Ya Tuhan ambillah kesombonganku dariku.
Tuhan berkata, "Tidak. Bukan Aku yang mengambil, tapi kau yang harus menyerahkan nya."
Ya Tuhan sempurnakanlah kekurangan anakku yang cacat.
Tuhan berkata, "Tidak. Jiwanya telah sempurna, tubuhnya hanyalah sementara."
Ya Tuhan beri aku kesabaran.
Tuhan berkata, "Tidak. Kesabaran didapat dari ketabahan dalam menghadapi cobaan; tidak diberikan, kau harus meraihnya sendiri ."
Ya Tuhan beri aku kebahagiaan.
Tuhan berkata, "Tidak. Kuberi keberkahan, kebahagiaan tergantung kepadamu sendiri. "
Ya Tuhan jauhkan aku dari kesusahan.
Tuhan berkata, "Tidak. Penderitaan menjauhkanmu dari jerat duniawi dan mendekatkanmu pada Ku."
Ya Tuhan beri aku segala hal yang menjadikan hidup ini nikmat.
Tuhan berkata, "Tidak. Aku beri kau kehidupan supaya kau menikmati segala hal."
Ya Tuhan bantu aku MENCINTAI orang lain, sebesar cintaMu padaku.
Tuhan berkata... "Ahhhh , akhirnya kau mengerti !"
Kadang kala kita berpikir bahwa Tuhan tidak adil, kita telah susah payah memanjatkan doa, meminta dan berusaha, pagi-siang-malam, tapi tak ada hasilnya. Kita mengharapkan diberi pekerjaan, puluhan dan bahkan ratusan lamaran telah kita kirimkan tak ada jawaban sama sekali
Kita sudah bekerja keras dalam pekerjaanmengharapkan jabatan, tapi justru orang lain yang mendapatkannya tanpa susah payah. Kita mengharapkan diberi pasangan hidup yang baik dan sesuai, berakhir dengan penolakkan dan kegagalan, orang lain dengan mudah berganti pasangan. Kita menginginkan harta yang berkecukupan , namun kebutuhan terus meningkat. Coba kita bayangkan diri kita seperti anak kecil yang sedang demam dan pilek, lalu kita melihat tukang es. Kita yang sedang panas badannya merasa haus dan merasa dengan minum es dapat mengobati rasa demam (maklum anak kecil). Lalu kita meminta pada orang tua kita (seperti kita berdoa memohon pada Tuhan) dan merengek agar dibelikan es. Orangtua kita tentu lebih tahu kalau es dapat memperparah penyakit kita. Tentu dengan segala dalih kita tidak dibelikan es. Orangtua kita tentu ingin kita sembuh dulu baru boleh minum es yang lezat itu.
Begitu pula dengan Tuhan, segala yang kita minta Tuhan tahu apa yang paling baik bagi kita. Mungkin tidak sekarang, atau tidak di dunia ini Tuhan mengabulkan nya. Karena Tuhan tahu yang terbaik yang kita tidak tahu. Kita sembuhkan dulu diri kita sendiri dari "pilek" dan "demam".... dan terus berdoa.
"There's a time and place for everything, for everyone. God works in a mysterious way." We won't know what is HIS plan, but one thing we have to believe HE always give us the best way eventhough it will hurt us..
God Bless You....
Friday, January 20, 2012
"Perjalanan Kehidupan"
Ukuran sepatu menentukan kenyaman si pemakai,
Bukan merk ataupun harganya (Matius 7 : 1-2)
Bila engkau mengenakan sepatu yang ukurannya lebih besar,
Atau lebih kecil dari ukuran kakimu.
Maka engkau akan memperhatikan sepatu,
karena tidak nyaman serta sakit,
bukan merk atau harganya yang menjadikanmu menderita.
Bila engkau tidak menemukan yang sesuai dengan ukuran kakimu,
Engkau akan meninggalkan dan pergi, tidak akan membeli sepatu itu.
Engkau akan berusaha mencari dan menemukannya ukuran sepatu
yang sesuai dengan kakimu,
Bila menemukannya engkau akan membeli
Berapapun harganya, karena engkau membutuhkannya.(Matius : 44-46)
Bila engkau merasakan nyaman memakainya, engkau bisa menikmati sekelilingmu dan sepatu tidak kau perhatikan lagi (Mazmur 71: 17-18)
Ukuran sepatu adalah tetap, tidak dapat berubah.
Engkau sendiri yang mencarinya, menemukan, menyesuaikan serta memakainya.
Bukan sepatu yang menyesuaikan kakimu,
Tak ada satupun merk atau pabrik yang menyediakan atau memproduksi
sepatu yang bisa menyesuaikan kaki tiap orang.( Galatia 5 : 22)
Demikianlah perjalanan hidup manusia, mereka selalu mencari dan mencari,
Menemukan dan menemukan, menyesuaikan dan menyesuaikan.
(Matius 7 : 1-11)
Akan tetapi bila engkau tak berpengalaman, silahkan singgah ke “RUMAH TUHAN”(Amsal 9 : 4)
Allah akan mengajari engkau dengan ukuran yang sesuai dengan jiwamu,
Agar engkau merasa nyaman dan tentram, bila menggunakannya dan memakainya (Matius 11 :29) sehingga engkau tidak merasa menyesal dan menyalahkan diri sendiri karena tidak menolak ukuran yang diberikan-Nya dan engkau jadikan keputusan dan pilihanmu sendiri (Yesaya 41 : 10)
Bila engkau melihat ukuran itu seperti terlalu besar atau kecil,
Bersabarlah sejenak dan berdiamlah seperti seorang bayi (Yesaya 66 : 12-13)
Dapatkah bayi memilih dan menentukan ukuran sepatunya?
Kebahagiaan sejati bukanlah harta, merk ataupun harga.
Kebahagiaan sejati adalah tidak terpeleset oleh mulutnya,
dan tidak digelisahkan oleh sesal atas dosa-dosa.
Kebahagiaan sejati adalah tidak ditegur oleh hatinya sendiri
Dan tidak kehilangan kepercayaannya (Sirakh 14 : 1-2)
Tuhan memberkati.....
Bukan merk ataupun harganya (Matius 7 : 1-2)
Bila engkau mengenakan sepatu yang ukurannya lebih besar,
Atau lebih kecil dari ukuran kakimu.
Maka engkau akan memperhatikan sepatu,
karena tidak nyaman serta sakit,
bukan merk atau harganya yang menjadikanmu menderita.
Bila engkau tidak menemukan yang sesuai dengan ukuran kakimu,
Engkau akan meninggalkan dan pergi, tidak akan membeli sepatu itu.
Engkau akan berusaha mencari dan menemukannya ukuran sepatu
yang sesuai dengan kakimu,
Bila menemukannya engkau akan membeli
Berapapun harganya, karena engkau membutuhkannya.(Matius : 44-46)
Bila engkau merasakan nyaman memakainya, engkau bisa menikmati sekelilingmu dan sepatu tidak kau perhatikan lagi (Mazmur 71: 17-18)
Ukuran sepatu adalah tetap, tidak dapat berubah.
Engkau sendiri yang mencarinya, menemukan, menyesuaikan serta memakainya.
Bukan sepatu yang menyesuaikan kakimu,
Tak ada satupun merk atau pabrik yang menyediakan atau memproduksi
sepatu yang bisa menyesuaikan kaki tiap orang.( Galatia 5 : 22)
Demikianlah perjalanan hidup manusia, mereka selalu mencari dan mencari,
Menemukan dan menemukan, menyesuaikan dan menyesuaikan.
(Matius 7 : 1-11)
Akan tetapi bila engkau tak berpengalaman, silahkan singgah ke “RUMAH TUHAN”(Amsal 9 : 4)
Allah akan mengajari engkau dengan ukuran yang sesuai dengan jiwamu,
Agar engkau merasa nyaman dan tentram, bila menggunakannya dan memakainya (Matius 11 :29) sehingga engkau tidak merasa menyesal dan menyalahkan diri sendiri karena tidak menolak ukuran yang diberikan-Nya dan engkau jadikan keputusan dan pilihanmu sendiri (Yesaya 41 : 10)
Bila engkau melihat ukuran itu seperti terlalu besar atau kecil,
Bersabarlah sejenak dan berdiamlah seperti seorang bayi (Yesaya 66 : 12-13)
Dapatkah bayi memilih dan menentukan ukuran sepatunya?
Kebahagiaan sejati bukanlah harta, merk ataupun harga.
Kebahagiaan sejati adalah tidak terpeleset oleh mulutnya,
dan tidak digelisahkan oleh sesal atas dosa-dosa.
Kebahagiaan sejati adalah tidak ditegur oleh hatinya sendiri
Dan tidak kehilangan kepercayaannya (Sirakh 14 : 1-2)
Tuhan memberkati.....
Kaisar Yang Murah Hati
Harry Allen Ironside, seorang pengajar Alkitab, dan penulis yang produktif pernah menceritakan kisah seorang tentara Rusia muda. Ayah tentara tersebut adalah teman Czar Nicholas I, sehingga pemuda itu ditempatkan sebagai juru bayar di salah satu barak. Dia bertugas dengan baik, tapi karakternya membuatnya tidak bisa menangani tanggung jawabnya dan ia mulai berjudi, akhirnya ia kalah besar dan memakai uangnya sendiri maupun uang milik pemerintah.
Tiba waktunya anak muda itu menerima pemberitahuan bahwa perwakilan tsar (kaisar Jerman saat itu) akan datang untuk memeriksa rekening. Malam itu dia mengambil buku-buku catatan keuangan dan berapa uang yang dia pinjam dari sana, lalu pergi ke tempat yang aman dan memeriksa sejumlah kecil uang yang masih ia miliki. Saat ia duduk dan melihat pada buku dan uang itu, dia merasa tidak sanggup ketika membandingkan jumlah hutang yang amat sangat besar dan uangnya yang sedikit. Dia hancur! Aib sudah didepan matanya; penjara telah menantinya!
