasti sembuhkan kamu!” aku mencoba menghiburnya. Setiap hari aku meyakinkannya, kalau dia pasti sembuh.
“Besok, Daniel sudah bisa pulang!”
Mungkin itu berita gembira bagi Daniel. Tapi bagiku, tidak! Uang tabunganku sudah habis untuk membiayai pengobatan Daniel. Dua hari yang lalu aku terpaksa menjual kameraku untuk menutupi biaya yang belum aku lunasi. Daniel tidak akan mendapatkan terapi lagi.
“Daniel, malu!”
“Malu kenapa sayang?”
“Kepala Daniel botak!”
“Tapi koko ngga pernah malu punya adik yang kepalanya botak!”
“Koko, minggu depan Daniel ulang tahun yang ke delapan loh!”
Aku menatap Daniel. “Koko ingat kok! Daniel mau kado apa?”
Daniel berpikir sejenak.
“Daniel cuma mau sembuh. Daniel ngga mau kado apa-apa.”
“Serius? Daniel suka SpongeBobkan?”
“Suka banget!”
“Mau ngga kalo koko kasih boneka SpongeBob?”
“Mau!” sahut Daniel dengan semangat!
*****
Aku berdiri terpaku mendengar suara merdu Daniel. Hari ini aku membawa Daniel ke Gereja. Aku tidak menyangka kalau dia akan maju ke altar dengan kursi rodanya dan menyanyikan sebuah pujian.
Tak Terbatas Kuasa-Mu Tuhan
Semua Dapat Kau Lakukan
Apa Yang Kelihatan Mustahil Bagiku
Itu Sangat Mungkin Bagi-Mu
Reff :
Di Saat Ku Tak Berdaya
Kuasa-Mu Yang Sempurna
Ketika Ku Percaya
Mujizat Itu Nyata
Bukan Kar’na Kekuatan
Namun Roh-Mu Ya Tuhan
Ketika Ku Berdoa
Mujizat Itu Nyata
Bridge :
Mujizat Itu Dekat Di Mulutku
Dan Ku Hidup Oleh Percaya
Aku melihat beberapa jemaat meneteskan air mata.
“Kalau Daniel masih bisa hidup hari ini itu karena mujizat dari Tuhan Yesus. Terima kasih untuk Koko Dewantara yang selama ini membesarkan Daniel sendiri. Daniel janji, Daniel ngga akan nakal! Daniel Sayang koko!” tutur Daniel setelah mengakhiri pujiannya.
*****
“Koko, kenapa nangis?” tanya Daniel dengan lemah.
Hari ini keadaan Daniel kritis. Terpaksa aku membawanya ke rumah sakit.
Aku menghapus air mataku.
“Tuhan sembuhkan atau tidak, bagi Daniel Tuhan tetap baik!”
Aku menggangukan kepalaku tanda setuju dengan ucapannya.
“Koko…. Terima kasih buat boneka SpongeBobnya ya!”
“Sama-sama sayang.”
Daniel mengambil sesuatu dibalik bantalnya. Lalu dia melihatnya dengan lemah.
Foto kedua orang tuaku bersama aku dan Daniel yang masih bayi.
“Koko, maafin Daniel ya kalo selama ini Daniel nakal dan repotin koko. Nanti kalo Daniel ke Surga, Daniel akan cari mama dan papa. Koko ngga usah kuatir lagi.”
Aku memeluk Daniel. Ya Tuhan! Aku belum siap kehilangan Daniel!
Dengan pelan Daniel mengucapkan sebait doa sambil memeluk boneka SpongeBobnya.
Tuhan….
Aku lapar! Sangat Lapar!
Tapi aku tidak ingin meminta makanan.
Aku hanya minta berkati mereka yang kelaparan sepertiku.
Tuhan…
Aku sakit! Sangat sakit!
Tapi aku tidak meminta kesembuhan.
Aku hanya minta sembuhkan mereka yang sakit sepertiku.
Tuhan…
Aku sebatang kara!
Tapi aku tidak meminta boneka.
Aku hanya minta hiburkan mereka yang kesepian.
Tuhan…
Bajuku penuh tambalan.
Tapi aku tidak meminta baju baru.
Aku hanya minta berkati mereka yang berkekurangan.
Tuhan…
Aku tidak ingin mujizat-Mu.
Meski aku tahu, Engkau sanggup melakukan-Nya.
Aku hanya minta, tunjukkan mujizatmu kepada mereka yang tidak mempercayai-Mu.
Tuhan…
Kalau nanti aku meninggal.
Aku tidak ingin ada yang menangis.
Tapi aku ingin mereka tersenyum. Tersenyum karena aku bertahan hingga akhirnya.
Tuhan…
Malam ini aku tidak meminta apa-apa untuk diriku.
Jadilah kehendakmu di bumi seperti di Surga.
Karena aku tahu, bersama-Mu semuanya akan Engkau berikan.
AMIN
Detik berikutnya Daniel menatapku dengan lembut dan lemah. Perlahan-lahan matanya tertutup rapat. Air mataku jatuh berderai tak tertahan.
----------
Banyak orang bertanya "kenapa sejak saya ikut Tuhan koq hidup saya malah seperti ini dan itu" dari situ kita bisa belajar tentang ketulusan hati dlm mengasihi Tuhan Yesus, bisakah kita tetap mencintai Yesus walaupun Tuhan tdk memberkati kita, bisa kah kita tetap mengasihi Yesus walaupun Tuhan Yesus tdk sembuhkanmu, bisa kah kita tetapi mengasihi Yesus walaupun Yesus tdk menolongmu...
Kiranya renungan ini bisa menjadi sebuah pelajaran bagi kita, bisakah kita mencintai Allah dan mengasihi Allah dengan tulus tanpa mengharapakan apa2 dariNYA.
“Yang penting bukan seberapa lama kita hidup tetapi yang penting adalah seberapa bergunanya kita bagi sesama selama kita hidup”
“Terkadang masalah kita terlihat seperti raksasa dan kita harus mengangkat kepala kita untuk melihat raksasa tersebut. Namun, perlu diingat Tuhan melihat masalah tersebut dengan menundukan kepalaNya karena masalah kita terlalu kecil buat Dia.”
“Kita putus!” Masih terngiang ditelingaku kalimat yang diucapkan Agnes dua jam yang lalu.
Aku hanya diam membisu. Seolah ada sesuatu yang tajam menusuk ke dalam hatiku.
“Kamu ngga kayak cowok teman-teman aku yang lain. Kalau mau dibandingin kayak langit dan bumi deh. Semuanya pada cerita tentang kehebatan dan kelebihan pacar mereka sedangkan aku? Aku ngga tau harus ngomong apa!”
Aku memilih diam dan mendengarkan alasannya memutuskan hubungan kami yang sudah berjalan dua tahun. Tepatnya hari ini kami dua tahun jadian.
“Masa hari gini dia ngga punya Blackberry?! Yang ada hanya Hp butut nan tua. Yang bisa untuk sms dan telpon doang. Sedangkan pacar teman-teman aku, jangankan BB, iphone pun punya. Trus kamu ngga pernah jemput aku. Jangankan pake mobil. Sepeda aja ngga punya, apa lagi motor! Ke mana-mana naik angkot. Duh, padahal Jakarta kan panas dan berdebu di mana-mana. Coba lihat tuh, cowoknya si Ririn. Mau naik mobil apa aja bisa. Tinggal pilih yang ada di garasi rumahnya. Sopir ngga cuma satu tapi lebih. Ke mana aja pasti dianterin. Sementara, kamu?! Jauh banget……”
Aku mencoba menahan rasa sakit tersebut.
“Kamu tidak pernah ajak aku makan di kafe atau restoran yang berkelas gitu. Yang ada minum es teh dan makan bubur di pinggir jalan. Kan kalo teman-teman aku liat bisa gengsi aku. Gengsi segengsi gengsinya. Gokil, malu-maluin banget sebanget bangetnya!”
Hatiku hanya berbisik, “Jadi selama ini kamu malu kalau aku ajak kamu makan di pinggir jalan?”
“Kamu ngga pernah ngasih aku kado atau sesuatu yang “mahal” gitu. Coba, si Keisha yang baru jadian satu bulan ama si Tio, pake liontin emas putih. Sedangkan aku? Mimpi kali yeeee….”
Akhirnya bibirku pun mengeluarkan kalimat tersebut. “Maaf, kalau selama kita jadian aku tidak bisa seperti pacar teman-teman kamu. Terima kasih kalau kamu pernah hadir dalam hidupku. Seharusnya dari awal kamu tau kalau aku hanya anak yatim piatu yang tidak memiliki apa-apa.”
Detik berikutnya aku hanya melihat punggung Agnes yang meninggalkanku. Meninggalkan sebuah luka dihatiku.
*****
“Ko Tara!” teriak Daniel menyambut kedatanganku. Sebuah pelukan hangat membalut tubuhku. Sambutan Daniel menjadi obat sakit di hatiku.
Aku membalas pelukannya. Detik berikutnya air mataku jatuh tak tertahan. Aku tidak pernah menyesal terlahir dikeluarga yang miskin. Aku tidak pernah menyalahkan Tuhan ketika aku harus kehilangan kedua orang tuaku lima tahun yang lalu. Waktu mereka pergi untuk selama-lamanya, Daniel baru berusia dua tahun. Beruntung waktu itu aku baru saja menyelesaikan bangku SMA.
Aku harus membesarkan Daniel sendiri dengan hasil uang yang aku dapat dari menjadi seorang fotografer dan usaha Wedding Organizer yang aku rintis.
“Kamu sudah makan?” tanyaku sambil menatap wajah Daniel.
“Aku nunggu koko! Aku mau makan dengan koko!”
Aku memperhatikan wajah Daniel! Pucat! Sementara ada tanda bercak darah pada kulitnya yang putih.
“Kamu ngga kenapa-napakan, Dan?” Tanyaku penuh dengan kekuatiran.
“Koko, Daniel sehat-sehat saja! Cuma tadi sempat mimisan!”
Aku terkejut mendengar jawaban Daniel.
“Selesai makan nanti kita ke dokter ya?”
“Daniel, takut di suntik!”
“Kamu ngga usah takut! Kan ada koko! Disuntik cuma kayak digigit semut merah.”
“Ya, udah! Tapi aku ditemanin sama koko ya?”
Aku menggangukkan kepalaku tanda setuju.
*****
Daniel dirujuk ke Bagian Anak di salah satu Rumah Sakit di Jakarta . Di rumah sakit itu, sumsum tulang belakangnya diambil. Ternyata trombositnya rendah, sedangkan sel darah putih berlebihan. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan, ia positif terjangkit leukemia dan harus menjalani pengobatan selama dua tahun.
Pada tiga bulan pertama, Daniel dikemoterapi dan diberi obat antikanker (stitostika). Setiap kali mendapat pengobatan, ia muntah, nyeri pada sendi, dan rambut rontok. Sel kanker pun menjalar hingga ke bagian otak. Harapan untuk sembuh kian tipis.
“Koko! Daniel sayang koko!” ucap Daniel ketika memelukku diatas ranjangnya.
“Koko juga sayang Daniel! Tuhan pasti sembuhkan kamu!” aku mencoba menghiburnya. Setiap hari aku meyakinkannya, kalau dia pasti sembuh.
“Besok, Daniel sudah bisa pulang!”
Mungkin itu berita gembira bagi Daniel. Tapi bagiku, tidak! Uang tabunganku sudah habis untuk membiayai pengobatan Daniel. Dua hari yang lalu aku terpaksa menjual kameraku untuk menutupi biaya yang belum aku lunasi. Daniel tidak akan mendapatkan terapi lagi.
“Daniel, malu!”
“Malu kenapa sayang?”
“Kepala Daniel botak!”