Jalan keluar satu-satunya adalah mati. Dia menarik pistol dari pinggangnya dan menaruhnya di meja di depannya, dan menulis pernyataan bersalahnya. Pada bagian akhir buku dimana ia mentotal jumlah hutang ilegalnya, dia menulis “Hutang yang besar! Siapakah yang bisa membayarnya?” Dia memutuskan pada tengah malam nanti akan menyelesaikannya semuanya.
Ketika malam bertambah larut, pemuda yang kebingungan itu jatuh tertidur. Saat itu Czar Nicolas I, seperti yang kadang-kadang dilakukannya, pergi memutari barak dengan diam-diam. Melihat ada lampu menyala, dia berhenti dan masuk, dan melihat anak muda itu tertidur. Dia segera mengenali pemuda tersebut dan melihat dari atas bahu pemuda itu, Czar melihat buku besar itu dan menyadari apa yang telah terjadi.
Czar ingin segera membangunkan pemuda itu dan menahannya ketika tiba-tiba matanya tertuju pada pesan yang ditulis oleh pemuda itu” “Hutang yang besar Siapa yang dapat membayarnya?” Tiba-tiba, ada sebuah gelombang kemurahan hati yang mengalis, ia membungkuk sebentar dan menulis satu kata dibawah tulisan pemuda itu dan segera menyelinap keluar.
Ketika pemuda itu terbangun, ia melirik ke arah jam dan melihat bahwa tengah malam telah lewat lama. Ia meraih pistolnya, tapi matanya tertuju pada buku besar itu dan ia melihat sesuatu yang sebelumnya tidak ada disana. Ada tanda seru yang dituliskan disana – “Hutang yang sangat besar! Siapa yang dapat membayarnya?” – ada sebuah tanda tangan: Nicholas.
Dia tercengang! Itu adalah tanda tangan tsar. Dia berpikir, “Tzar pasti datang ketika aku tertidur. Dia telah melihat buku ini! Dia tahu semuanya! Masih dia bersedia untuk mengampuni saya!” Prajurit muda itu kemudian bersandar pada kata tzar tersebut, dan di pagi harinya seorang utusan datang dari istana dengan membawa uang tepat sebesar defisit yang ada. Hanya tzar yang bisa membayarnya… dan dia melakukannya.
Bukankah kisah indah ini mengingatkan kita pada apa yang Kristus telah lakukan bagi kita? Dibawah kata-kata: “Hutang yang sangat besar! Siapa yang dapat membayarnya?” disana telah tertulis sebuah tanda tangan: Yesus.
Hanya Kristus yang dapat membayar semua hutang dosa kita.. dan Dia telah membayarnya!
Pemazmur mengatakan : berbahagialah orang yang diampuni dosa-dosanya, Yaesus Kristus telah membayar hutang dosa kita bukan dengan emas atau perak, melainkan dengan tubuh dan darah-Nya sendiri. Untuk itu mari kita bersyukur atas keselamatan yang kita terima.
Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi! ~ Mazmur 32:1
Tiba waktunya anak muda itu menerima pemberitahuan bahwa perwakilan tsar (kaisar Jerman saat itu) akan datang untuk memeriksa rekening. Malam itu dia mengambil buku-buku catatan keuangan dan berapa uang yang dia pinjam dari sana, lalu pergi ke tempat yang aman dan memeriksa sejumlah kecil uang yang masih ia miliki. Saat ia duduk dan melihat pada buku dan uang itu, dia merasa tidak sanggup ketika membandingkan jumlah hutang yang amat sangat besar dan uangnya yang sedikit. Dia hancur! Aib sudah didepan matanya; penjara telah menantinya!
Jalan keluar satu-satunya adalah mati. Dia menarik pistol dari pinggangnya dan menaruhnya di meja di depannya, dan menulis pernyataan bersalahnya. Pada bagian akhir buku dimana ia mentotal jumlah hutang ilegalnya, dia menulis “Hutang yang besar! Siapakah yang bisa membayarnya?” Dia memutuskan pada tengah malam nanti akan menyelesaikannya semuanya.
Ketika malam bertambah larut, pemuda yang kebingungan itu jatuh tertidur. Saat itu Czar Nicolas I, seperti yang kadang-kadang dilakukannya, pergi memutari barak dengan diam-diam. Melihat ada lampu menyala, dia berhenti dan masuk, dan melihat anak muda itu tertidur. Dia segera mengenali pemuda tersebut dan melihat dari atas bahu pemuda itu, Czar melihat buku besar itu dan menyadari apa yang telah terjadi.
Czar ingin segera membangunkan pemuda itu dan menahannya ketika tiba-tiba matanya tertuju pada pesan yang ditulis oleh pemuda itu” “Hutang yang besar Siapa yang dapat membayarnya?” Tiba-tiba, ada sebuah gelombang kemurahan hati yang mengalis, ia membungkuk sebentar dan menulis satu kata dibawah tulisan pemuda itu dan segera menyelinap keluar.
Ketika pemuda itu terbangun, ia melirik ke arah jam dan melihat bahwa tengah malam telah lewat lama. Ia meraih pistolnya, tapi matanya tertuju pada buku besar itu dan ia melihat sesuatu yang sebelumnya tidak ada disana. Ada tanda seru yang dituliskan disana – “Hutang yang sangat besar! Siapa yang dapat membayarnya?” – ada sebuah tanda tangan: Nicholas.
Dia tercengang! Itu adalah tanda tangan tsar. Dia berpikir, “Tzar pasti datang ketika aku tertidur. Dia telah melihat buku ini! Dia tahu semuanya! Masih dia bersedia untuk mengampuni saya!” Prajurit muda itu kemudian bersandar pada kata tzar tersebut, dan di pagi harinya seorang utusan datang dari istana dengan membawa uang tepat sebesar defisit yang ada. Hanya tzar yang bisa membayarnya… dan dia melakukannya.
Bukankah kisah indah ini mengingatkan kita pada apa yang Kristus telah lakukan bagi kita? Dibawah kata-kata: “Hutang yang sangat besar! Siapa yang dapat membayarnya?” disana telah tertulis sebuah tanda tangan: Yesus.
Hanya Kristus yang dapat membayar semua hutang dosa kita.. dan Dia telah membayarnya!
Pemazmur mengatakan : berbahagialah orang yang diampuni dosa-dosanya, Yaesus Kristus telah membayar hutang dosa kita bukan dengan emas atau perak, melainkan dengan tubuh dan darah-Nya sendiri. Untuk itu mari kita bersyukur atas keselamatan yang kita terima.
Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi! ~ Mazmur 32:1
Jangan Ragukan Kasih Allah
Tidak seperti di malam-malam sebelumnya, Andre menghampiri ayahnya yang sedang menyelesaikan pekerjaan kantor untuk keesokan harinya. Dengan langkah gontai, bocah berusia 7 tahun itu berjalan menuju tempat dimana sang ayah berada.
Sesampainya di ruangan, Andre lalu menangis tersedu-sedu di samping kursi sang ayah. Kaget mendengar tangisan anaknya, sang ayah pun mengangkat badan buah hatinya tersebut dan menaruhkannya di paha kanannya. Dengan nada bicara yang penuh kelembutan, ayahnya menanyakan kondisi Andre.
“Nak, kamu kenapa nangis?,” ujar sang ayah.
Sambil terisak-isak, Andre menjawab pertanyaan ayahnya, “Andre menangis karena ayah gak sayang Andre”.
Mendengar jawaban sang anak, Ayahnya pun kembali melontarkan pertanyaan, “Mengapa kamu bisa bicara seperti itu?”
Andre yang masih menangis berkata, “Hanya perasaan aku saja”
Sang ayah pun tersenyum dan mulai memeluk erat anaknya tersebut, “Andre, andre. Ayah tuh sayang banget sama kamu”
“Apakah selama ini, ayah berlaku jahat sama kamu? Kalau ayah pernah memukul kamu, itu pun kalau kamu berbuat nakal. Ayah melakukan itu bukanlah karena ayah membenci kamu tapi karena ayah ingin kamu sadar dengan perbuatan kamu tersebut”
“Kamu buang-buang jauh perasaan kamu itu. Ingat ya Andre, ayah tuh sangat sayangggg sama kamu,” ujar ayah sambil memeluk erat anaknya itu.
Perlahan tapi pasti, volume tangisan Andre semakin berkurang. Tak menunggu waktu lama, wajahnya kembali sumringah. Andre pun menghadiahkan ciuman ke pipi ayahnya sebagai bentuk tanda ia juga mengasihi ayahnya. Malam itu pun dilalui Andre dan sang ayah dengan tidur bersama di ruang kamar tidur buah hatinya.
Tanpa kita sadari, kita suka melakukan kepada Allah, perbuatan yang seperti apa di oleh Andre kepada ayahnya. Kita menangis dan meragukan kasih setia-Nya ketika keinginan doa-doa kita tidak terkabulkan. Padahal, DIA sudah berulang-ulang kali menunjukkan rasa cinta-Nya kepada kita.
Kematian Tuhan Yesus di kayu salib ribuan tahun yang lalu adalah bukti paling terbesar bagaimana ia begitu menyayangi kita. Jika begini, haruskah kita meragukan kasih-Nya dalam hidup kita?
Ave Maria !!!
Sesampainya di ruangan, Andre lalu menangis tersedu-sedu di samping kursi sang ayah. Kaget mendengar tangisan anaknya, sang ayah pun mengangkat badan buah hatinya tersebut dan menaruhkannya di paha kanannya. Dengan nada bicara yang penuh kelembutan, ayahnya menanyakan kondisi Andre.
“Nak, kamu kenapa nangis?,” ujar sang ayah.
Sambil terisak-isak, Andre menjawab pertanyaan ayahnya, “Andre menangis karena ayah gak sayang Andre”.
Mendengar jawaban sang anak, Ayahnya pun kembali melontarkan pertanyaan, “Mengapa kamu bisa bicara seperti itu?”