“Tapi koko ngga pernah malu punya adik yang kepalanya botak!”
“Koko, minggu depan Daniel ulang tahun yang ke delapan loh!”
Aku menatap Daniel. “Koko ingat kok! Daniel mau kado apa?”
Daniel berpikir sejenak.
“Daniel cuma mau sembuh. Daniel ngga mau kado apa-apa.”
“Serius? Daniel suka SpongeBobkan?”
“Suka banget!”
“Mau ngga kalo koko kasih boneka SpongeBob?”
“Mau!” sahut Daniel dengan semangat!
*****
Aku berdiri terpaku mendengar suara merdu Daniel. Hari ini aku membawa Daniel ke Gereja. Aku tidak menyangka kalau dia akan maju ke altar dengan kursi rodanya dan menyanyikan sebuah pujian.
Tak Terbatas Kuasa-Mu Tuhan
Semua Dapat Kau Lakukan
Apa Yang Kelihatan Mustahil Bagiku
Itu Sangat Mungkin Bagi-Mu
Reff :
Di Saat Ku Tak Berdaya
Kuasa-Mu Yang Sempurna
Ketika Ku Percaya
Mujizat Itu Nyata
Bukan Kar’na Kekuatan
Namun Roh-Mu Ya Tuhan
Ketika Ku Berdoa
Mujizat Itu Nyata
Bridge :
Mujizat Itu Dekat Di Mulutku
Dan Ku Hidup Oleh Percaya
Aku melihat beberapa jemaat meneteskan air mata.
“Kalau Daniel masih bisa hidup hari ini itu karena mujizat dari Tuhan Yesus. Terima kasih untuk Koko Dewantara yang selama ini membesarkan Daniel sendiri. Daniel janji, Daniel ngga akan nakal! Daniel Sayang koko!” tutur Daniel setelah mengakhiri pujiannya.
*****
“Koko, kenapa nangis?” tanya Daniel dengan lemah.
Hari ini keadaan Daniel kritis. Terpaksa aku membawanya ke rumah sakit.
Aku menghapus air mataku.
“Tuhan sembuhkan atau tidak, bagi Daniel Tuhan tetap baik!”
Aku menggangukan kepalaku tanda setuju dengan ucapannya.
“Koko…. Terima kasih buat boneka SpongeBobnya ya!”
“Sama-sama sayang.”
Daniel mengambil sesuatu dibalik bantalnya. Lalu dia melihatnya dengan lemah.
Foto kedua orang tuaku bersama aku dan Daniel yang masih bayi.
“Koko, maafin Daniel ya kalo selama ini Daniel nakal dan repotin koko. Nanti kalo Daniel ke Surga, Daniel akan cari mama dan papa. Koko ngga usah kuatir lagi.”
Aku memeluk Daniel. Ya Tuhan! Aku belum siap kehilangan Daniel!
Dengan pelan Daniel mengucapkan sebait doa sambil memeluk boneka SpongeBobnya.
Tuhan….
Aku lapar! Sangat Lapar!
Tapi aku tidak ingin meminta makanan.
Aku hanya minta berkati mereka yang kelaparan sepertiku.
Tuhan…
Aku sakit! Sangat sakit!
Tapi aku tidak meminta kesembuhan.
Aku hanya minta sembuhkan mereka yang sakit sepertiku.
Tuhan…
Aku sebatang kara!
Tapi aku tidak meminta boneka.
Aku hanya minta hiburkan mereka yang kesepian.
Tuhan…
Bajuku penuh tambalan.
Tapi aku tidak meminta baju baru.
Aku hanya minta berkati mereka yang berkekurangan.
Tuhan…
Aku tidak ingin mujizat-Mu.
Meski aku tahu, Engkau sanggup melakukan-Nya.
Aku hanya minta, tunjukkan mujizatmu kepada mereka yang tidak mempercayai-Mu.
Tuhan…
Kalau nanti aku meninggal.
Aku tidak ingin ada yang menangis.
Tapi aku ingin mereka tersenyum. Tersenyum karena aku bertahan hingga akhirnya.
Tuhan…
Malam ini aku tidak meminta apa-apa untuk diriku.
Jadilah kehendakmu di bumi seperti di Surga.
Karena aku tahu, bersama-Mu semuanya akan Engkau berikan.
AMIN
Detik berikutnya Daniel menatapku dengan lembut dan lemah. Perlahan-lahan matanya tertutup rapat. Air mataku jatuh berderai tak tertahan.
----------
Banyak orang bertanya "kenapa sejak saya ikut Tuhan koq hidup saya malah seperti ini dan itu" dari situ kita bisa belajar tentang ketulusan hati dlm mengasihi Tuhan Yesus, bisakah kita tetap mencintai Yesus walaupun Tuhan tdk memberkati kita, bisa kah kita tetap mengasihi Yesus walaupun Tuhan Yesus tdk sembuhkanmu, bisa kah kita tetapi mengasihi Yesus walaupun Yesus tdk menolongmu...
Kiranya renungan ini bisa menjadi sebuah pelajaran bagi kita, bisakah kita mencintai Allah dan mengasihi Allah dengan tulus tanpa mengharapakan apa2 dariNYA.
"Kemarahan"
Lihatlah, seorang yang menempatkan dirinya sendiri dalam kemarahan adalah bagaikan sebuah boneka; ia tidak tahu baik apa yang ia katakan ataupun apa yang ia lakukan; iblis menguasainya sepenuhnya.
Emosi ini, berasal dari iblis: menunjukkan bahwa kita ada dalam cengkeramannya. iblis adalah tuan atas hati kita;bahwa ia mengendalikan segala tali-talinya, dan membuat kita menari-nari seturut kehendak hatinya.
Betapa malangnya kita, menjadi bulan-bulanan roh-roh jahat? Mereka memperlakukan kita seturut kehendak mereka; mereka membisikkan kepada kita kata-kata keji, fitnah, dengki, dendam, hujat, sumpah-serapah, makian: mereka bahkan bertindak begitu jauh hingga mendorong kita membunuh sesama.
Apabila kita tidak menghabisi nyawa sesama, kita melampiaskan amarah kepadanya, kita mengutukinya, kita menyerahkannya pada iblis, kita mengharapkan kematiannya; kita menghendaki itu semua demi memuaskan diri sendiri.
"Seorang pemabuk dari desa itu dengan berjalan sempoyongan menemui pastor paroki. Dengan membawa surat kabar. Ia memberi salam hormat.
Pastor itu merasa terganggu dan mengabaikan salam itu karena orang itu sedang agak mabuk.
Namun ternyata Ia datang dengan maksud tertentu."Maaf, pastor,"katanya."Tahukah pastor apa menyebabkan arthritis?" Pastor juga mengabaikan pertanyaan itu.
Tetapi orang itu mengulangi lagi pertanyaannya, pastor itu dengan agak marah berpaling kepadanya danberteriak,"Minuman keras menyebabkan arthritis! Berjudi menyebabk an arthritis! Pergi ke pelacuran menyebabkan arthritis..."Dan baru kemudian, sudah terlambat, ia bertanya," Mengapa engkau tanyakan itu?"
"Karena dalam surat kabar ini dikatakan:bahwa Paus menderita sakit arthritis!"
(kutipan cerita dari “Doa Sang katak” ~Anthony De Mello, SJ)
===================
2 Korintus 11:14 "Hal itu tidak usah mengherankan. sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang."
Yakobus 3:14-15 "Jika kamu menaruh perasaan iri hati dan kamu mementingkan diri sendiri, janganlah kamu memegahkan diri dan janganlah berdusta melawan kebenaran!Itubukanlah hikmat yang datang dari atas,tetapi dari dunia, dari nafsu manusia, dari setan-setan."
Mazmur 37 : 8 “ Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati, jangan marah,itu hanya membawa kepada kejahatan.”
Emosi ini, berasal dari iblis: menunjukkan bahwa kita ada dalam cengkeramannya. iblis adalah tuan atas hati kita;bahwa ia mengendalikan segala tali-talinya, dan membuat kita menari-nari seturut kehendak hatinya.
Betapa malangnya kita, menjadi bulan-bulanan roh-roh jahat? Mereka memperlakukan kita seturut kehendak mereka; mereka membisikkan kepada kita kata-kata keji, fitnah, dengki, dendam, hujat, sumpah-serapah, makian: mereka bahkan bertindak begitu jauh hingga mendorong kita membunuh sesama.
Apabila kita tidak menghabisi nyawa sesama, kita melampiaskan amarah kepadanya, kita mengutukinya, kita menyerahkannya pada iblis, kita mengharapkan kematiannya; kita menghendaki itu semua demi memuaskan diri sendiri.
"Seorang pemabuk dari desa itu dengan berjalan sempoyongan menemui pastor paroki. Dengan membawa surat kabar. Ia memberi salam hormat.
Pastor itu merasa terganggu dan mengabaikan salam itu karena orang itu sedang agak mabuk.
Namun ternyata Ia datang dengan maksud tertentu."Maaf, pastor,"katanya."Tahukah pastor apa menyebabkan arthritis?" Pastor juga mengabaikan pertanyaan itu.
Tetapi orang itu mengulangi lagi pertanyaannya, pastor itu dengan agak marah berpaling kepadanya danberteriak,"Minuman keras menyebabkan arthritis! Berjudi menyebabk an arthritis! Pergi ke pelacuran menyebabkan arthritis..."Dan baru kemudian, sudah terlambat, ia bertanya," Mengapa engkau tanyakan itu?"
"Karena dalam surat kabar ini dikatakan:bahwa Paus menderita sakit arthritis!"
(kutipan cerita dari “Doa Sang katak” ~Anthony De Mello, SJ)
===================
2 Korintus 11:14 "Hal itu tidak usah mengherankan. sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang."
Yakobus 3:14-15 "Jika kamu menaruh perasaan iri hati dan kamu mementingkan diri sendiri, janganlah kamu memegahkan diri dan janganlah berdusta melawan kebenaran!Itubukanlah hikmat yang datang dari atas,tetapi dari dunia, dari nafsu manusia, dari setan-setan."
Mazmur 37 : 8 “ Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati, jangan marah,itu hanya membawa kepada kejahatan.”
TEKANAN BERBUAH KEBENARAN
"Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia akan berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa". Yohanes 15 : 1 - 8
"Tertekan", mungkin adalah kata yang paling ditakuti oleh setiap orang. Siapa yang mau tertekan? Pasti tidak ada seorangpun yang mau tertekan. Mungkin sebagian dari kita pernah merasakan bagaimana rasanya tertekan. Tetapi bukan seberapa berat tekanan yang menghimpit kita, melainkan maksud apa yang tersembunyi di balik tekanan itu.
Hal mamalukan yang sering kita lakukan ketika kita merasa tertekan adalah tenggelam dalam kesedihan dan menangis mengasihani diri sendiri. Tanpa sadar kita mengeluarkan kata-kata kasar dari mulut kita, sehingga kata-kata itu menyebabkan teman/saudara kita menjadi sakit hati. Tekanan merupakan sebuah ujian bagi hubungan kita dengan Tuhan.
Bagaimana hubungan pribadi kita dengan Tuhan ketika kita sedang tertekan? Saat seseorang tertekan, ia cenderung untuk melakukan segala sesuatu menuruti kehendak dan keinginannya
sendiri. Karena kekuatiran dan ketakutan menghimpit jiwa dan perasaannya. Seseorang akan dengan mudah meninggalkan imannya dan tidak percaya lagi pada janji-janji Allah.