Andre yang masih menangis berkata, “Hanya perasaan aku saja”
Sang ayah pun tersenyum dan mulai memeluk erat anaknya tersebut, “Andre, andre. Ayah tuh sayang banget sama kamu”
“Apakah selama ini, ayah berlaku jahat sama kamu? Kalau ayah pernah memukul kamu, itu pun kalau kamu berbuat nakal. Ayah melakukan itu bukanlah karena ayah membenci kamu tapi karena ayah ingin kamu sadar dengan perbuatan kamu tersebut”
“Kamu buang-buang jauh perasaan kamu itu. Ingat ya Andre, ayah tuh sangat sayangggg sama kamu,” ujar ayah sambil memeluk erat anaknya itu.
Perlahan tapi pasti, volume tangisan Andre semakin berkurang. Tak menunggu waktu lama, wajahnya kembali sumringah. Andre pun menghadiahkan ciuman ke pipi ayahnya sebagai bentuk tanda ia juga mengasihi ayahnya. Malam itu pun dilalui Andre dan sang ayah dengan tidur bersama di ruang kamar tidur buah hatinya.
Tanpa kita sadari, kita suka melakukan kepada Allah, perbuatan yang seperti apa di oleh Andre kepada ayahnya. Kita menangis dan meragukan kasih setia-Nya ketika keinginan doa-doa kita tidak terkabulkan. Padahal, DIA sudah berulang-ulang kali menunjukkan rasa cinta-Nya kepada kita.
Kematian Tuhan Yesus di kayu salib ribuan tahun yang lalu adalah bukti paling terbesar bagaimana ia begitu menyayangi kita. Jika begini, haruskah kita meragukan kasih-Nya dalam hidup kita?
Ave Maria !!!
DOA SEORANG ANAK KECIL
Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab, ini adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri, sebab, memang begitulah peraturannya. Ada seorang anak bernama Mark. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Mark lah yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya. Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip diatasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Mark bangga dengan itu semua, sebab, mobil itu buatan tangannya sendiri.
Tiba lah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-ke ncang. Di setiap jalur
lintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4 "pembalap" kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah diantaranya. Namun, sesaat kemudian, Mark meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat-kamit seperti sedang berdoa. Matanya terpejam, dengan tangan yang bertangkup memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia berkata, "Ya, aku siap!". Dorr. Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing. "Ayo..ayo...cepat..cepat, maju..maju" , begitu teriak mereka. Ahha...sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah terlambai. Dan, Mark lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Mark. Ia berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam hati. "Terima kasih." Saat pembagian piala tiba. Mark maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya. "Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan agar kamu menang, bukan?". Mark terdiam. "Bukan, Pak, bukan itu yang aku panjatkan" kata Mark. Ia lalu melanjutkan, "Sepertinya, tak adil untuk meminta pada Tuhan untuk menolongku mengalahkan orang lain. "Aku, hanya bermohon pada Tuhan, supaya aku tak menangis, jika aku kalah." Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarla h gemuruh tepuk-tangan yang memenuhi ruangan.
Saudaraku,
anak-anak, tampaknya lebih punya kebijaksanaan dibanding kita semua. Mark, tidaklah bermohon pada Tuhan untuk menang dalam setiap ujian. Mark, tak memohon Tuhan untuk meluluskan dan mengatur setiap hasil yang ingin diraihnya. Anak itu juga tak meminta Tuhan mengabulkan semua harapannya. Ia tak berdoa untuk menang, dan menyakiti yang lainnya. Namun, Mark, bermohon pada Tuhan, agar diberikan kekuatan saat menghadapi itu semua. Ia berdoa, agar diberikan kemuliaan, dan mau menyadari kekurangan dengan rasa bangga. Mungkin, telah banyak waktu yang kita lakukan untuk berdoa pada Tuhan untuk mengabulkan setiap permintaan kita. Terlalu sering juga kita meminta Tuhan untuk menjadikan kita nomor satu, menjadi yang terbaik, menjadi pemenang dalam setiap ujian. Terlalu sering kita berdoa pada Tuhan, untuk menghalau setiap halangan dan cobaan yang ada di depan mata. Padahal, bukankah yang kita butuh adalah bimbingan-Nya, tuntunan-Nya, dan panduan-Nya? Kita, sering terlalu lemah untuk percaya bahwa kita kuat. Kita sering lupa, dan kita sering merasa pesimis dengan kehidupan ini. Tak adakah semangat perjuangan yang mau kita lalui? Saya yakin, Tuhan memberikan kita ujian yang berat, bukan untuk membuat kita lemah dan mudah menyerah. Sesungguhnya, Tuhan sedang menguji setiap hamba-Nya yang beriman. Jadi, teman, berdoalah agar kita selalu tegar dalam setiap ujian. Berdoalah agar kita selalu dalam lindungan-Nya saat menghadapi itu semua. Amin
Tuhan memberkati......
Tiba lah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-ke ncang. Di setiap jalur
lintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4 "pembalap" kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah diantaranya. Namun, sesaat kemudian, Mark meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat-kamit seperti sedang berdoa. Matanya terpejam, dengan tangan yang bertangkup memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia berkata, "Ya, aku siap!". Dorr. Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing. "Ayo..ayo...cepat..cepat, maju..maju" , begitu teriak mereka. Ahha...sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah terlambai. Dan, Mark lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Mark. Ia berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam hati. "Terima kasih." Saat pembagian piala tiba. Mark maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya. "Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan agar kamu menang, bukan?". Mark terdiam. "Bukan, Pak, bukan itu yang aku panjatkan" kata Mark. Ia lalu melanjutkan, "Sepertinya, tak adil untuk meminta pada Tuhan untuk menolongku mengalahkan orang lain. "Aku, hanya bermohon pada Tuhan, supaya aku tak menangis, jika aku kalah." Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarla h gemuruh tepuk-tangan yang memenuhi ruangan.
Saudaraku,
anak-anak, tampaknya lebih punya kebijaksanaan dibanding kita semua. Mark, tidaklah bermohon pada Tuhan untuk menang dalam setiap ujian. Mark, tak memohon Tuhan untuk meluluskan dan mengatur setiap hasil yang ingin diraihnya. Anak itu juga tak meminta Tuhan mengabulkan semua harapannya. Ia tak berdoa untuk menang, dan menyakiti yang lainnya. Namun, Mark, bermohon pada Tuhan, agar diberikan kekuatan saat menghadapi itu semua. Ia berdoa, agar diberikan kemuliaan, dan mau menyadari kekurangan dengan rasa bangga. Mungkin, telah banyak waktu yang kita lakukan untuk berdoa pada Tuhan untuk mengabulkan setiap permintaan kita. Terlalu sering juga kita meminta Tuhan untuk menjadikan kita nomor satu, menjadi yang terbaik, menjadi pemenang dalam setiap ujian. Terlalu sering kita berdoa pada Tuhan, untuk menghalau setiap halangan dan cobaan yang ada di depan mata. Padahal, bukankah yang kita butuh adalah bimbingan-Nya, tuntunan-Nya, dan panduan-Nya? Kita, sering terlalu lemah untuk percaya bahwa kita kuat. Kita sering lupa, dan kita sering merasa pesimis dengan kehidupan ini. Tak adakah semangat perjuangan yang mau kita lalui? Saya yakin, Tuhan memberikan kita ujian yang berat, bukan untuk membuat kita lemah dan mudah menyerah. Sesungguhnya, Tuhan sedang menguji setiap hamba-Nya yang beriman. Jadi, teman, berdoalah agar kita selalu tegar dalam setiap ujian. Berdoalah agar kita selalu dalam lindungan-Nya saat menghadapi itu semua. Amin
Tuhan memberkati......
Saturday, January 14, 2012
Impian Seorang Mahasiswi
Hari pertama kuliah di kampus, profesor memperkenalkan diri dan menantang kami untuk berkenalan dengan seseorang yang belum kami kenal. Saya berdiri dan melihat sekeliling ketika sebuah tangan lembut menyentuh bahu saya.
Saya menengok dan mendapati seorang wanita tua, kecil, dan berkeriput, memandang dengan wajah yang berseri-seri dengan senyum yang cerah. Ia menyapa, "Halo anak cakep. Namaku Rose. Aku berusia delapan puluh tujuh. Maukah kamu memelukku?"Saya tertawa dan dengan antusias menyambutnya, "Tentu saja boleh!". Dia pun memberi saya pelukan yang sangat erat. "Mengapa kamu ada di kampus pada usia yang masih begitu muda dan tak berdosa seperti ini?" tanya saya berolok-olok. Dengan bercanda dia menjawab, "Saya di sini untuk menemukan suami yang kaya, menikah, mempunyai beberapa anak, kemudian pensiun dan bepergian."
"Ah yang serius?" pinta saya. Saya sangat ingin tahu apa yang telah memotivasinya untuk mengambil tantangan ini di usianya. "Saya selalu bermimpi untuk mendapatkan pendidikan tinggi dan kini saya sedang mengambilnya!" katanya. Setelah jam kuliah usai, kami berjalan menuju kantor senat mahasiswa dan berbagi segelas chocolate milkshake. Kami segera akrab.Dalam tiga bulan kemudian, setiap hari kami pulang bersama-sama dan bercakap-cakap tiada henti. Saya selalu terpesona mendengarkannya berbagi pengalaman dan kebijaksanaannya. Setelah setahun berlalu, Rose menjadi bintang kampus dan dengan mudah dia berkawan dengan siapapun. Dia suka berdandan dan segera mendapatkan perhatian dari para mahasiswa lain. Dia pandai sekali menghidupkannya suasana.