Sebenarnya ketika kita merasa tertekan, kita mempunyai kesempatan untuk bertumbuh. Jika saja kita mau melihatnya dengan cara pandang yang positif. Kehidupan ini tidak akan pernah lepas dari yang namanya tekanan, stress dan musibah. Tetapi ketika kita membiarkan kerohanian kita dipelihara oleh Yesus, maka tekanan itu akan menghasilkan sesuatu yang
baru. Kekuatiran kita akan berubah menjadi ketenangan dan pengharapan, kata-kata kasar yang biasa keluar dari mulut kita akan menjadi kata-kata puji- pujian. Roh Kudus akan senantiasa mengajar dan menolong kita untuk menjadi lebih dekat dengan Tuhan. Dan kehidupan kita akan dipenuhi oleh buah- buah Roh yang kita hasilkan. Sebab lewat tekanan kita pasti akan melihat kemuliaan Allah, asal kita tetap berserah dan percaya padaNya. Tetaplah tinggal di dalam Yesus, sebab di luar Yesus kita tidak bisa berbuat apa-apa.
YANG PENTING BUKAN SEBERAPA BERAT TEKANAN YANG MENGHIMPIT KITA, TETAPI MAKSUD APA YANG TERSEMBUNYI DI BALIK TEKANAN ITU
"Tertekan", mungkin adalah kata yang paling ditakuti oleh setiap orang. Siapa yang mau tertekan? Pasti tidak ada seorangpun yang mau tertekan. Mungkin sebagian dari kita pernah merasakan bagaimana rasanya tertekan. Tetapi bukan seberapa berat tekanan yang menghimpit kita, melainkan maksud apa yang tersembunyi di balik tekanan itu.
Hal mamalukan yang sering kita lakukan ketika kita merasa tertekan adalah tenggelam dalam kesedihan dan menangis mengasihani diri sendiri. Tanpa sadar kita mengeluarkan kata-kata kasar dari mulut kita, sehingga kata-kata itu menyebabkan teman/saudara kita menjadi sakit hati. Tekanan merupakan sebuah ujian bagi hubungan kita dengan Tuhan.
Bagaimana hubungan pribadi kita dengan Tuhan ketika kita sedang tertekan? Saat seseorang tertekan, ia cenderung untuk melakukan segala sesuatu menuruti kehendak dan keinginannya
sendiri. Karena kekuatiran dan ketakutan menghimpit jiwa dan perasaannya. Seseorang akan dengan mudah meninggalkan imannya dan tidak percaya lagi pada janji-janji Allah.
Sebenarnya ketika kita merasa tertekan, kita mempunyai kesempatan untuk bertumbuh. Jika saja kita mau melihatnya dengan cara pandang yang positif. Kehidupan ini tidak akan pernah lepas dari yang namanya tekanan, stress dan musibah. Tetapi ketika kita membiarkan kerohanian kita dipelihara oleh Yesus, maka tekanan itu akan menghasilkan sesuatu yang
baru. Kekuatiran kita akan berubah menjadi ketenangan dan pengharapan, kata-kata kasar yang biasa keluar dari mulut kita akan menjadi kata-kata puji- pujian. Roh Kudus akan senantiasa mengajar dan menolong kita untuk menjadi lebih dekat dengan Tuhan. Dan kehidupan kita akan dipenuhi oleh buah- buah Roh yang kita hasilkan. Sebab lewat tekanan kita pasti akan melihat kemuliaan Allah, asal kita tetap berserah dan percaya padaNya. Tetaplah tinggal di dalam Yesus, sebab di luar Yesus kita tidak bisa berbuat apa-apa.
YANG PENTING BUKAN SEBERAPA BERAT TEKANAN YANG MENGHIMPIT KITA, TETAPI MAKSUD APA YANG TERSEMBUNYI DI BALIK TEKANAN ITU
ANAKKU, PASTORKU
(Surat dari Papa-Mama buat Anaknya yang seorang Imam)
Oleh Gereja Katolik Kristus Sang Penabur - Subang
Anakku tercinta….,
kau tetap menjadi anakku, namun bukan milikku.
Kau tetap darah dagingku, namun bukan kepunyaanku.
Kau tetap buah cinta perkawinan kami yang terindah,
namun bukan untuk kami semata.
Mulai sekarang,
Dalam iman aku memandangmu, "Utusan Tuhan-ku".
Dengan penuh harap, aku pasrahkan hidupku padamu, "Gembala-ku".
Dan sepenuh kasih, aku menyapamu, "Pastor-ku".
Tak ada yang aku minta, selain berkat;
tak ada yang ingin aku dapatkan selain berkat.
Saat aku sakit nanti, aku tahu, kau tak selalu akan hadir,
walau aku ingin kau hadir.
Saat aku dalam kesendirian di uzur usiaku,
aku sadar bahwa kau tiada waktu temani aku,
biar aku amat rindu dan berharap.
Sungguh, pada saatnya tiba, akan terasa begitu indah, damai dan bahagianya,
bila aku menutup mata diiring berkat dan olesan minyak kudus,
dari tangan kudus putera kesayanganku.
Saat ini setiap lidah di surga dan di bumi berseru kepadamu :
“Berbahagialah rahim yang telah mengandung engkau” – dan -
“Bergembiralah dia yang dari benihnya, engkau dibentuk”.
Jikalau berkenan, aku memohon, anakku :
“Jangan biarkan rahim ini menjadi malu dan benih ini tak mampu tegakkan wajah,
di hadapan wajah-wajah surga dan bumi”.
Kumohon dari kerinduan jiwaku,
Biarlah KASIH menjadi hukummu dan Kesukaanmu adalah Sabda Suci Allah.
Kesenanganmu adalah melakukan Kehendak-Nya.
Keutamaanmu adalah keselamatan jiwa-jiwa.
Kehormatanmu adalah kematian oleh karena KASIH.
Kebahagiaanmu adalah menjadi kepunyaan Allah.
Untuk kau anakku, cinta dan harapanku :
Jangan menjual kemiskinan hidupmu, demi kemewahan yang tak seharusnya.
Tak boleh menggadaikan kemurnianmu, demi kenikmatan yang tak wajar.
Jangan pula mengendorkan kesetiaanmu, demi kebebasan yang tak patut.
Yakinlah akan kebenaran dan kepastian iman ini, anakku :
Allah SETIA MENGASIHI-mu
Sadarlah sepanjang hidupmu, bhw “Roh Tuhan ada pada-mu” utk menyertaimu.
Karena itu dengan sukacita perdengarkan dan perlihatkanlan kepada dunia dalam hidupmu, bahwa,
“kini aku hidup, tetapi bukan lagi aku yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.”
Gembala kesayanganku…, sekarang pergilah…!
Perjuangan baru dimulai, namun Jangan Takut…!
Jadilah anak kesayangan Allah dan kebanggaan kaum beriman.
TEGUH dalam Iman, KOKOH dalam Pengharapan, dan SETIA dalam mengasihi.
Aku mencintaimu dan akan terus mencintaimu, sampai ke batas hidupku
Kuiring juangmu dengan doa pada Allah-ku,
sampai aku pergi ke langit tinggi, tinggalkan raga insaniku di bumi,
karena aku amat mengasihi-mu.
Anakku, Pastorku..... "Kami amat mencintaimu".
(dari sebuah catatan seorang teman...)
Caritas Dei in cordibus Nostri
DIPERSEMBAHKAN KEPADA :
PARA PASTOR/ROMO/BIARAWAN/BIARAWATI YANG MENERIMA PANGGILAN IMAMAT.
PARA CALON PASTOR/ROMO/BIARAWAN/BIARAWATI YANG SEDANG MENERIMA PANGGILAN IMAMAT.
Oleh Gereja Katolik Kristus Sang Penabur - Subang
Anakku tercinta….,
kau tetap menjadi anakku, namun bukan milikku.
Kau tetap darah dagingku, namun bukan kepunyaanku.
Kau tetap buah cinta perkawinan kami yang terindah,
namun bukan untuk kami semata.
Mulai sekarang,
Dalam iman aku memandangmu, "Utusan Tuhan-ku".
Dengan penuh harap, aku pasrahkan hidupku padamu, "Gembala-ku".
Dan sepenuh kasih, aku menyapamu, "Pastor-ku".
Tak ada yang aku minta, selain berkat;
tak ada yang ingin aku dapatkan selain berkat.
Saat aku sakit nanti, aku tahu, kau tak selalu akan hadir,
walau aku ingin kau hadir.
Saat aku dalam kesendirian di uzur usiaku,
aku sadar bahwa kau tiada waktu temani aku,
biar aku amat rindu dan berharap.
Sungguh, pada saatnya tiba, akan terasa begitu indah, damai dan bahagianya,
bila aku menutup mata diiring berkat dan olesan minyak kudus,
dari tangan kudus putera kesayanganku.
Saat ini setiap lidah di surga dan di bumi berseru kepadamu :
“Berbahagialah rahim yang telah mengandung engkau” – dan -
“Bergembiralah dia yang dari benihnya, engkau dibentuk”.
Jikalau berkenan, aku memohon, anakku :
“Jangan biarkan rahim ini menjadi malu dan benih ini tak mampu tegakkan wajah,
di hadapan wajah-wajah surga dan bumi”.
Kumohon dari kerinduan jiwaku,
Biarlah KASIH menjadi hukummu dan Kesukaanmu adalah Sabda Suci Allah.
Kesenanganmu adalah melakukan Kehendak-Nya.
Keutamaanmu adalah keselamatan jiwa-jiwa.
Kehormatanmu adalah kematian oleh karena KASIH.
Kebahagiaanmu adalah menjadi kepunyaan Allah.
Untuk kau anakku, cinta dan harapanku :
Jangan menjual kemiskinan hidupmu, demi kemewahan yang tak seharusnya.
Tak boleh menggadaikan kemurnianmu, demi kenikmatan yang tak wajar.
Jangan pula mengendorkan kesetiaanmu, demi kebebasan yang tak patut.
Yakinlah akan kebenaran dan kepastian iman ini, anakku :
Allah SETIA MENGASIHI-mu
Sadarlah sepanjang hidupmu, bhw “Roh Tuhan ada pada-mu” utk menyertaimu.
Karena itu dengan sukacita perdengarkan dan perlihatkanlan kepada dunia dalam hidupmu, bahwa,
“kini aku hidup, tetapi bukan lagi aku yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.”
Gembala kesayanganku…, sekarang pergilah…!
Perjuangan baru dimulai, namun Jangan Takut…!
Jadilah anak kesayangan Allah dan kebanggaan kaum beriman.
TEGUH dalam Iman, KOKOH dalam Pengharapan, dan SETIA dalam mengasihi.
Aku mencintaimu dan akan terus mencintaimu, sampai ke batas hidupku
Kuiring juangmu dengan doa pada Allah-ku,
sampai aku pergi ke langit tinggi, tinggalkan raga insaniku di bumi,
karena aku amat mengasihi-mu.
Anakku, Pastorku..... "Kami amat mencintaimu".
(dari sebuah catatan seorang teman...)
Caritas Dei in cordibus Nostri
DIPERSEMBAHKAN KEPADA :
PARA PASTOR/ROMO/BIARAWAN/BIARAWATI YANG MENERIMA PANGGILAN IMAMAT.
PARA CALON PASTOR/ROMO/BIARAWAN/BIARAWATI YANG SEDANG MENERIMA PANGGILAN IMAMAT.
DIKHIANATI ORANG TERDEKAT
“Kalau musuhku yang mencela aku, aku masih dapat menanggungnya; kalau pembenciku yang membesarkan diri terhadap aku, aku masih dapat menyembunyikan diri terhadap dia.” Mazmur 55:13
Bila memperhatikan liku-liku perjalanan hidup Daud, yang melakukan pengkhianatan dan berbuat jahat terhadapnya bukan orang jauh atau musuh yang sesungguhnya, melainkan orang-orang terdekat yang makan sehidangan dengan dia.
Bukankah hal ini seringkali terjadi dalam kehidupan kita? Bukankah pengkhianatan, gosip, fitnahan, iri hati atau umpatan datangnya bukan dari musuh, melainkan dari orang-orang yang kita anggap sebagai teman, sahabat dan orang yang kita kasihi? Daud mengatakan, “Kalau musuhku yang mencela aku, aku masih dapat menanggungnya; kalau pembenciku yang membesarkan diri terhadap aku, aku masih dapat menyembunyikan diri terhadap dia. Tetapi engkau orang yang dekat dengan aku, temanku dan orang kepercayaanku: kami yang bersama-sama bergaul dengan baik, dan masuk rumah Allah di tengah-tengah keramaian.” (ayat 13-15). Ini adalah fakta dan mungkin kita pernah mengalaminya juga. Rekan kerja di kantor, teman satu sekolah, keluarga terdekat, suami atau isteri yang kita kasihi, bahkan saudara seiman satu gereja, di mana kita bersekutu dan beribadah bersama-sama, di luar dugaan malah menyakiti dan mengkhianati kita seperti musuh. Para pelayan Tuhan yang tampaknya dari luar begitu kompak dalam pelayanan, satu sama lain saling menjatuhkan. “Orang itu mengacungkan tangannya kepada mereka yang hidup damai dengan dia, janjinya dilanggarnya; mulutnya lebih licin dari mentega, tetapi ia berniat menyerang; perkataannya lebih lembut dari minyak, tetapi semuanya adalah pedang terhunus.” (ayat 21-22).
Jangankan Daud, Yesus pun mengalami hal yang sangat menyakitkan. Ia dikhianati oleh salah satu muridNya sendiri yaitu Yudas Iskariot, yang setiap hari makan semeja dengan Dia. Ketika Yesus ditangkap musuh-musuhNya, murid-muridNya justru meninggalkan Dia sendirian. “Lalu semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri.” (Matius 26:56b). Betapa pedih dan sakitnya dikhianati orang-orang terdekat!
Jangan bersedih hati, ada satu Pribadi yaitu Yesus yang senantiasa mengasihi kita dan tidak akan pernah meninggalkan kita sendiri.
Tuhan Yesus memberkati....
Bila memperhatikan liku-liku perjalanan hidup Daud, yang melakukan pengkhianatan dan berbuat jahat terhadapnya bukan orang jauh atau musuh yang sesungguhnya, melainkan orang-orang terdekat yang makan sehidangan dengan dia.
Bukankah hal ini seringkali terjadi dalam kehidupan kita? Bukankah pengkhianatan, gosip, fitnahan, iri hati atau umpatan datangnya bukan dari musuh, melainkan dari orang-orang yang kita anggap sebagai teman, sahabat dan orang yang kita kasihi? Daud mengatakan, “Kalau musuhku yang mencela aku, aku masih dapat menanggungnya; kalau pembenciku yang membesarkan diri terhadap aku, aku masih dapat menyembunyikan diri terhadap dia. Tetapi engkau orang yang dekat dengan aku, temanku dan orang kepercayaanku: kami yang bersama-sama bergaul dengan baik, dan masuk rumah Allah di tengah-tengah keramaian.” (ayat 13-15). Ini adalah fakta dan mungkin kita pernah mengalaminya juga. Rekan kerja di kantor, teman satu sekolah, keluarga terdekat, suami atau isteri yang kita kasihi, bahkan saudara seiman satu gereja, di mana kita bersekutu dan beribadah bersama-sama, di luar dugaan malah menyakiti dan mengkhianati kita seperti musuh. Para pelayan Tuhan yang tampaknya dari luar begitu kompak dalam pelayanan, satu sama lain saling menjatuhkan. “Orang itu mengacungkan tangannya kepada mereka yang hidup damai dengan dia, janjinya dilanggarnya; mulutnya lebih licin dari mentega, tetapi ia berniat menyerang; perkataannya lebih lembut dari minyak, tetapi semuanya adalah pedang terhunus.” (ayat 21-22).
Jangankan Daud, Yesus pun mengalami hal yang sangat menyakitkan. Ia dikhianati oleh salah satu muridNya sendiri yaitu Yudas Iskariot, yang setiap hari makan semeja dengan Dia. Ketika Yesus ditangkap musuh-musuhNya, murid-muridNya justru meninggalkan Dia sendirian. “Lalu semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri.” (Matius 26:56b). Betapa pedih dan sakitnya dikhianati orang-orang terdekat!
Jangan bersedih hati, ada satu Pribadi yaitu Yesus yang senantiasa mengasihi kita dan tidak akan pernah meninggalkan kita sendiri.
Tuhan Yesus memberkati....
KETERBATASAN KITA
Suzanne Bloch, seorang imigran dari Jerman, sering bermain musik bersama Albert Einstein dan para ilmuwan terkemuka lain. Ia berkata bahwa Einstein adalah pemain biola yang hebat,tetapi ia sering membuat jengkel para pemusik lainnya karena tak bisa mengikuti ketukan irama. "Einstein tak bisa menghitung ketukan," kata Bloch menjelaskan. Ya! Einstein bisa merancang teori-teori revolusioner tentang alam semesta, tetapi ia bermasalah dalam menghitung irama. Namun, meski memiliki keterbatasan, Einstein tetap seorang pemusik yang antusias.
Apakah kadang-kadang kita meratapi berbagai keterbatasan kita? Kita semua mempunyai kemampuan, tetapi kita kadang juga terhambat oleh ketidakmampuan.
Dari situ, kita bisa saja tergoda untuk menggunakan keterbatasan kita sebagai alasan untuk tidak melakukan beberapa hal, yang sebenarnya bisa kita lakukan jika Allah telah memampukan kita. Jika kita tidak berbakat untuk berbicara di depan umum atau menyanyi di paduan suara, bukan berarti kita boleh berdiam diri saja dan tidak melakukan apa-apa untuk pelayanan.
Saat kita menyadari bahwa kita semua mempunyai keterbatasan, marilah kita berusaha mencari pimpinan Allah untuk dapat menggunakan talenta kita. Kita pasti dapat berdoa. Kita pasti dapat menunjukkan kebaikan kepada orang lain. Kita dapat mengunjungi orang-orang yang kesepian, sakit, dan berusia lanjut. Kita dapat dengan sederhana dan mengena menceritakan betapa berartinya Yesus bagi hidup kita. Paulus berkata, "Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut anugerah yang diberikan kepada kita" (Roma
12:6)
TERLALU BANYAK ORANG MELAKUKAN KESALAHAN DENGAN MEMENDAM BERBAGAI TALENTA MEREKA
Apakah kadang-kadang kita meratapi berbagai keterbatasan kita? Kita semua mempunyai kemampuan, tetapi kita kadang juga terhambat oleh ketidakmampuan.
Dari situ, kita bisa saja tergoda untuk menggunakan keterbatasan kita sebagai alasan untuk tidak melakukan beberapa hal, yang sebenarnya bisa kita lakukan jika Allah telah memampukan kita. Jika kita tidak berbakat untuk berbicara di depan umum atau menyanyi di paduan suara, bukan berarti kita boleh berdiam diri saja dan tidak melakukan apa-apa untuk pelayanan.
Saat kita menyadari bahwa kita semua mempunyai keterbatasan, marilah kita berusaha mencari pimpinan Allah untuk dapat menggunakan talenta kita. Kita pasti dapat berdoa. Kita pasti dapat menunjukkan kebaikan kepada orang lain. Kita dapat mengunjungi orang-orang yang kesepian, sakit, dan berusia lanjut. Kita dapat dengan sederhana dan mengena menceritakan betapa berartinya Yesus bagi hidup kita. Paulus berkata, "Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut anugerah yang diberikan kepada kita" (Roma
12:6)
TERLALU BANYAK ORANG MELAKUKAN KESALAHAN DENGAN MEMENDAM BERBAGAI TALENTA MEREKA
LIHATLAH KUEKU MAMA
Hari ini ulang tahun pernikahan papa dan mama. Sejak sore mereka pergi dan akan makan malam di luar. Aku ingin membuat kue tart dari resep yang kudapat di sebuah majalah. Setelah dua belas tahun, inilah pertama kalinya aku belajar membuat kue.
Aku akan mencoba membuat kue terbaik untuk kupersembahkan kepada papa dan mama di hari istimewa ini. Aku sudah membeli semua bahan yang diperlukan dan begitu mobil yang dikendarai apa dan mama keluar dari pagar rumah, aku segera berlari ke dapur untuk membuat kue.
Aku sangat sibuk dengan kueku sehingga tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Hari sudah malam dan mungkin sebentar lagi papa dan mama akan pulang. Aku mengangkat kueku dari oven. Aku mencicipinya dan lapisan luarnya terasa agak pahit karena gosong.
Aku menarik nafas sambil memandang dapur yang berantakan. Blender dan mixer yang kotor, ada tepung yang bertaburan di lantai dan meja, ditambah lagi dengna mangkok-mangkok kotor yang belum sempat kubereskan, dan sebagainya.
Mana yang lebih dahulu harus kukerjakan, apakah menyelesaikan lapisan coklat di kueku atau membereskan dapur yang berantakan. Akhirnya aku memutuskan untuk menyelesaikan kueku. Ketika kueku selesai, aku mendengar suara mobil memasuki halaman rumah.
Aku segera mematikan lampu dan berharap ketika papa dan mama masuk ke dapur akan senang dengan kejutanku. Benar saja, papa dan mama berjalan berdampingan menuju dapur dan ketika mereka sampai di pintu, aku menyalakan lampu sambil berteriak “Suprise …!”
Mereka tersenyum dan aku memeluk mereka sambil mengucapkan selamat atas pernikahan indah mereka. Namun beberapa saat kemudian raut wajah mama berubah dan mama menjadi marah. “Coba lihat, apa yang sudah kau perbuat di dapur ini sehingga sangat berantakan. Sudah berapa kali mama katakan kepadamu untuk segera merapihkan sendiri segala sesuatu yang sudah kau buat menjadi kacau”
“Tetapi Ma …”
Belum sempat aku menjelaskan semuanya, mama sudah berpaling berjalan menuju kamarnya sambil berkata, “Seharusnya mama mengawasimu merapikan semua ini sekarang juga, tetapi sekarang mama sedang kesal. Besok pagi mama mau semuanya sudah rapih.”
“Sayang, coba lihat ke meja itu,” kata papa mencoba meredakan amarah mama.
“Aku tahu bahwa meja itu juga sangat berantakan dan aku juga tidak akan tahan melihatnya,” kata mama sambil berjalan.
Aku dan papa hanya terdiam. Aku menangis dan memeluk papa sambil berkata, “Pa, bahkan mama tidak melirik sedikit pun ke kue itu.”
Papa membelai rambutku sambil berkata, “Sayang, banyak orang tua menderita penyakit situational timberculer glaucoba - ketidakmampuan melihat gambaran secara menyeluruh karena terpengaruh oleh hal-hal kecil, dan itu yang terjadi kepada mama. Besok setelah mama tahu kau membuat kue untuknya, hatinya pasti akan terharu.”
Kita seringkali gagal melihat motivasi baik yang terbungkus oleh suatu keadaan yang buruk. Situational timberculer glaucoba membutakan kita sehingga kita tidak bisa melihat bentuk cinta kasih atau penghargaan yang dipersiapkan oleh orang-orang yang kita kasihi. Ada seorang ibu yang mencubit anaknya hingga memar karena anaknya memecahkan dua buah piring yang akan dicucinya. Manakah yang lebih berharga, terbentuknya kerajinan anak atau harga dua buah piring yang pecah itu ?
Jangan lukai perasaan orang yang kita kasihi karena hal-hal yang kecil, telusuri motivasi awal mereka ketika melakukan suatu hal kemudian bimbing mereka untuk melakukannya dengan cara yang lebih baik.