Pada akhir semester kami mengundang Rose untuk berbicara di acara makan malam klub sepak bola kami. Saya tidak akan pernah lupa apa yang diajarkannya pada kami. Dia diperkenalkan dan naik ke podium. Begitu dia mulai menyampaikan pidato yang telah dipersiapkannya, tiga dari lima kartu pidatonya terjatuh ke lantai. Dengan gugup dan sedikit malu dia bercanda pada mikrofon. Dengan ringan berkata, "Maafkan saya sangat gugup. Saya sudah tidak minum bir. Tetapi wiski ini membunuh saya. Saya tidak bisa menyusun pidato saya kembali, maka ijinkan saya menyampaikan apa yang saya tahu."
"Kita tidak pernah berhenti bermain karena kita tua. Kita menjadi tua karena berhenti bermain. Hanya ada rahasia untuk tetap awet muda, tetap menemukan humor setiap hari. Kamu harus mempunyai mimpi. Bila kamu kehilangan mimpi-mimpimu, kamu mati. Ada banyak sekali orang yang berjalan di sekitar kita yang mati namun mereka tak menyadarinya." "Sungguh jauh berbeda antara menjadi tua dan menjadi dewasa. Bila kamu berumur sembilan belas tahun dan berbaring di tempat tidur selama satu tahun penuh, tidak melakukan apa-apa, kamu tetap akan berubah berubah menjadi dua puluh tahun. Bila saya berusia delapan puluh tujuh tahun dan tinggal di tempat tidur selama satu tahun, tidak melakukan apapun, saya tetap akan menjadi delapan puluh delapan. Setiap orang pasti menjadi tua. Itu tidak membutuhkan suatu keahlian atau bakat. Tumbuhlah dewasa dengan selalu mencari kesempatan dalam perubahan." "Jangan pernah menyesal. Orang-orang tua seperti kami biasanya tidak menyesali apa yang telah diperbuatnya, tetapi lebih menyesali apa yang tidak kami perbuat. Orang-orang yang takut mati adalah mereka yang hidup dengan penyesalan."
Rose mengakhiri pidatonya dengan bernyanyi "The Rose". Dia menantang setiap orang untuk mempelajari liriknya dan menghidupkannya dalam kehidupan sehari-hari. Akhirnya Rose meraih gelar sarjana yang telah diupayakannya sejak beberapa tahun lalu. Seminggu setelah wisuda, Rose meninggal dunia dengan damai. Lebih dari dua ribu mahasiswa menghadiri upacara pemakamannya sebagai penghormatan pada wanita luar biasa yang mengajari kami dengan memberikan teladan bahwa tidak ada yang terlambat untuk apapun yang bisa kau lakukan. Ingatlah, menjadi tua adalah kemestian, tetapi menjadi dewasa adalah pilihan.
* * *
Sediakan waktu untuk berpikir, itulah sumber kekuatan.
Sediakan waktu untuk bermain, itulah rahasia awet muda.
Sediakan waktu untuk membaca, itulah landasan kebijaksanaan.
Sediakan waktu untuk berteman, itulah jalan menuju kebahagiaan.
Sediakan waktu untuk bermimpi, itulah yang membawa anda ke bintang.
Sediakan waktu untuk mencintai dan dicintai, itulah hak istimewa Tuhan.
Sediakan waktu untuk melihat sekeliling anda, hari anda terlalu
singkat untuk mementingkan diri sendiri.
Sediakan waktu untuk tertawa, itulah musik jiwa.
Tuhan memberkati...
Saya menengok dan mendapati seorang wanita tua, kecil, dan berkeriput, memandang dengan wajah yang berseri-seri dengan senyum yang cerah. Ia menyapa, "Halo anak cakep. Namaku Rose. Aku berusia delapan puluh tujuh. Maukah kamu memelukku?"Saya tertawa dan dengan antusias menyambutnya, "Tentu saja boleh!". Dia pun memberi saya pelukan yang sangat erat. "Mengapa kamu ada di kampus pada usia yang masih begitu muda dan tak berdosa seperti ini?" tanya saya berolok-olok. Dengan bercanda dia menjawab, "Saya di sini untuk menemukan suami yang kaya, menikah, mempunyai beberapa anak, kemudian pensiun dan bepergian."
"Ah yang serius?" pinta saya. Saya sangat ingin tahu apa yang telah memotivasinya untuk mengambil tantangan ini di usianya. "Saya selalu bermimpi untuk mendapatkan pendidikan tinggi dan kini saya sedang mengambilnya!" katanya. Setelah jam kuliah usai, kami berjalan menuju kantor senat mahasiswa dan berbagi segelas chocolate milkshake. Kami segera akrab.Dalam tiga bulan kemudian, setiap hari kami pulang bersama-sama dan bercakap-cakap tiada henti. Saya selalu terpesona mendengarkannya berbagi pengalaman dan kebijaksanaannya. Setelah setahun berlalu, Rose menjadi bintang kampus dan dengan mudah dia berkawan dengan siapapun. Dia suka berdandan dan segera mendapatkan perhatian dari para mahasiswa lain. Dia pandai sekali menghidupkannya suasana.
Pada akhir semester kami mengundang Rose untuk berbicara di acara makan malam klub sepak bola kami. Saya tidak akan pernah lupa apa yang diajarkannya pada kami. Dia diperkenalkan dan naik ke podium. Begitu dia mulai menyampaikan pidato yang telah dipersiapkannya, tiga dari lima kartu pidatonya terjatuh ke lantai. Dengan gugup dan sedikit malu dia bercanda pada mikrofon. Dengan ringan berkata, "Maafkan saya sangat gugup. Saya sudah tidak minum bir. Tetapi wiski ini membunuh saya. Saya tidak bisa menyusun pidato saya kembali, maka ijinkan saya menyampaikan apa yang saya tahu."
"Kita tidak pernah berhenti bermain karena kita tua. Kita menjadi tua karena berhenti bermain. Hanya ada rahasia untuk tetap awet muda, tetap menemukan humor setiap hari. Kamu harus mempunyai mimpi. Bila kamu kehilangan mimpi-mimpimu, kamu mati. Ada banyak sekali orang yang berjalan di sekitar kita yang mati namun mereka tak menyadarinya." "Sungguh jauh berbeda antara menjadi tua dan menjadi dewasa. Bila kamu berumur sembilan belas tahun dan berbaring di tempat tidur selama satu tahun penuh, tidak melakukan apa-apa, kamu tetap akan berubah berubah menjadi dua puluh tahun. Bila saya berusia delapan puluh tujuh tahun dan tinggal di tempat tidur selama satu tahun, tidak melakukan apapun, saya tetap akan menjadi delapan puluh delapan. Setiap orang pasti menjadi tua. Itu tidak membutuhkan suatu keahlian atau bakat. Tumbuhlah dewasa dengan selalu mencari kesempatan dalam perubahan." "Jangan pernah menyesal. Orang-orang tua seperti kami biasanya tidak menyesali apa yang telah diperbuatnya, tetapi lebih menyesali apa yang tidak kami perbuat. Orang-orang yang takut mati adalah mereka yang hidup dengan penyesalan."
Rose mengakhiri pidatonya dengan bernyanyi "The Rose". Dia menantang setiap orang untuk mempelajari liriknya dan menghidupkannya dalam kehidupan sehari-hari. Akhirnya Rose meraih gelar sarjana yang telah diupayakannya sejak beberapa tahun lalu. Seminggu setelah wisuda, Rose meninggal dunia dengan damai. Lebih dari dua ribu mahasiswa menghadiri upacara pemakamannya sebagai penghormatan pada wanita luar biasa yang mengajari kami dengan memberikan teladan bahwa tidak ada yang terlambat untuk apapun yang bisa kau lakukan. Ingatlah, menjadi tua adalah kemestian, tetapi menjadi dewasa adalah pilihan.
* * *
Sediakan waktu untuk berpikir, itulah sumber kekuatan.
Sediakan waktu untuk bermain, itulah rahasia awet muda.
Sediakan waktu untuk membaca, itulah landasan kebijaksanaan.
Sediakan waktu untuk berteman, itulah jalan menuju kebahagiaan.
Sediakan waktu untuk bermimpi, itulah yang membawa anda ke bintang.
Sediakan waktu untuk mencintai dan dicintai, itulah hak istimewa Tuhan.
Sediakan waktu untuk melihat sekeliling anda, hari anda terlalu
singkat untuk mementingkan diri sendiri.
Sediakan waktu untuk tertawa, itulah musik jiwa.
Tuhan memberkati...
Apakah Gubukmu Terbakar ?
Satu-satunya orang yang selamat dari kecelakaan sebuah kapal terdampar di pulau yang kecil dan tak berpenghuni. Pria ini segera berdoa supaya Tuhan menyelamatkannya, dan setiap hari dia mengamati langit mengharapkan pertolongan, tetapi tidak ada sesuatu pun yang datang.
Dengan capainya, akhirnya dia berhasil membangun gubuk kecil dari kayu apung untuk melindungi dirinya dari cuaca, dan untuk menyimpan beberapa barang yang masih dia punyai. Tetapi suatu hari, setelah dia pergi mencari makan, dia kembali ke gubuknya dan mendapati gubuk kecil itu terbakar, asapnya mengepul ke langit. Dan yang paling parah, hilanglah semuanya.
Dia sedih dan marah. "Tuhan, teganya Engkau melakukan ini padaku?" dia menangis. Pagi-pagi keesokan harinya, dia terbangun oleh suara kapal yang mendekati pulau itu. Kapal itu datang untuk menyelamatkannya. "Bagaimana kamu tahu bahwa aku di sini?" tanya pria itu kepada penyelamatnya. "Kami melihat tanda asapmu", jawab mereka.
Mudah sekali untuk menyerah ketika keadaan menjadi buruk. Tetapi kita tidak boleh goyah, karena Tuhan bekerja di dalam hidup kita, juga ketika kita dalam kesakitan dan kesusahan. Ingatlah, ketika gubukmu terbakar, mungkin itu "tanda asap" bagi kuasa Tuhan. Ketika ada kejadian negatif terjadi, kita harus berkata pada diri kita sendiri bahwa Tuhan pasti mempunyai jawaban yang positif untuk kejadian tersebut.
Kamu berkata, "Itu tidak mungkin."