Ave Maria !!!
Aku akan mencoba membuat kue terbaik untuk kupersembahkan kepada papa dan mama di hari istimewa ini. Aku sudah membeli semua bahan yang diperlukan dan begitu mobil yang dikendarai apa dan mama keluar dari pagar rumah, aku segera berlari ke dapur untuk membuat kue.
Aku sangat sibuk dengan kueku sehingga tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Hari sudah malam dan mungkin sebentar lagi papa dan mama akan pulang. Aku mengangkat kueku dari oven. Aku mencicipinya dan lapisan luarnya terasa agak pahit karena gosong.
Aku menarik nafas sambil memandang dapur yang berantakan. Blender dan mixer yang kotor, ada tepung yang bertaburan di lantai dan meja, ditambah lagi dengna mangkok-mangkok kotor yang belum sempat kubereskan, dan sebagainya.
Mana yang lebih dahulu harus kukerjakan, apakah menyelesaikan lapisan coklat di kueku atau membereskan dapur yang berantakan. Akhirnya aku memutuskan untuk menyelesaikan kueku. Ketika kueku selesai, aku mendengar suara mobil memasuki halaman rumah.
Aku segera mematikan lampu dan berharap ketika papa dan mama masuk ke dapur akan senang dengan kejutanku. Benar saja, papa dan mama berjalan berdampingan menuju dapur dan ketika mereka sampai di pintu, aku menyalakan lampu sambil berteriak “Suprise …!”
Mereka tersenyum dan aku memeluk mereka sambil mengucapkan selamat atas pernikahan indah mereka. Namun beberapa saat kemudian raut wajah mama berubah dan mama menjadi marah. “Coba lihat, apa yang sudah kau perbuat di dapur ini sehingga sangat berantakan. Sudah berapa kali mama katakan kepadamu untuk segera merapihkan sendiri segala sesuatu yang sudah kau buat menjadi kacau”
“Tetapi Ma …”
Belum sempat aku menjelaskan semuanya, mama sudah berpaling berjalan menuju kamarnya sambil berkata, “Seharusnya mama mengawasimu merapikan semua ini sekarang juga, tetapi sekarang mama sedang kesal. Besok pagi mama mau semuanya sudah rapih.”
“Sayang, coba lihat ke meja itu,” kata papa mencoba meredakan amarah mama.
“Aku tahu bahwa meja itu juga sangat berantakan dan aku juga tidak akan tahan melihatnya,” kata mama sambil berjalan.
Aku dan papa hanya terdiam. Aku menangis dan memeluk papa sambil berkata, “Pa, bahkan mama tidak melirik sedikit pun ke kue itu.”
Papa membelai rambutku sambil berkata, “Sayang, banyak orang tua menderita penyakit situational timberculer glaucoba - ketidakmampuan melihat gambaran secara menyeluruh karena terpengaruh oleh hal-hal kecil, dan itu yang terjadi kepada mama. Besok setelah mama tahu kau membuat kue untuknya, hatinya pasti akan terharu.”
Kita seringkali gagal melihat motivasi baik yang terbungkus oleh suatu keadaan yang buruk. Situational timberculer glaucoba membutakan kita sehingga kita tidak bisa melihat bentuk cinta kasih atau penghargaan yang dipersiapkan oleh orang-orang yang kita kasihi. Ada seorang ibu yang mencubit anaknya hingga memar karena anaknya memecahkan dua buah piring yang akan dicucinya. Manakah yang lebih berharga, terbentuknya kerajinan anak atau harga dua buah piring yang pecah itu ?
Jangan lukai perasaan orang yang kita kasihi karena hal-hal yang kecil, telusuri motivasi awal mereka ketika melakukan suatu hal kemudian bimbing mereka untuk melakukannya dengan cara yang lebih baik.
Ave Maria !!!
MOM
Pada suatu sore yang cerah, seorang anak menghampiri ibunya di dapur yang sedang menyiapkan makan malam ,dan ia menyerahkan selembar kertas yang selesai dia tulis. Si ibu tersenyum menyambut kertas itu, dan setelah mengeringkan tangannya dengan celemek, ia membacanya.
Dan inilah tulisan si anak itu:
Untuk memotong rumput minggu ini Rp. 7.500,00
Untuk membersihkan kamar minggu ini Rp. 5.000,00
Untuk pergi ke toko menggantikan Mama Rp. 10.000,00
Untuk menjaga adik waktu Mama belanja Rp. 15.000,00
Untuk membuang sampah setiap hari Rp. 5.000,00
Untuk raport yang bagus Rp. 25.000,00
Untuk membersihkan dan menyapu halaman Rp. 12.500,00
Total jumlah hutang Rp. 80.000,00
Si ibu memandang anaknya yang berdiri di situ dengan penuh harap, dan berbagai kenangan terlintas dalam pikiran ibu itu. Kemudian ia mengambil pulpen, membalikkan kertasnya, dan menulis:
Untuk sembilan bulan ketika Mama mengandung kamu selama kamu tumbuh dalam perut Mama, GRATIS.
Untuk semua malam ketika Mama menemani kamu, mengobati kamu, dan mendoakan kamu, GRATIS.
Untuk semua saat susah, dan semua air mata yang kamu sebabkan selama ini, GRATIS.
Untuk semua malam yang dipenuhi rasa takut dan untuk rasa cemas di waktu yang akan datang, GRATIS.
Untuk mainan, makanan, baju, dan juga menyeka hidungmu, GRATIS.
Anakku, dan kalau kamu menjumlahkan semuanya, harga cinta sejati Mama adalah GRATIS.
Setelah selesai membaca apa yang ditulis ibunya, ia menatap wajah ibunya dan berkata: “Ma, aku sayang sekali pada Mama”.
Dan kemudian ia mengambil pulpen dan menulis dengan huruf besar-besar: “LUNAS”
Dan inilah tulisan si anak itu:
Untuk memotong rumput minggu ini Rp. 7.500,00
Untuk membersihkan kamar minggu ini Rp. 5.000,00
Untuk pergi ke toko menggantikan Mama Rp. 10.000,00
Untuk menjaga adik waktu Mama belanja Rp. 15.000,00
Untuk membuang sampah setiap hari Rp. 5.000,00
Untuk raport yang bagus Rp. 25.000,00
Untuk membersihkan dan menyapu halaman Rp. 12.500,00
Total jumlah hutang Rp. 80.000,00
Si ibu memandang anaknya yang berdiri di situ dengan penuh harap, dan berbagai kenangan terlintas dalam pikiran ibu itu. Kemudian ia mengambil pulpen, membalikkan kertasnya, dan menulis:
Untuk sembilan bulan ketika Mama mengandung kamu selama kamu tumbuh dalam perut Mama, GRATIS.
Untuk semua malam ketika Mama menemani kamu, mengobati kamu, dan mendoakan kamu, GRATIS.
Untuk semua saat susah, dan semua air mata yang kamu sebabkan selama ini, GRATIS.
Untuk semua malam yang dipenuhi rasa takut dan untuk rasa cemas di waktu yang akan datang, GRATIS.
Untuk mainan, makanan, baju, dan juga menyeka hidungmu, GRATIS.
Anakku, dan kalau kamu menjumlahkan semuanya, harga cinta sejati Mama adalah GRATIS.
Setelah selesai membaca apa yang ditulis ibunya, ia menatap wajah ibunya dan berkata: “Ma, aku sayang sekali pada Mama”.
Dan kemudian ia mengambil pulpen dan menulis dengan huruf besar-besar: “LUNAS”
JANGAN TAWAR HATI
Serombongan pemusik dan penyair selalu berkeliling menghibur rakyat. Mereka dengan sukacita mengerjakan tugas itu dari waktu demi waktu.
Suatu ketika mereka hanya mendapat sedikit uang dari hasil pertunjukan mereka karena kesulitan ekonomi yang sedang melanda negri itu, sehingga rakyat enggan menonton pertunjukan mereka.
Rombongan penghibur merasa keadaannya semakin memburuk, sehingga mereka memutuskan malam itu berhenti bermain, apalagi ditambah dengan cuaca buruk. Seorang diantara mereka berkata” kita cukup kecewa menghadapi malam-malam sebelumnya, dengan kondisi seperti ini pasti penonton malam ini menjadi semakin sedikit. lebih baik kita batalkan pertunjukannya”.
Tetapi ada satu anggota rombongan yang paling tua, berkata “Aku tahu kalian kecewa dan tawar hati, sekarang tinggal keputusan kalian apakah kalian semua akan tenggelam dalam putus asa dan tawar hati, lalu menghentikan apa yang semestinya kalian lakukan atau tetap lakukan yang terbaik karena menghibur adalah kesenangan kita dan tidak tergantung dengan baik atau buruknya kondisi diluar.”
Terpacu dari perkataan orang tua itu, mereka terbakar untuk mengadakan pertunjukan yang terbaik dialun-alun kota, penonton yang sedikit tidak mengurangi semangat mereka untuk menampilkan ketrampilan mereka. Malam itu adalah konser terbaik yang pernah mereka lakukan.
Selesai konser, ada secarik kertas yang ditujukan pada rombongan itu, lalu mereka membaca bersama-sama” Terimakasih atas penampilan kalian yang begitu indah dan memukau. tertanda RAJA KALIAN. Tentu saja mereka menjadi bangga dan bersyukur atas semua yang mereka lakukan, karena tanpa sepengetahuan mereka pertunjukan itu dilihat oleh RAJA mereka.
Sahabat,
Paling tidak ada dua orang yang melihat “pertunjukan”yang anda lakukan, yaitu diri anda sendiri dan Tuhan. Jangan pernah kecewa dan tawar hati dengan apa yang anda kerjakan sekalipun cuaca dan keadaan disekitar anda tidak mendukung.
Kualitas dan semangat kerja anda tidak dipengaruhi seberapa banyak orang yang melihat anda, tetapi ingatlah Tuhan sebagai Raja Agung Kehidupan selalu hadir dan menyaksikan pertunjukan yang sedang anda kerjakan. dan jika anda tahu bahwa Tuhan menyaksikan semua itu tidakkah seharusnya anda melakukan sebaik mungkin ?
Selamat mempersiapkan pertunjukan..!!
Ave Maria !!!
Suatu ketika mereka hanya mendapat sedikit uang dari hasil pertunjukan mereka karena kesulitan ekonomi yang sedang melanda negri itu, sehingga rakyat enggan menonton pertunjukan mereka.
Rombongan penghibur merasa keadaannya semakin memburuk, sehingga mereka memutuskan malam itu berhenti bermain, apalagi ditambah dengan cuaca buruk. Seorang diantara mereka berkata” kita cukup kecewa menghadapi malam-malam sebelumnya, dengan kondisi seperti ini pasti penonton malam ini menjadi semakin sedikit. lebih baik kita batalkan pertunjukannya”.
Tetapi ada satu anggota rombongan yang paling tua, berkata “Aku tahu kalian kecewa dan tawar hati, sekarang tinggal keputusan kalian apakah kalian semua akan tenggelam dalam putus asa dan tawar hati, lalu menghentikan apa yang semestinya kalian lakukan atau tetap lakukan yang terbaik karena menghibur adalah kesenangan kita dan tidak tergantung dengan baik atau buruknya kondisi diluar.”
Terpacu dari perkataan orang tua itu, mereka terbakar untuk mengadakan pertunjukan yang terbaik dialun-alun kota, penonton yang sedikit tidak mengurangi semangat mereka untuk menampilkan ketrampilan mereka. Malam itu adalah konser terbaik yang pernah mereka lakukan.