Tuhan berkata, "Tidak ada hal yang tidak mungkin." (Lukas 18:27)
Kamu berkata, "aku terlalu capai."
Tuhan berkata, "Aku akan memberikan kelegaan padamu." (Matius 11:28)
Kamu berkata, "Tidak ada seorangpun yang mencintai aku."
Tuhan berkata, "Aku mencintaimu." (Yohanes 3:16-Yohanes 13:34)
Kamu berkata, "Aku tidak bisa meneruskan."
Tuhan berkata, "Kasih karuniaKu cukup." (2 Korintus 12:9 - Mazmur 91:15)
Kamu berkata, "Aku tidak mengerti."
Tuhan berkata, "Aku akan menuntun langkah-langkahmu." (Amsal 3:5-6)
Kamu berkata, "Aku tidak bisa melakukannya."
Tuhan berkata, "Kamu bisa melakukan semuanya." (Filipi 4:13)
Kamu berkata, "Ini tidak berharga."
Tuhan berkata, "Itu akan berharga." (Roma 8:28)
Kamu berkata, "Aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri."
Tuhan berkata, "Aku memaafkanmu." (1 Yohanes 1:9-Roma 8:1)
Kamu berkata, "Aku tidak bisa mengatasi."
Tuhan berkata, "Aku akan menyediakan kebutuhanmu." (Filipi 4:19)
Kamu berkata, "Aku takut."
Tuhan berkata, "Aku tidak memberikan padamu roh ketakutan." (II Timotius1:7)
Kamu berkata, "Aku selalu kuatir dan frustasi."
Tuhan berkata, "Serahkan segala kekuatiranmu kepadaku." (I Petrus 5:7)
Kamu berkata, "Aku tidak mempunyai iman yang kuat."
Tuhan berkata, "Aku memberi setiap orang iman menurut ukurannya."(Roma12:3)
Kamu berkata, "Aku tidak pandai."
Tuhan berkata, "Aku memberikan padamu hikmat." (I Korintus 1:30)
Kamu berkata, "Aku merasa aku sendirian."
Tuhan berkata, "Aku tidak akan pernah meninggalkanmu atau membiarkanmu."(Ibrani 13:5)
Wartakanlah ini pada siapa yang membutuhkan, percayalah ada saat-saat di mana kita merasa bahwa "gubuk" kita terbakar.
Tuhan memberkati.....
Dengan capainya, akhirnya dia berhasil membangun gubuk kecil dari kayu apung untuk melindungi dirinya dari cuaca, dan untuk menyimpan beberapa barang yang masih dia punyai. Tetapi suatu hari, setelah dia pergi mencari makan, dia kembali ke gubuknya dan mendapati gubuk kecil itu terbakar, asapnya mengepul ke langit. Dan yang paling parah, hilanglah semuanya.
Dia sedih dan marah. "Tuhan, teganya Engkau melakukan ini padaku?" dia menangis. Pagi-pagi keesokan harinya, dia terbangun oleh suara kapal yang mendekati pulau itu. Kapal itu datang untuk menyelamatkannya. "Bagaimana kamu tahu bahwa aku di sini?" tanya pria itu kepada penyelamatnya. "Kami melihat tanda asapmu", jawab mereka.
Mudah sekali untuk menyerah ketika keadaan menjadi buruk. Tetapi kita tidak boleh goyah, karena Tuhan bekerja di dalam hidup kita, juga ketika kita dalam kesakitan dan kesusahan. Ingatlah, ketika gubukmu terbakar, mungkin itu "tanda asap" bagi kuasa Tuhan. Ketika ada kejadian negatif terjadi, kita harus berkata pada diri kita sendiri bahwa Tuhan pasti mempunyai jawaban yang positif untuk kejadian tersebut.
Kamu berkata, "Itu tidak mungkin."
Tuhan berkata, "Tidak ada hal yang tidak mungkin." (Lukas 18:27)
Kamu berkata, "aku terlalu capai."
Tuhan berkata, "Aku akan memberikan kelegaan padamu." (Matius 11:28)
Kamu berkata, "Tidak ada seorangpun yang mencintai aku."
Tuhan berkata, "Aku mencintaimu." (Yohanes 3:16-Yohanes 13:34)
Kamu berkata, "Aku tidak bisa meneruskan."
Tuhan berkata, "Kasih karuniaKu cukup." (2 Korintus 12:9 - Mazmur 91:15)
Kamu berkata, "Aku tidak mengerti."
Tuhan berkata, "Aku akan menuntun langkah-langkahmu." (Amsal 3:5-6)
Kamu berkata, "Aku tidak bisa melakukannya."
Tuhan berkata, "Kamu bisa melakukan semuanya." (Filipi 4:13)
Kamu berkata, "Ini tidak berharga."
Tuhan berkata, "Itu akan berharga." (Roma 8:28)
Kamu berkata, "Aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri."
Tuhan berkata, "Aku memaafkanmu." (1 Yohanes 1:9-Roma 8:1)
Kamu berkata, "Aku tidak bisa mengatasi."
Tuhan berkata, "Aku akan menyediakan kebutuhanmu." (Filipi 4:19)
Kamu berkata, "Aku takut."
Tuhan berkata, "Aku tidak memberikan padamu roh ketakutan." (II Timotius1:7)
Kamu berkata, "Aku selalu kuatir dan frustasi."
Tuhan berkata, "Serahkan segala kekuatiranmu kepadaku." (I Petrus 5:7)
Kamu berkata, "Aku tidak mempunyai iman yang kuat."
Tuhan berkata, "Aku memberi setiap orang iman menurut ukurannya."(Roma12:3)
Kamu berkata, "Aku tidak pandai."
Tuhan berkata, "Aku memberikan padamu hikmat." (I Korintus 1:30)
Kamu berkata, "Aku merasa aku sendirian."
Tuhan berkata, "Aku tidak akan pernah meninggalkanmu atau membiarkanmu."(Ibrani 13:5)
Wartakanlah ini pada siapa yang membutuhkan, percayalah ada saat-saat di mana kita merasa bahwa "gubuk" kita terbakar.
Tuhan memberkati.....
TOKO GROSIR SURGA
Suatu hari dalam perjalanan hidup saya,saya melihat sebuah papan bertuliskan,"Toko Grosir Surga".Ketika saya berjalan dan hendak masuk ketoko itu, pintu segera terbuka dengan begitu lebar.Sementara saya berdiri dalam kebingungan ketika berada dalam toko tersebut, saya melihat banyak malaikat yang berdiri dimana-mana. Salah satu dari mereka memberikan keranjang belanja kepada saya sambil berkata,"Anakku, berbelanjalah dan pilih apa saja yang engkau mau, semua kebutuhan orang Kristen tersedia di toko ini dan jika engkau tidak bisa membawa semua belanjaanmu, engkau boleh kembali lagi kesini.
Pertama-tama saya mengambil KESABARAN dan KASIH , karena keduanya berada dirak yang sama. Dibawah rak itu saya melihat PENGERTIAN dan saya pun mengambilnya.
"Kau selalu memerlukannya dimanapun kau pergi," kata malaikat yang ada di depan saya. Saya mengambil 2 kotak KEBIJAKSANAAN dan sekantong IMAN. Saya juga tidak melupakan ROH KUDUS karena itu terletak di setiap tempat didalam toko itu. Saya berhenti sejenak untuk mengambil sebungkus KEKUATAN dan KETEGUHAN HATI untuk menolong dan memampukan saya melalui perjuangan hidup ini. Meskipun keranjang saya sudah penuh, tetapi saya teringat bahwa saya membutuhkan ANUGERAH. Saya juga tidak melupakan KESELAMATAN karena saya tahu itu merupakan barang yang gratis di toko tersebut. Saya mengambil lebih, agar bisa membagikannya kepada orang lain yang membutuhkannnya. Saya berpikir, "ini kan cuma-cuma."
Keranjang saya kini benar-benar penuh dan saya berjalan ke kasir untuk membayar belanjaan. Saya berpikir,"Dengan semua yang saya beli, saya pasti bisa menyenangkan Tuhan saya." Di depan kasir saya melihat DOA dan tanpa menunggu lebih lama saya segera mengambilnya karena saya tahu tanpa DOA saya akan segera jatuh dalam pencobaan. DAMAI dan SUKACITA adalah dua hal penting yang hampir saya lupakan. Saya segera mengambil satu keranjang kecil untuk keduanya dan untuk NYANYIAN PUJIAN. Pada akhirnya saya berkata kepada malaikat, "Sekarang berapa yang harussaya bayar?" Ia hanya tersenyum dan berkata, " Kamu tinggal membawanya saja."Sekali lagi saya bertanya dalam kebingungan, "Sungguh, berapa harga semua ini?" Ia tersenyum dan berkata, "Anakku,bertahun-tahun yang lalu Yesus telah membayar semuanya untuk mu." Aku terharu, aliran-aliran bening membanjiri mataku. Di dalam Iman semuanya sudah tersedia bagi kita yang percaya kepada YESUS. Kita tinggal mengambilnya kapan dan berapa banyak yang kita mau. Alkitab berkata bahwa Ia datang supaya kita memiliki hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahan . DIA menjadi miskin agar kita kaya dalam segala hal.
Saat ini "Toko Grosir Sorga" masih terbuka, dan YESUS mengharapkan agar kita semua datang dan menikmati hasil dari pengorbananNYA .
Tuhan Yesus memberkati....
Pertama-tama saya mengambil KESABARAN dan KASIH , karena keduanya berada dirak yang sama. Dibawah rak itu saya melihat PENGERTIAN dan saya pun mengambilnya.
"Kau selalu memerlukannya dimanapun kau pergi," kata malaikat yang ada di depan saya. Saya mengambil 2 kotak KEBIJAKSANAAN dan sekantong IMAN. Saya juga tidak melupakan ROH KUDUS karena itu terletak di setiap tempat didalam toko itu. Saya berhenti sejenak untuk mengambil sebungkus KEKUATAN dan KETEGUHAN HATI untuk menolong dan memampukan saya melalui perjuangan hidup ini. Meskipun keranjang saya sudah penuh, tetapi saya teringat bahwa saya membutuhkan ANUGERAH. Saya juga tidak melupakan KESELAMATAN karena saya tahu itu merupakan barang yang gratis di toko tersebut. Saya mengambil lebih, agar bisa membagikannya kepada orang lain yang membutuhkannnya. Saya berpikir, "ini kan cuma-cuma."
Keranjang saya kini benar-benar penuh dan saya berjalan ke kasir untuk membayar belanjaan. Saya berpikir,"Dengan semua yang saya beli, saya pasti bisa menyenangkan Tuhan saya." Di depan kasir saya melihat DOA dan tanpa menunggu lebih lama saya segera mengambilnya karena saya tahu tanpa DOA saya akan segera jatuh dalam pencobaan. DAMAI dan SUKACITA adalah dua hal penting yang hampir saya lupakan. Saya segera mengambil satu keranjang kecil untuk keduanya dan untuk NYANYIAN PUJIAN. Pada akhirnya saya berkata kepada malaikat, "Sekarang berapa yang harussaya bayar?" Ia hanya tersenyum dan berkata, " Kamu tinggal membawanya saja."Sekali lagi saya bertanya dalam kebingungan, "Sungguh, berapa harga semua ini?" Ia tersenyum dan berkata, "Anakku,bertahun-tahun yang lalu Yesus telah membayar semuanya untuk mu." Aku terharu, aliran-aliran bening membanjiri mataku. Di dalam Iman semuanya sudah tersedia bagi kita yang percaya kepada YESUS. Kita tinggal mengambilnya kapan dan berapa banyak yang kita mau. Alkitab berkata bahwa Ia datang supaya kita memiliki hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahan . DIA menjadi miskin agar kita kaya dalam segala hal.
Saat ini "Toko Grosir Sorga" masih terbuka, dan YESUS mengharapkan agar kita semua datang dan menikmati hasil dari pengorbananNYA .
Tuhan Yesus memberkati....
Ucapan Bahagia versi Iblis
---Berbahagialah orang yang terlalu capek karena kesibukan mereka, sehingga mereka tidak punya waktu untuk bersekutu dengan Tuhan. Mereka adalah anak-anakku yang mengerti kerinduan hatiku yang terdalam.
---Berbahagialah orang yang selalu mengharapkan pujian atas apa yang mereka perbuat. Aku bisa memperalat dan menunggangi ambisi mereka melalui pujian.
---Berbahagialah orang yang memelihara hati yang terlalu sensitif. Dengan sedikit "sentilan" saja mereka tersinggung. Mereka akan kurang bersemangat di dalam bekerja dan akan segera menghilang dalam pelayanan. Mereka ini adalah fansku yang setia.
---Berbahagialah mereka para pembuat masalah. Mereka akan disebut anak-anakku.
---Berbahagialah orang yang selalu mengeluh. Aku senang karena benih sungut-sungut yang kutabur bertumbuh subur di hati dan lidah mereka.
---Berbahagialah mereka yang egois, suka mementingkan diri sendiri dan tidak peduli pada orang lain. Mereka adalah pengikut-pengikutku yang setia.
---Berbahagialah mereka yang suka menggosip, karena mereka akan menimbulkan perpecahan dan pertengkaran. Ini sungguh sangat menyenangkan hatiku.
---Berbahagialah orang yang mengaku mengasihi Tuhan, tetapi membenci saudara-saudaranya. Mereka akan hidup bersamaku selamanya sampai ke kekekalan.
---Berbahagialah orang yang membalas kebaikan dengan kejahatan, penganiayaan dengan penganiayaan dan kebencian dengan kebencian. Mereka akan mendapat upah yang sama denganku di kegelapan.
---Berbahagialah orang yang membaca tulisan ini dan merasa isinya pas untuk orang lain dan bukan untuk dirinya sendiri. Dia ada dalam tanganku.
" Ucapan Bahagia versi Iblis" ini mengingatkan saya untuk lebih berjaga-jaga, karena saat ini
kita memang hidup di hari-hari yang jahat, dimana Iblis bekerja luar biasa giatnya.
Keputusan untuk masuk ke dalam kelompok orang yang berbahagia menurut versi Tuhan Yesus atau versi Iblis ada di tangan kita! Jika ingin menjadi orang yang berbahagia menurut versi Tuhan Yesus, kita harus hidup dalam ketaatan dan berjaga-jaga seperti halnya kelima orang gadis yang bijaksana (MAT 25:1-13). Jagalah pelita hati kita agar tetap menyala. Isilah minyaknya setiap hari dengan berdoa dan merenungkan firmanNya.
---Berbahagialah orang yang selalu mengharapkan pujian atas apa yang mereka perbuat. Aku bisa memperalat dan menunggangi ambisi mereka melalui pujian.
---Berbahagialah orang yang memelihara hati yang terlalu sensitif. Dengan sedikit "sentilan" saja mereka tersinggung. Mereka akan kurang bersemangat di dalam bekerja dan akan segera menghilang dalam pelayanan. Mereka ini adalah fansku yang setia.
---Berbahagialah mereka para pembuat masalah. Mereka akan disebut anak-anakku.
---Berbahagialah orang yang selalu mengeluh. Aku senang karena benih sungut-sungut yang kutabur bertumbuh subur di hati dan lidah mereka.
---Berbahagialah mereka yang egois, suka mementingkan diri sendiri dan tidak peduli pada orang lain. Mereka adalah pengikut-pengikutku yang setia.
---Berbahagialah mereka yang suka menggosip, karena mereka akan menimbulkan perpecahan dan pertengkaran. Ini sungguh sangat menyenangkan hatiku.
---Berbahagialah orang yang mengaku mengasihi Tuhan, tetapi membenci saudara-saudaranya. Mereka akan hidup bersamaku selamanya sampai ke kekekalan.
---Berbahagialah orang yang membalas kebaikan dengan kejahatan, penganiayaan dengan penganiayaan dan kebencian dengan kebencian. Mereka akan mendapat upah yang sama denganku di kegelapan.
---Berbahagialah orang yang membaca tulisan ini dan merasa isinya pas untuk orang lain dan bukan untuk dirinya sendiri. Dia ada dalam tanganku.
" Ucapan Bahagia versi Iblis" ini mengingatkan saya untuk lebih berjaga-jaga, karena saat ini
kita memang hidup di hari-hari yang jahat, dimana Iblis bekerja luar biasa giatnya.
Keputusan untuk masuk ke dalam kelompok orang yang berbahagia menurut versi Tuhan Yesus atau versi Iblis ada di tangan kita! Jika ingin menjadi orang yang berbahagia menurut versi Tuhan Yesus, kita harus hidup dalam ketaatan dan berjaga-jaga seperti halnya kelima orang gadis yang bijaksana (MAT 25:1-13). Jagalah pelita hati kita agar tetap menyala. Isilah minyaknya setiap hari dengan berdoa dan merenungkan firmanNya.
Anjing Yang Rakus
Ada seekor anjing yang terasa bingung saking laparnya, seharian penuh tidak mendapatkan makanan. Saat senja tiba, akhirnya dengan penuh gairah ia melihat sepotong daging yang lezat di atas tanah, ia bergegas menggondol daging itu dan berlari ke tempat tinggalnya.
Dalam hati dia merenung
"sungguh beruntung sekali, di luar dugaan bisa mendapatkan daging besar ini, saya harus menikmati dengan sepuasnya."
Sambil berjalan ia berpikir, dan tanpa disadari tiba di sebuah sungai, jika sudah melewati jembatan kecil berarti tempat tinggalnya sudah dekat, berpikir sampai di situ ia lantas menggigit lebih erat lagi daging itu, dan berjalan di atas jembatan penyeberangan. Ia berjalan dengan sangat hati-hati, ketika sampai di tengah jembatan, tanpa sengaja ia memandang ke sungai, dan begitu melihat ke sungai bukan main kagetnya, ia melihat ada seekor anjing di sungai itu, menggondol sepotong daging yang besar dan sedang menatapnya.
Dalam hati ia mulai berpikir
"wah, daging yang digondolnya itu tampaknya lebih besar dibanding daging saya ini! Jika saya sedikit lebih galak terhadapnya, siapa tahu mungkin ia akan melepaskan daging itu dan lari!"
Makin dipikir ia semakin gembira, lalu mulai galak terhadap anjing di sungai itu. Namun, anehnya, anjing itu sepertinya tidak takut sedikit pun terhadapnya. Ia memelototkan mata, dan anjing itu juga memelototkan matanya; ia berbalik, anjing itu juga berbalik, ia menghentakkan kaki, anjing itu juga ikut menghentakkan kakinya.
Akhirnya, ia benar-benar marah, dalam hati berpikir
"lebih baik aku menggigitnya, ia pasti akan lari, dengan begitu aku bisa mendapatkan daging itu,"
lalu, ia membuka moncongnya dan menggonggong dengan keras
"Auh. auh.auh..."
Begitu ia membuka moncongnya, daging dalam gigitannya lalu tiba-tiba terjatuh ke sungai, menghancurkan tubuh anjing yang berada di sungai itu, dan dalam sekejap tenggelam di dalam air lenyap tak berbekas. Percikan air yang dalam menghancurkan semua mimpi si anjing yang rakus ini, dan ia baru menyadari bahwa ternyata anjing itu adalah bayangan dirinya dalam air. Lalu dengan sedih ia menangis "kalau tahu begini aku tidak akan sedemikian rakus, namun kini, saya harus menahan lapar lagi, ke mana aku harus mencari makan?"