Selesai konser, ada secarik kertas yang ditujukan pada rombongan itu, lalu mereka membaca bersama-sama” Terimakasih atas penampilan kalian yang begitu indah dan memukau. tertanda RAJA KALIAN. Tentu saja mereka menjadi bangga dan bersyukur atas semua yang mereka lakukan, karena tanpa sepengetahuan mereka pertunjukan itu dilihat oleh RAJA mereka.
Sahabat,
Paling tidak ada dua orang yang melihat “pertunjukan”yang anda lakukan, yaitu diri anda sendiri dan Tuhan. Jangan pernah kecewa dan tawar hati dengan apa yang anda kerjakan sekalipun cuaca dan keadaan disekitar anda tidak mendukung.
Kualitas dan semangat kerja anda tidak dipengaruhi seberapa banyak orang yang melihat anda, tetapi ingatlah Tuhan sebagai Raja Agung Kehidupan selalu hadir dan menyaksikan pertunjukan yang sedang anda kerjakan. dan jika anda tahu bahwa Tuhan menyaksikan semua itu tidakkah seharusnya anda melakukan sebaik mungkin ?
Selamat mempersiapkan pertunjukan..!!
Ave Maria !!!
Tunjukanlah Kasihmu.....
Ada seorang pengusaha muda yang pagi itu terburu-buru berangkat kantor karena ia bangun rada kesiangan. Sementara pagi itu ia ada meeting dengan rekan bisnis-nya. Karena terburu-buru, ia tidak sempat menikmati sarapan pagi buatan isterinya. Ia lalu memutuskan untuk mampir ke sebuah toko untuk membeli roti sebagai ganti sarapan pagi. Pikirnya, “Nanti roti ini dimakan di kantor saja”.
Ketika ia sedang memilih roti yang hendak dibelinya, matanya tertarik mengamati seorang anak kecil berusia kira-kira sepuluh tahun yang sedang memilih bunga di toko sebelah. Anak kecil ini terlihat sedang tawar menawar harga bunga dengan pelayan toko tersebut.
“Mbak, harga bunga ini berapa?” tanyanya kepada pelayan toko.
“Lima puluh ribu rupiah”, jawab sang pelayan.
Kemudian ia memilih bunga yang lain dan bertanya kembali,
“Kalau bunga yang ini berapa?” .
“Ini lebih mahal lagi, seratus lima puluh ribu rupiah!” jawab sang pelayan.
“Kalau yang ini berapa?” tanyanya sambil menunjukkan bunga yang lebih bagus lagi.
“Ini harganya dua ratus lima puluh ribu, nak!” jawab sang pelayan.
Anak ini terlihat bingung karena harga bunganya bertambah tinggi, sementara ia tidak menyadari bahwa bunga yang ia tunjuk itu bunga yang paling bagus.
Dengan sedih ia bertanya, “Adakah bunga yang harganya lima ribu?”
Anak ini ternyata hanya memiliki uang lima ribu rupiah walau keinginannya untuk mendapatkan bunga itu sangat besar. Belum sempat pelayan toko itu menjawab, pengusaha muda ini segera bertanya kepada sang anak, “Nak, kamu mau beli bunga buat siapa?”
Kemudian anak ini menjawab, “Saya mau beli bunga buat mama, karena hari ini mama ulang tahun!” Pengusaha muda ini tersentak, dalam hatinya ia berkata, “Wah… mati aku, aku lupa! Hari ini isteriku ulang tahun. Aku belum mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya. Kalau sampai aku lupa, ia bisa marah!” Segera ia berkata kepada pelayan toko, “Mbak, saya beli bunga ini. Saya beli dua ikat. Satunya buat anak ini. Tolong nanti antar bunga ini ke alamat rumah saya,” katanya sambil memberikan kartu namanya. Kemudian pengusaha muda itu memberikan bunga tersebut kepada sang anak dan mengucapkan terima kasih sudah mengingatkannya bahwa hari ini ternyata isterinya juga berulang tahun. Anak itu kemudian pergi.
Pengusaha ini segera bergegas ke mobilnya dan melanjutkan perjalanan ke kantor. Ketika ia sedang mengendarai mobil, ia melewati anak kecil tadi sedang berjalan. Iapun berhenti dan bertanya apakah ia satu jurusan dengannya. Anak kecil itu mengiyakan dan kemudian masuk ke dalam mobilnya.
Sampai di suatu tempat yang agak sepi anak ini minta turun. Pengusaha muda tersebut heran melihat anak kecil ini masuk melewati sebuah lorong kecil. Karena penasaran, ia mengikuti sang anak dari belakang. Betapa terkejutnya ia ketika melihat anak kecil ini menaruh bunganya di sebuah gundukan tanah kuning yang masih basah.
Kemudian ia bertanya, “Nak, ini kuburan siapa?”
Anak kecil itu kemudian menjawab, “Oom, hari ini mama ulang tahun. Tetapi sayang, mama baru saja meninggal dua hari yang lalu. Oleh sebab itu saya datang ke tempat ini untuk membawakan mama bunga dan mengucapkan selamat ulang tahun.”
Pengusaha muda begitu tersentak dengan perkataan anak ini.
“Apakah isteriku masih hidup saat ini?” tanyanya dalam hati.
Segeralah ia berlari masuk ke mobil, mengendarainya dengan kecepatan tinggi dan menuju ke toko tadi. Dengan terengah-engah ia berkata kepada pelayan toko, “Mana bunga yang tadi saya beli? Bunganya tidak usah dikirim, biar saya saja yang langsung memberikannya ke tangan isteri saya.”
Dengan cepat ia menyambar bunga tersebut dan menyetir pulang. Sampai di rumah, ia segera berlari mendapatkan isterinya. “Puji Tuhan! Isteriku masih hidup!” Sambil memberikan bunga ia berkata, “Isteriku, selamat ulang tahun”. Kemudian ia mencium dan memeluk isterinya kuat-kuat sambil mengucap syukur kepada Tuhan. Sambil menangis ia berkata, “Terima kasih, Tuhan. Engkau masih memberikan kesempatan kedua kepadaku.”
Banyak diantara kita terlalu sibuk dengan aktifitas sehari-hari. Aktifitas dan rutinitas ternyata sudah ‘membunuh’ perhatian dan momen-momen penting yang harus dinikmati bersama orang-orang yang kita kasihi; orang tua, suami, isteri, anak-anak, dan saudara-saudara kita.
Demi mengejar karier, uang dan jabatan bahkan pelayanan banyak orang melupakan keluarga. Seorang businessman hanya berpikir bahwa memenuhi kebutuhan materi isteri dan anak-anak sudah membuatnya merasa menjadi ayah yang baik. Seorang pelayan Tuhan berpikir bahwa dengan sibuk dalam pelayanan dan dikenal di mana-mana sudah membuatnya merasa menjadi orang yang benar di dalam keluarganya. Kita tidak sadar, kita sudah salah jika berpikir
demikian.
Hari ini, kalau kita masih diberi kesempatan untuk hidup semua hanyalah kasih karunia Tuhan. Oleh sebab itu, jangan tunggu sampai besok untuk menunjukkan kasih dan sayang kita kepada orang-orang disekitar kita, terutama orang-orang yang paling dekat dengan kita. Jangan tunggu mereka mati kita baru menyadarinya. Jangan tunggu sampai besok! Karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi dengan hari esok. Jika kita masih hidup pada hari ini berarti ini kesempatan kedua buat kita. Ambil kesempatan kedua yang Tuhan anugrahkan buat kita hari ini.
Ketika ia sedang memilih roti yang hendak dibelinya, matanya tertarik mengamati seorang anak kecil berusia kira-kira sepuluh tahun yang sedang memilih bunga di toko sebelah. Anak kecil ini terlihat sedang tawar menawar harga bunga dengan pelayan toko tersebut.
“Mbak, harga bunga ini berapa?” tanyanya kepada pelayan toko.
“Lima puluh ribu rupiah”, jawab sang pelayan.
Kemudian ia memilih bunga yang lain dan bertanya kembali,
“Kalau bunga yang ini berapa?” .
“Ini lebih mahal lagi, seratus lima puluh ribu rupiah!” jawab sang pelayan.
“Kalau yang ini berapa?” tanyanya sambil menunjukkan bunga yang lebih bagus lagi.
“Ini harganya dua ratus lima puluh ribu, nak!” jawab sang pelayan.
Anak ini terlihat bingung karena harga bunganya bertambah tinggi, sementara ia tidak menyadari bahwa bunga yang ia tunjuk itu bunga yang paling bagus.
Dengan sedih ia bertanya, “Adakah bunga yang harganya lima ribu?”
Anak ini ternyata hanya memiliki uang lima ribu rupiah walau keinginannya untuk mendapatkan bunga itu sangat besar. Belum sempat pelayan toko itu menjawab, pengusaha muda ini segera bertanya kepada sang anak, “Nak, kamu mau beli bunga buat siapa?”
Kemudian anak ini menjawab, “Saya mau beli bunga buat mama, karena hari ini mama ulang tahun!” Pengusaha muda ini tersentak, dalam hatinya ia berkata, “Wah… mati aku, aku lupa! Hari ini isteriku ulang tahun. Aku belum mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya. Kalau sampai aku lupa, ia bisa marah!” Segera ia berkata kepada pelayan toko, “Mbak, saya beli bunga ini. Saya beli dua ikat. Satunya buat anak ini. Tolong nanti antar bunga ini ke alamat rumah saya,” katanya sambil memberikan kartu namanya. Kemudian pengusaha muda itu memberikan bunga tersebut kepada sang anak dan mengucapkan terima kasih sudah mengingatkannya bahwa hari ini ternyata isterinya juga berulang tahun. Anak itu kemudian pergi.
Pengusaha ini segera bergegas ke mobilnya dan melanjutkan perjalanan ke kantor. Ketika ia sedang mengendarai mobil, ia melewati anak kecil tadi sedang berjalan. Iapun berhenti dan bertanya apakah ia satu jurusan dengannya. Anak kecil itu mengiyakan dan kemudian masuk ke dalam mobilnya.
Sampai di suatu tempat yang agak sepi anak ini minta turun. Pengusaha muda tersebut heran melihat anak kecil ini masuk melewati sebuah lorong kecil. Karena penasaran, ia mengikuti sang anak dari belakang. Betapa terkejutnya ia ketika melihat anak kecil ini menaruh bunganya di sebuah gundukan tanah kuning yang masih basah.
Kemudian ia bertanya, “Nak, ini kuburan siapa?”
Anak kecil itu kemudian menjawab, “Oom, hari ini mama ulang tahun. Tetapi sayang, mama baru saja meninggal dua hari yang lalu. Oleh sebab itu saya datang ke tempat ini untuk membawakan mama bunga dan mengucapkan selamat ulang tahun.”
Pengusaha muda begitu tersentak dengan perkataan anak ini.
“Apakah isteriku masih hidup saat ini?” tanyanya dalam hati.
Segeralah ia berlari masuk ke mobil, mengendarainya dengan kecepatan tinggi dan menuju ke toko tadi. Dengan terengah-engah ia berkata kepada pelayan toko, “Mana bunga yang tadi saya beli? Bunganya tidak usah dikirim, biar saya saja yang langsung memberikannya ke tangan isteri saya.”
Dengan cepat ia menyambar bunga tersebut dan menyetir pulang. Sampai di rumah, ia segera berlari mendapatkan isterinya. “Puji Tuhan! Isteriku masih hidup!” Sambil memberikan bunga ia berkata, “Isteriku, selamat ulang tahun”. Kemudian ia mencium dan memeluk isterinya kuat-kuat sambil mengucap syukur kepada Tuhan. Sambil menangis ia berkata, “Terima kasih, Tuhan. Engkau masih memberikan kesempatan kedua kepadaku.”
Banyak diantara kita terlalu sibuk dengan aktifitas sehari-hari. Aktifitas dan rutinitas ternyata sudah ‘membunuh’ perhatian dan momen-momen penting yang harus dinikmati bersama orang-orang yang kita kasihi; orang tua, suami, isteri, anak-anak, dan saudara-saudara kita.
Demi mengejar karier, uang dan jabatan bahkan pelayanan banyak orang melupakan keluarga. Seorang businessman hanya berpikir bahwa memenuhi kebutuhan materi isteri dan anak-anak sudah membuatnya merasa menjadi ayah yang baik. Seorang pelayan Tuhan berpikir bahwa dengan sibuk dalam pelayanan dan dikenal di mana-mana sudah membuatnya merasa menjadi orang yang benar di dalam keluarganya. Kita tidak sadar, kita sudah salah jika berpikir
demikian.
Hari ini, kalau kita masih diberi kesempatan untuk hidup semua hanyalah kasih karunia Tuhan. Oleh sebab itu, jangan tunggu sampai besok untuk menunjukkan kasih dan sayang kita kepada orang-orang disekitar kita, terutama orang-orang yang paling dekat dengan kita. Jangan tunggu mereka mati kita baru menyadarinya. Jangan tunggu sampai besok! Karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi dengan hari esok. Jika kita masih hidup pada hari ini berarti ini kesempatan kedua buat kita. Ambil kesempatan kedua yang Tuhan anugrahkan buat kita hari ini.
Roh Pemenang
"Kemudian Kaleb mencoba menentramkan hati bangsa itu di hadapan Musa, katanya: "Tidak! Kita akan maju dan menduduki negeri itu dan mengalahkannya!" (Bilangan 13 : 30)
Sir Edmund Hillary adalah manusia pertama yang menaklukkan Gunung Everest. Pada percobaan pertama, ia gagal. Ia diberi gelar oleh Ratu Elizabeth setelah dia berhasil mendaki gunung Everest. Pada hari pemberian penghargaan, di belakang meja utama tergantung gambar gunung Everest. Lalu semua orang berdiri dan memberikan penghormatan atas keberaniannya menaklukkan gunung tersebut. Ketika semua penonton berhenti bertepuk tangan, Hillary berkata kepada penonton, "Gunung Everest pernah menaklukkan saya sekali dan dapat menaklukkannya saya kembali, tetapi saya kembali dan kembali lagi. Dan sekarang saya menjadi pemenang karena gunung itu tidak dapat menjadi besar tetapi saya dapat menjadi besar!"
Seperti juga Kaleb. Dia berbeda dengan sepuluh pengintai lainnya. Apa yang membuatnya berbeda? Dia memiliki roh pemenang karena dia mengandalkan Tuhan sebagai Allah yang melindungi dan menyertai. Kaleb melihat bahwa bersama Tuhan dia akan mampu melakukan hal-hal yang mustahil. Sungguh suatu sikap yang luar biasa dan perlu ditiru oleh kita semua. Bahwa memang kita diciptakan berbeda.
Saat menghadapi badai kehidupan, seringkali kita putus asa dan mudah menyerah, padahal seharusnya kita dapat belajar dari kegagalan kita, karena kegagalan bisa menjadi guru yang dapat mengajar kita tentang cara untuk berhasil dan meraih kemenangan. Dalam setiap kegagalan yang kita hadapi pasti ada pelajaran berharga untuk kita bisa bertumbuh, menjadi kuat dan lebih baik.
Apakah saat ini kita sedang menghadapi berbagai macam persoalan dan seolah tidak mampu menghadapinya? Kegagalan demi kegagalan terus mengikuti pekerjaan, rumah tangga, studi atau apapun yang sedang kita kerjakan saat ini, jangan putus asa! Sekalipun kita sering gagal atau ada tantangan berat di depan kita, percayalah bahwa Allah sanggup merubah yang buruk menjadi baik. Milikilah roh yang besar, yaitu Roh Pemenang!
ROH KITA AKAN MENJADI KUAT LEWAT TANTANGAN DAN KEGAGALAN HIDUP.
Sir Edmund Hillary adalah manusia pertama yang menaklukkan Gunung Everest. Pada percobaan pertama, ia gagal. Ia diberi gelar oleh Ratu Elizabeth setelah dia berhasil mendaki gunung Everest. Pada hari pemberian penghargaan, di belakang meja utama tergantung gambar gunung Everest. Lalu semua orang berdiri dan memberikan penghormatan atas keberaniannya menaklukkan gunung tersebut. Ketika semua penonton berhenti bertepuk tangan, Hillary berkata kepada penonton, "Gunung Everest pernah menaklukkan saya sekali dan dapat menaklukkannya saya kembali, tetapi saya kembali dan kembali lagi. Dan sekarang saya menjadi pemenang karena gunung itu tidak dapat menjadi besar tetapi saya dapat menjadi besar!"
Seperti juga Kaleb. Dia berbeda dengan sepuluh pengintai lainnya. Apa yang membuatnya berbeda? Dia memiliki roh pemenang karena dia mengandalkan Tuhan sebagai Allah yang melindungi dan menyertai. Kaleb melihat bahwa bersama Tuhan dia akan mampu melakukan hal-hal yang mustahil. Sungguh suatu sikap yang luar biasa dan perlu ditiru oleh kita semua. Bahwa memang kita diciptakan berbeda.
Saat menghadapi badai kehidupan, seringkali kita putus asa dan mudah menyerah, padahal seharusnya kita dapat belajar dari kegagalan kita, karena kegagalan bisa menjadi guru yang dapat mengajar kita tentang cara untuk berhasil dan meraih kemenangan. Dalam setiap kegagalan yang kita hadapi pasti ada pelajaran berharga untuk kita bisa bertumbuh, menjadi kuat dan lebih baik.
Apakah saat ini kita sedang menghadapi berbagai macam persoalan dan seolah tidak mampu menghadapinya? Kegagalan demi kegagalan terus mengikuti pekerjaan, rumah tangga, studi atau apapun yang sedang kita kerjakan saat ini, jangan putus asa! Sekalipun kita sering gagal atau ada tantangan berat di depan kita, percayalah bahwa Allah sanggup merubah yang buruk menjadi baik. Milikilah roh yang besar, yaitu Roh Pemenang!
ROH KITA AKAN MENJADI KUAT LEWAT TANTANGAN DAN KEGAGALAN HIDUP.
Pendaki Gunung
Suatu ketika, ada seorang pendaki gunung yang sedang bersiap-siap melakukan perjalanan. Di punggungnya, ada ransel carrier dan beragam carabiner (pengait) yang tampak bergelantungan. Tak lupa tali-temali yang disusun melingkar di sela-sela bahunya. Pendakian kali ini cukup berat, persiapan yang dilakukan pun lebih lengkap.
Kini, di hadapannya menjulang sebuah gunung yang tinggi. Puncaknya tak terlihat, tertutup salju yang putih. Ada awan berarak-arak disekitarnya, membuat tak seorangpun tahu apa yang tersembunyi didalamnya. Mulailah pendaki muda ini melangkah, menapaki jalan-jalan bersalju yang terbentang di hadapannya. Tongkat berkait yang di sandangnya, tampak menancap setiap kali ia mengayunkan langkah.
Setelah beberapa berjam-jam berjalan, mulailah ia menghadapi dinding yangterjal. Tak mungkin baginya untuk terus melangkah. Dipersiapkannya tali temali dan pengait di punggungnya. Tebing itu terlalu curam, ia harus mendaki dengan tali temali itu. Setelah beberapa kait ditancapkan,tiba-tiba terdengar gemuruh yang datang dari atas. Astaga, ada badai salju yang datang tanpa disangka. Longsoran salju tampak deras menimpa tubuh sang pendaki. Bongkah-bongkah salju yang mengeras, terus berjatuhan disertai deru angin yang membuat tubuhnya terhempas-hempas ke arah dinding.
Badai itu terus berlangsung selama beberapa menit. Namun, untunglah,tali-temali dan pengait telah menyelamatkan tubuhnya dari dinding yang curam itu. Semua perlengkapannya telah lenyap, hanya ada sebilah pisau yang ada di pinggangnya. Kini ia tampak tergantung terbalik di dinding yang terjal itu. Pandangannya kabur, karena semuanya tampak memutih. ia tak tahu dimana ia berada.
Sang pendaki begitu cemas, lalu ia berkomat-kamit, memohon doa kepada Tuhan agar diselamatkan dari bencana ini. Mulutnya terus bergumam, berharap ada pertolongan Tuhan datang padanya.
Suasana hening setelah badai. Di tengah kepanikan itu, tampak terdengar suara dari hati kecilnya yang menyuruhnya melakukan sesuatu. "Potong tali itu.... potong tali itu.
Terdengar senyap melintasi telinganya. Sang pendaki bingung, apakah ini perintah dari Tuhan? Apakah suara ini adalah pertolongan dari Tuhan? Tapi bagaimana mungkin, memotong tali yang telah menyelamatkannya, sementara dinding ini begitu terjal? Pandanganku terhalang oleh salju ini, bagaimana aku bisa tahu? Banyak sekali pertanyaan dalam dirinya. Lama ia merenungi keputusan ini, dan ia tak mengambil keputusan apa-apa...
Beberapa minggu kemudian, seorang pendaki menemukan ada tubuh yang tergantung terbalik di sebuah dinding terjal. Tubuh itu tampak membeku,dan tampak telah meninggal karena kedinginan. Sementara itu, batas tubuh itu dengan tanah, hanya berjarak 1 meter saja....
Teman, kita mungkin kita akan berkata, betapa bodohnya pendaki itu, yang tak mau menuruti kata hatinya. Kita mungkin akan menyesalkan tindakan pendaki itu yang tak mau memotong saja tali pengaitnya. Pendaki itu tentu akan bisa selamat dengan membiarkannya terjatuh ke tanah yang hanya berjarak 1 meter. Ia tentu tak harus mati kedinginan karena tali itulah yang justru membuatnya terhalang.
Begitulah, kadang kita berpikir, mengapa Sang Pencipta tampak tak melindungi hamba-Nya? Kita mungkin sering merasa, mengapa ada banyak sekali beban,masalah, hambatan yang kita hadapi dalam mendaki jalan kehidupan ini. Kita sering mendapati ada banyak sekali badai-badai salju yang terus menghantam tubuh kita. Mengapa tak disediakan saja, jalan yang lurus, tanpa perlu menanjak, agar kita terbebas dari semua halangan itu?
Namun teman, cobaan yang diberikan Sang Pencipta buat kita, adalah latihan,adalah ujian, adalah layaknya besi-besi yang ditempa, adalah seperti pisau-pisau yang terus diasah. Sesungguhnya, di dalam semua ujian, dan latihan itu,ada tersimpan petunjuk-petunjuk, ada tersembunyi tanda-tanda, asal KITA PERCAYA.
Ya, asal kita percaya.
Seberapa besar rasa percaya kita kepada Sang Pencipta, sehingga mampu membuat kita "memotong tali pengait" saat kita tergantung terbalik? Seberapa besar rasa percaya kita kepada Sang Pencipta, hingga kita mau menyerahkan semua yang ada dalam diri kita kepada-Nya?
Karena percaya adanya di dalam hati, maka tanamkan terus hal itu dalam kalbumu. Karena rasa percaya tersimpan dalam hati,maka penuhilah nuranimu dengan kekuatan itu.Percayalah, akan ada petunjuk-petunjuk Sang Pencipta dalam setiap langkah kita menapaki jalan kehidupan ini. Carilah, gali, dan temukan rasa percaya itu dalam hatimu. Sebab, saat kita telah percaya, maka petunjuk itu akan datang dengan tanpa disangka.
Tuhan memberkati....
Selamat memasuki Minggu Adven I, 2011
Ave Maria !!!