Banyak orang ingin bisa hidup dengan lebih baik, harus mendapatkan lebih banyak, maka disadari atau tidak dapat mencelakakan kepentingan orang lain, tidak puas dengan apa yang sudah diperolehnya. Bahkan ada yang tak segan-segan merampas barang milik orang lain. Anjing yang rakus ini demi untuk mendapatkan sepotong daging lebih banyak, malah kehilangan makanan lezatnya, lantas apa yang hilang pada manusia yang rakus? Persaudaraan, persahabatan, hati nurani atau ketenangan hati? Ya, ini semua baru merupakan harta benda yang paling berharga dalam kehidupan! Hargailah semua yang kita miliki, tidak memaksakan sesuatu yang tidak bisa diperoleh, jangan karena rakus lantas malah kehilangan sesuatu yang sudah ada. "Kalau memang milik kita, pasti akan kita miliki, kalau bukan jangan memaksakan kehendak", orang yang tahu menikmati hidup apa adanya, itulah orang yang benar-benar kaya.
Tuhan memberkati....
Dalam hati dia merenung
"sungguh beruntung sekali, di luar dugaan bisa mendapatkan daging besar ini, saya harus menikmati dengan sepuasnya."
Sambil berjalan ia berpikir, dan tanpa disadari tiba di sebuah sungai, jika sudah melewati jembatan kecil berarti tempat tinggalnya sudah dekat, berpikir sampai di situ ia lantas menggigit lebih erat lagi daging itu, dan berjalan di atas jembatan penyeberangan. Ia berjalan dengan sangat hati-hati, ketika sampai di tengah jembatan, tanpa sengaja ia memandang ke sungai, dan begitu melihat ke sungai bukan main kagetnya, ia melihat ada seekor anjing di sungai itu, menggondol sepotong daging yang besar dan sedang menatapnya.
Dalam hati ia mulai berpikir
"wah, daging yang digondolnya itu tampaknya lebih besar dibanding daging saya ini! Jika saya sedikit lebih galak terhadapnya, siapa tahu mungkin ia akan melepaskan daging itu dan lari!"
Makin dipikir ia semakin gembira, lalu mulai galak terhadap anjing di sungai itu. Namun, anehnya, anjing itu sepertinya tidak takut sedikit pun terhadapnya. Ia memelototkan mata, dan anjing itu juga memelototkan matanya; ia berbalik, anjing itu juga berbalik, ia menghentakkan kaki, anjing itu juga ikut menghentakkan kakinya.
Akhirnya, ia benar-benar marah, dalam hati berpikir
"lebih baik aku menggigitnya, ia pasti akan lari, dengan begitu aku bisa mendapatkan daging itu,"
lalu, ia membuka moncongnya dan menggonggong dengan keras
"Auh. auh.auh..."
Begitu ia membuka moncongnya, daging dalam gigitannya lalu tiba-tiba terjatuh ke sungai, menghancurkan tubuh anjing yang berada di sungai itu, dan dalam sekejap tenggelam di dalam air lenyap tak berbekas. Percikan air yang dalam menghancurkan semua mimpi si anjing yang rakus ini, dan ia baru menyadari bahwa ternyata anjing itu adalah bayangan dirinya dalam air. Lalu dengan sedih ia menangis "kalau tahu begini aku tidak akan sedemikian rakus, namun kini, saya harus menahan lapar lagi, ke mana aku harus mencari makan?"
Banyak orang ingin bisa hidup dengan lebih baik, harus mendapatkan lebih banyak, maka disadari atau tidak dapat mencelakakan kepentingan orang lain, tidak puas dengan apa yang sudah diperolehnya. Bahkan ada yang tak segan-segan merampas barang milik orang lain. Anjing yang rakus ini demi untuk mendapatkan sepotong daging lebih banyak, malah kehilangan makanan lezatnya, lantas apa yang hilang pada manusia yang rakus? Persaudaraan, persahabatan, hati nurani atau ketenangan hati? Ya, ini semua baru merupakan harta benda yang paling berharga dalam kehidupan! Hargailah semua yang kita miliki, tidak memaksakan sesuatu yang tidak bisa diperoleh, jangan karena rakus lantas malah kehilangan sesuatu yang sudah ada. "Kalau memang milik kita, pasti akan kita miliki, kalau bukan jangan memaksakan kehendak", orang yang tahu menikmati hidup apa adanya, itulah orang yang benar-benar kaya.
Tuhan memberkati....
Hiduplah apa adanya
Pikiran manusia memang sulit untuk dikendalikan, Dalam hidup, terkadang kita banyak mengunakan pembenaran untuk hal yang sebenarnya salah / kurang baik, dalam hal ini adalah karena untuk pembelaan terhadap diri sendiri.
Dan terkadang kita tidak dapat melihat kebenaran dan kebaikan yang dilakukan oleh orang lain, yang dalam hal ini dikarenakan oleh iri hati atau ketidaksukaan pribadi.
Sulitnya melihat kebaikan sebagai kebaikan, kesalahan sebagai kesalahan.
semua dikarenakan sangat sulit untuk menilai diri sendiri,
Sulit membangkitkan kebaikan di dalam diri, dan sulit mengendalikan kesalahan diri sendiri.
Apapun itu selama kita dapat mempelajari sifat-sifat kita, menyadari semua kesalahan kita, dan berusaha untuk mengubah diri kita kearah yang benar dan positif, semua adalah baik adanya dalam hidup kita.
Tidak ada orang yang selama hidupnya tidak pernah berbuat kesalahan, tetapi kita dapat belajar dari kesalahan. Apapun harus dapat diterima, apapun harus mau dipelajari ( dalam konteks hal yang positif ). maka kita akan menjadi lebih baik lagi.
Walaupun sulit tetapi harus di praktekkan, jangan berhenti sampai ditengah jalan harus berjuang agar hidup kita menjadi lebih baik dan lebih baik lagi ( better and better).
mari kita bersama-sama melangkah dalam kemajuan hidup bukan sebaliknya.
Sadari semua orang memiliki kelebihannya sendiri, memiliki kekurangannya sendiri dan harus terus berusaha untuk bersama-sama saling mendukung dan memotivasi.
Ini ada cerita renungan tentang seekor anak burung unta yang ingin belajar terbang,. Dia merasa malu karena orang tuanya dan kelompoknya tidak bisa terbang, sedangkan sejak dilahirkan dia sering sekali mengamati burung-burung lain yang dapat terbang kesana-kemari.
Sedangkan hidup mereka hanya bisa berlari kesana-kemari, menari dan berputar-putar.
Akhirnya ketidakpuasan akan hidup pun melanda dirinya.
Dia pun pergi meninggalkan komunitasnya dan berguru pada burung gereja. Kawanan burung gereja pun menertawakannya dan mereka meninggalkan anak burung unta itu sendirian.
Anak burung unta tersebut pantang menyerah, terus mencari guru baginya untuk bisa terbang, dan pergi menemui kawanan burung beo, burung beo pun berkata: ”Aku sejak lahir sudah punya sayap, tetapi aku hanya dilatih untuk bicara, hidup dalam kandang bagaimana bisa terbang, orang membutuhkan suaraku, bukan keindahanku dalam mengepakan sayapku.”
Lalu anak burung unta tersebut, masih penasaran dengan guru yang mungkin dapat membantunya belajar terbang dia pun mencari burung elang, Burung elang dengan sombongnya berkata:” Lihat badanmu yang begitu besar, bagaimana kau bisa membawa badanmu yang berat itu untuk mengarungi angkasa raya? Sudah jangan bermimpi…. Pulang saja sana!”
Masih pantang menyerah dan pergi menemui burung nazar (burung pemakan bangkai).
Lalu Kawanan burung nasar itu senang dengan hadirnya burung unta yang bodoh itu sebab dia adalah santapan lezat untuk mereka. Mereka pun berkata: ”Hai anak burung, Kami akan mengajarimu terbang, tetapi kamu harus terbang dari puncak bukit ini dan terjun ke jurang dibawah sana dengan mengepakan sayapmu. Sekarang belajar dulu di daratan ini untuk mengepakan sayapmu, kemudian berlari sekuat tenaga untuk terbang melewati puncak tebing ini sampai di puncak tebing seberang ”
Apa yang terjadi? Burung onta itu jatuh ke dalam jurang dan menjadi mangsa empuk bagi para burung nazar yang kemudian berpesta pora.
Seandainya burung unta itu mendengarkan nasihat orang tuanya, maka ia akan baik-baik belajar tarian burung unta, dan akan hidup dengan bahagia menghibur semua orang di kebun binatang dengan keanggunan tariannya, membuat dirinya dihargai sebagai burung ‘balerina’ dan ‘penari handal’, atau pun sebagai ‘burung pelari marathon’ . Tetapi semua berubah mengenaskan karena kebodohannya dan ketidakpuasan dirinya.
Tuhan memberkati...
Dan terkadang kita tidak dapat melihat kebenaran dan kebaikan yang dilakukan oleh orang lain, yang dalam hal ini dikarenakan oleh iri hati atau ketidaksukaan pribadi.
Sulitnya melihat kebaikan sebagai kebaikan, kesalahan sebagai kesalahan.
semua dikarenakan sangat sulit untuk menilai diri sendiri,
Sulit membangkitkan kebaikan di dalam diri, dan sulit mengendalikan kesalahan diri sendiri.
Apapun itu selama kita dapat mempelajari sifat-sifat kita, menyadari semua kesalahan kita, dan berusaha untuk mengubah diri kita kearah yang benar dan positif, semua adalah baik adanya dalam hidup kita.
Tidak ada orang yang selama hidupnya tidak pernah berbuat kesalahan, tetapi kita dapat belajar dari kesalahan. Apapun harus dapat diterima, apapun harus mau dipelajari ( dalam konteks hal yang positif ). maka kita akan menjadi lebih baik lagi.
Walaupun sulit tetapi harus di praktekkan, jangan berhenti sampai ditengah jalan harus berjuang agar hidup kita menjadi lebih baik dan lebih baik lagi ( better and better).
mari kita bersama-sama melangkah dalam kemajuan hidup bukan sebaliknya.
Sadari semua orang memiliki kelebihannya sendiri, memiliki kekurangannya sendiri dan harus terus berusaha untuk bersama-sama saling mendukung dan memotivasi.