Kini, di hadapannya menjulang sebuah gunung yang tinggi. Puncaknya tak terlihat, tertutup salju yang putih. Ada awan berarak-arak disekitarnya, membuat tak seorangpun tahu apa yang tersembunyi didalamnya. Mulailah pendaki muda ini melangkah, menapaki jalan-jalan bersalju yang terbentang di hadapannya. Tongkat berkait yang di sandangnya, tampak menancap setiap kali ia mengayunkan langkah.
Setelah beberapa berjam-jam berjalan, mulailah ia menghadapi dinding yangterjal. Tak mungkin baginya untuk terus melangkah. Dipersiapkannya tali temali dan pengait di punggungnya. Tebing itu terlalu curam, ia harus mendaki dengan tali temali itu. Setelah beberapa kait ditancapkan,tiba-tiba terdengar gemuruh yang datang dari atas. Astaga, ada badai salju yang datang tanpa disangka. Longsoran salju tampak deras menimpa tubuh sang pendaki. Bongkah-bongkah salju yang mengeras, terus berjatuhan disertai deru angin yang membuat tubuhnya terhempas-hempas ke arah dinding.
Badai itu terus berlangsung selama beberapa menit. Namun, untunglah,tali-temali dan pengait telah menyelamatkan tubuhnya dari dinding yang curam itu. Semua perlengkapannya telah lenyap, hanya ada sebilah pisau yang ada di pinggangnya. Kini ia tampak tergantung terbalik di dinding yang terjal itu. Pandangannya kabur, karena semuanya tampak memutih. ia tak tahu dimana ia berada.
Sang pendaki begitu cemas, lalu ia berkomat-kamit, memohon doa kepada Tuhan agar diselamatkan dari bencana ini. Mulutnya terus bergumam, berharap ada pertolongan Tuhan datang padanya.
Suasana hening setelah badai. Di tengah kepanikan itu, tampak terdengar suara dari hati kecilnya yang menyuruhnya melakukan sesuatu. "Potong tali itu.... potong tali itu.
Terdengar senyap melintasi telinganya. Sang pendaki bingung, apakah ini perintah dari Tuhan? Apakah suara ini adalah pertolongan dari Tuhan? Tapi bagaimana mungkin, memotong tali yang telah menyelamatkannya, sementara dinding ini begitu terjal? Pandanganku terhalang oleh salju ini, bagaimana aku bisa tahu? Banyak sekali pertanyaan dalam dirinya. Lama ia merenungi keputusan ini, dan ia tak mengambil keputusan apa-apa...
Beberapa minggu kemudian, seorang pendaki menemukan ada tubuh yang tergantung terbalik di sebuah dinding terjal. Tubuh itu tampak membeku,dan tampak telah meninggal karena kedinginan. Sementara itu, batas tubuh itu dengan tanah, hanya berjarak 1 meter saja....
Teman, kita mungkin kita akan berkata, betapa bodohnya pendaki itu, yang tak mau menuruti kata hatinya. Kita mungkin akan menyesalkan tindakan pendaki itu yang tak mau memotong saja tali pengaitnya. Pendaki itu tentu akan bisa selamat dengan membiarkannya terjatuh ke tanah yang hanya berjarak 1 meter. Ia tentu tak harus mati kedinginan karena tali itulah yang justru membuatnya terhalang.
Begitulah, kadang kita berpikir, mengapa Sang Pencipta tampak tak melindungi hamba-Nya? Kita mungkin sering merasa, mengapa ada banyak sekali beban,masalah, hambatan yang kita hadapi dalam mendaki jalan kehidupan ini. Kita sering mendapati ada banyak sekali badai-badai salju yang terus menghantam tubuh kita. Mengapa tak disediakan saja, jalan yang lurus, tanpa perlu menanjak, agar kita terbebas dari semua halangan itu?
Namun teman, cobaan yang diberikan Sang Pencipta buat kita, adalah latihan,adalah ujian, adalah layaknya besi-besi yang ditempa, adalah seperti pisau-pisau yang terus diasah. Sesungguhnya, di dalam semua ujian, dan latihan itu,ada tersimpan petunjuk-petunjuk, ada tersembunyi tanda-tanda, asal KITA PERCAYA.
Ya, asal kita percaya.
Seberapa besar rasa percaya kita kepada Sang Pencipta, sehingga mampu membuat kita "memotong tali pengait" saat kita tergantung terbalik? Seberapa besar rasa percaya kita kepada Sang Pencipta, hingga kita mau menyerahkan semua yang ada dalam diri kita kepada-Nya?
Karena percaya adanya di dalam hati, maka tanamkan terus hal itu dalam kalbumu. Karena rasa percaya tersimpan dalam hati,maka penuhilah nuranimu dengan kekuatan itu.Percayalah, akan ada petunjuk-petunjuk Sang Pencipta dalam setiap langkah kita menapaki jalan kehidupan ini. Carilah, gali, dan temukan rasa percaya itu dalam hatimu. Sebab, saat kita telah percaya, maka petunjuk itu akan datang dengan tanpa disangka.
Tuhan memberkati....
Selamat memasuki Minggu Adven I, 2011
Ave Maria !!!
Doa menghadapi ketakutan
Tuhan Yesus,
aku percaya kepadaMu
dan tidak ingin menjadi takut
terhadap apapun juga.
Engkau adalah Penyelamatku dan Kekuatanku.
Engkau adalah nyanyian yang muncul
di dalam hatiku.
Engkau telah menyelamatkan aku
dari tangan musuh-musuhku
dan telah memberikan kekuatan kepadaku
sehingga aku dapat melawan serangannya
terhadap hidupku.
Sertailah langkahku selalu ya Tuhan.
Di saat godaan dan tipu daya iblis
datang, kiranya Roh KudusMu menolongku untuk
mampu menolaknya.
PadaMu Tuhan 'ku letakkan hidupku
dan masa depanku ini.
BersamaMu aku yakin aku akan selalu
mendapatkan kedamaian dan suka cita
yang tak akan tergantikan oleh apapun juga
yang ada di dunia ini.
Di dalam namaMu Tuhan Yesus, Juru Selamatku,
aku berdoa.
Amin.
aku percaya kepadaMu
dan tidak ingin menjadi takut
terhadap apapun juga.
Engkau adalah Penyelamatku dan Kekuatanku.
Engkau adalah nyanyian yang muncul
di dalam hatiku.
Engkau telah menyelamatkan aku
dari tangan musuh-musuhku
dan telah memberikan kekuatan kepadaku
sehingga aku dapat melawan serangannya
terhadap hidupku.
Sertailah langkahku selalu ya Tuhan.
Di saat godaan dan tipu daya iblis
datang, kiranya Roh KudusMu menolongku untuk
mampu menolaknya.
PadaMu Tuhan 'ku letakkan hidupku
dan masa depanku ini.
BersamaMu aku yakin aku akan selalu
mendapatkan kedamaian dan suka cita
yang tak akan tergantikan oleh apapun juga
yang ada di dunia ini.
Di dalam namaMu Tuhan Yesus, Juru Selamatku,
aku berdoa.
Amin.
Pencerahan
~KETIKA....Aku ingin hidup KAYA,...... aku lupa, bahwa HIDUP adalah sebuah KEKAYAAN.
~KETIKA....Aku takut MEMBERI, .......aku lupa.....bahwa semua yang aku miliki adalah PEMBERIAN.
~KETIKA aku ingin jadi yang TERKUAT, aku lupa,....bahwa dalam KELEMAHAN Tuhan memberikan aku KEKUATAN:
~Ketika aku takut RUGI,.....aku lupa, bahwa Hidupku adalah sebuah KEBERUNTUNGAN karena bisa terlahir sebagai manusia dan mengenal Tuhan
Ternyata hidup ini sangat indah ......jika kita tahu Selalu bersyukur dgn apa yg sudah ada.
Selalulah senang dan suka berbuat baik. Jangan pernah berkata,
: "Esok 'kan masih ada waktu..." Karena setiap saat jarum jam itu dapat berhenti...
Adakalanya yg TERINDAH bukanlah yg TERBAIK...
Yg Sempurna tidak selalu menjanjikan KEBAHAGIAAN...
Jika mampu dan mau menerima semua kekurangan & kelebihan
itulah "KEBAHAGIAAN"
Seseorang pernah meminta Ajahn Chah untuk membahas tentang pencerahan; bisakah ia menceritakan pencerahannya? Saat semua orang begitu antusias mendengar jawabannya, Ajahn Chah menjawab:
“Pencerahan tidak sulit untuk dipahami. Ambillah pisang dan letakkan di mulutmu, lalu anda akan tahu seperti apa rasanya. Anda harus berlatih untuk merealisasi, dan anda harus tekun. Bila sangat mudah untuk menjadi tercerahkan, tentu setiap orang telah mencapainya. Saya mulai mengunjungi vihara ketika berumur delapan tahun, dan saya telah menjadi bhikkhu selama lebih dari empat puluh tahun. Tetapi anda mau bermeditasi dalam semalam atau dua malam dan langsung mencapai Nibbana. Tahukah, anda tidak hanya duduk dan -sim salabim- jadilah. Juga, anda tidak dapat meminta seseorang untuk meniup kepalamu dan membuatmu jadi tercerahkan."
Sahabatku yang semoga keberuntungannya selalu dekat,
ingatlah selalu bahwa ...
"Bukan keberuntungan yang menjadikanmu bijak, tapi kebijakanmu lah yang menjadikanmu beruntung."
Tuhan memberkati....
http://bundapenolongabadi.blogspot.com/
~KETIKA....Aku takut MEMBERI, .......aku lupa.....bahwa semua yang aku miliki adalah PEMBERIAN.
~KETIKA aku ingin jadi yang TERKUAT, aku lupa,....bahwa dalam KELEMAHAN Tuhan memberikan aku KEKUATAN:
~Ketika aku takut RUGI,.....aku lupa, bahwa Hidupku adalah sebuah KEBERUNTUNGAN karena bisa terlahir sebagai manusia dan mengenal Tuhan
Ternyata hidup ini sangat indah ......jika kita tahu Selalu bersyukur dgn apa yg sudah ada.
Selalulah senang dan suka berbuat baik. Jangan pernah berkata,
: "Esok 'kan masih ada waktu..." Karena setiap saat jarum jam itu dapat berhenti...
Adakalanya yg TERINDAH bukanlah yg TERBAIK...
Yg Sempurna tidak selalu menjanjikan KEBAHAGIAAN...
Jika mampu dan mau menerima semua kekurangan & kelebihan
itulah "KEBAHAGIAAN"
Seseorang pernah meminta Ajahn Chah untuk membahas tentang pencerahan; bisakah ia menceritakan pencerahannya? Saat semua orang begitu antusias mendengar jawabannya, Ajahn Chah menjawab:
“Pencerahan tidak sulit untuk dipahami. Ambillah pisang dan letakkan di mulutmu, lalu anda akan tahu seperti apa rasanya. Anda harus berlatih untuk merealisasi, dan anda harus tekun. Bila sangat mudah untuk menjadi tercerahkan, tentu setiap orang telah mencapainya. Saya mulai mengunjungi vihara ketika berumur delapan tahun, dan saya telah menjadi bhikkhu selama lebih dari empat puluh tahun. Tetapi anda mau bermeditasi dalam semalam atau dua malam dan langsung mencapai Nibbana. Tahukah, anda tidak hanya duduk dan -sim salabim- jadilah. Juga, anda tidak dapat meminta seseorang untuk meniup kepalamu dan membuatmu jadi tercerahkan."
Sahabatku yang semoga keberuntungannya selalu dekat,
ingatlah selalu bahwa ...
"Bukan keberuntungan yang menjadikanmu bijak, tapi kebijakanmu lah yang menjadikanmu beruntung."
Tuhan memberkati....
http://bundapenolongabadi.blogspot.com/