Ini ada cerita renungan tentang seekor anak burung unta yang ingin belajar terbang,. Dia merasa malu karena orang tuanya dan kelompoknya tidak bisa terbang, sedangkan sejak dilahirkan dia sering sekali mengamati burung-burung lain yang dapat terbang kesana-kemari.
Sedangkan hidup mereka hanya bisa berlari kesana-kemari, menari dan berputar-putar.
Akhirnya ketidakpuasan akan hidup pun melanda dirinya.
Dia pun pergi meninggalkan komunitasnya dan berguru pada burung gereja. Kawanan burung gereja pun menertawakannya dan mereka meninggalkan anak burung unta itu sendirian.
Anak burung unta tersebut pantang menyerah, terus mencari guru baginya untuk bisa terbang, dan pergi menemui kawanan burung beo, burung beo pun berkata: ”Aku sejak lahir sudah punya sayap, tetapi aku hanya dilatih untuk bicara, hidup dalam kandang bagaimana bisa terbang, orang membutuhkan suaraku, bukan keindahanku dalam mengepakan sayapku.”
Lalu anak burung unta tersebut, masih penasaran dengan guru yang mungkin dapat membantunya belajar terbang dia pun mencari burung elang, Burung elang dengan sombongnya berkata:” Lihat badanmu yang begitu besar, bagaimana kau bisa membawa badanmu yang berat itu untuk mengarungi angkasa raya? Sudah jangan bermimpi…. Pulang saja sana!”
Masih pantang menyerah dan pergi menemui burung nazar (burung pemakan bangkai).
Lalu Kawanan burung nasar itu senang dengan hadirnya burung unta yang bodoh itu sebab dia adalah santapan lezat untuk mereka. Mereka pun berkata: ”Hai anak burung, Kami akan mengajarimu terbang, tetapi kamu harus terbang dari puncak bukit ini dan terjun ke jurang dibawah sana dengan mengepakan sayapmu. Sekarang belajar dulu di daratan ini untuk mengepakan sayapmu, kemudian berlari sekuat tenaga untuk terbang melewati puncak tebing ini sampai di puncak tebing seberang ”
Apa yang terjadi? Burung onta itu jatuh ke dalam jurang dan menjadi mangsa empuk bagi para burung nazar yang kemudian berpesta pora.
Seandainya burung unta itu mendengarkan nasihat orang tuanya, maka ia akan baik-baik belajar tarian burung unta, dan akan hidup dengan bahagia menghibur semua orang di kebun binatang dengan keanggunan tariannya, membuat dirinya dihargai sebagai burung ‘balerina’ dan ‘penari handal’, atau pun sebagai ‘burung pelari marathon’ . Tetapi semua berubah mengenaskan karena kebodohannya dan ketidakpuasan dirinya.
Tuhan memberkati...
Doa dan Iman
Saat makan siang dengan beberapa teman, salah seorang dokter bedah bertanya kepada saya," dokter, operasi terhebat apakah yang pernah Anda lakukan?"
Saya bingung harus menjawab operasi yg mana. Saya sudah banyak melakukan operasi Dan semuanya menuntut keahlian, kesabaran, ketelitian yg tinggi. Kemudian saya teringat pada operasi yg dijalani oleh gadis kecil yg hanya mempunyai harapan 10% saja untuk hidup.
Malam itu para perawat membawa seorang gadis kecil yg berwajah pucat masuk ke-ruang operasi. Waktu itu pikiran saya sedang dipenuhi berbagai macam persoalan yang berat. Ketika para perawat sedang mempersiapkan pembiusan, gadis kecil ini bertanya kepada saya ....
"Dokter bolehkah saya menanyakan sesuatu ?"
"Ya sayang, apa yg ingin kamu tanyakan?"....
"Setiap malam sebelum tidur saya selalu berdoa, sekarang sebelum operasi dimulai, bolehkah saya berdoa?"......
"Baiklah anak manis, engkau memang harus berdoa, jangan lupa berdoa juga untuk saya.".........
Kemudian gadis kecil itu melipat kedua tangannya Dan berdoa......"Yesus, engkau gembala yang baik, berkatilah domba kecilMu malam ini, dalam kegelapan, kiranya Engkau dekat denganku,lindungi aku sampai datangnya sinar mentari esok pagi" Dan berkati pula dokter yg akan mengoperasiku."
Setelah menutup doanya gadis kecil itu berkata "sekarang saya sudah siap Dokter".
Mata saya berkaca2, melihat betapa besar iman yang dimiliki gadis kecil tersebut. Malam itu sebelum saya mulai operasi, saya berdoa......
"Tuhan yg baik, engkau boleh tidak membantuku dalam operasi yang lain, tapi kali ini bantulah aku untuk menyelamatkan gadis kecil ini,"
kemudian saya mulai mengoperasi gadis kecil itu Dan keajaiban terjadi, dia disembuhkan.
Saat berpisah Dan melepas gadis kecil itu untuk kembali ke rumah, maka saya sadar sesungguhnya sayalah " pasien" yg menjalani operasi iman. Gaya hidup gadis kecil itu mengajarkan bahwa jika Kita menyerahkan seluruh masalah & beban hidup Kita ke dalam tangan Tuhan, maka Dia akan memulihkan & menolong Kita.
Doa & Iman !......
Membuat Kita yakin bahwa Tuhan mampu memelihara & menjaga harapan yang Kita gantungkan kepadaNya. Doa menjadikan iman sebuah kenyataan. Doa yg dinaikkan dengan iman akan menghapuskan kekuatiran di dalam hati Kita, sehingga DOA itu akan mendatangkan mujizat. Tidak Ada yg mustahil bagi orang yang percaya kepadaNya, karena itu tetaplah berdoa dengan penuh kenyakinan & pengharapan di dalam nama Tuhan Yesus Kristus.
Yohanes 16 : 24
"Sudahkah kamu berdoa dengan iman ? Mintalah maka kamu akan menerima dengan penuh sukacita.........."
Saya bingung harus menjawab operasi yg mana. Saya sudah banyak melakukan operasi Dan semuanya menuntut keahlian, kesabaran, ketelitian yg tinggi. Kemudian saya teringat pada operasi yg dijalani oleh gadis kecil yg hanya mempunyai harapan 10% saja untuk hidup.
Malam itu para perawat membawa seorang gadis kecil yg berwajah pucat masuk ke-ruang operasi. Waktu itu pikiran saya sedang dipenuhi berbagai macam persoalan yang berat. Ketika para perawat sedang mempersiapkan pembiusan, gadis kecil ini bertanya kepada saya ....
"Dokter bolehkah saya menanyakan sesuatu ?"
"Ya sayang, apa yg ingin kamu tanyakan?"....
"Setiap malam sebelum tidur saya selalu berdoa, sekarang sebelum operasi dimulai, bolehkah saya berdoa?"......
"Baiklah anak manis, engkau memang harus berdoa, jangan lupa berdoa juga untuk saya.".........
Kemudian gadis kecil itu melipat kedua tangannya Dan berdoa......"Yesus, engkau gembala yang baik, berkatilah domba kecilMu malam ini, dalam kegelapan, kiranya Engkau dekat denganku,lindungi aku sampai datangnya sinar mentari esok pagi" Dan berkati pula dokter yg akan mengoperasiku."
Setelah menutup doanya gadis kecil itu berkata "sekarang saya sudah siap Dokter".
Mata saya berkaca2, melihat betapa besar iman yang dimiliki gadis kecil tersebut. Malam itu sebelum saya mulai operasi, saya berdoa......
"Tuhan yg baik, engkau boleh tidak membantuku dalam operasi yang lain, tapi kali ini bantulah aku untuk menyelamatkan gadis kecil ini,"
kemudian saya mulai mengoperasi gadis kecil itu Dan keajaiban terjadi, dia disembuhkan.
Saat berpisah Dan melepas gadis kecil itu untuk kembali ke rumah, maka saya sadar sesungguhnya sayalah " pasien" yg menjalani operasi iman. Gaya hidup gadis kecil itu mengajarkan bahwa jika Kita menyerahkan seluruh masalah & beban hidup Kita ke dalam tangan Tuhan, maka Dia akan memulihkan & menolong Kita.
Doa & Iman !......
Membuat Kita yakin bahwa Tuhan mampu memelihara & menjaga harapan yang Kita gantungkan kepadaNya. Doa menjadikan iman sebuah kenyataan. Doa yg dinaikkan dengan iman akan menghapuskan kekuatiran di dalam hati Kita, sehingga DOA itu akan mendatangkan mujizat. Tidak Ada yg mustahil bagi orang yang percaya kepadaNya, karena itu tetaplah berdoa dengan penuh kenyakinan & pengharapan di dalam nama Tuhan Yesus Kristus.
Yohanes 16 : 24
"Sudahkah kamu berdoa dengan iman ? Mintalah maka kamu akan menerima dengan penuh sukacita.........."
Tetaplah berlari ! (Sepucuk Surat dari Tuhan)
AnakKu yang terkasih, Aku hampir tidak percaya ketika membaca suratmu. Bukankah baru beberapa minggu yang lalu engkau berjanji tidak akan menyerah? Aku tahu, mungkin minggu-minggu ini terasa sangat sulit bagimu, tapi, anakKu, kuatkan hatimu. Tetaplah berlari dalam track yang sudah kusediakan karena Aku tahu yang terbaik bagimu. Bila kau merasa lelah, berhentilah sejenak, ambil roti dan air hidup yang PutraKu telah tawarkan dan makanlah. Aku yakin, setelah kau mendapatkan keduanya, kau akan merasa segar kembali. Setelah itu, tarik nafas dalam-dalam dan mulai langkahkan kakimu untuk bergerak maju. Fokuskan pandanganmu pada apa yang ada di depanmu, pada tujuan yang kau miliki, yaitu menyelesaikan perlombaan dan menjadi juara.
Buanglah kemarahan dan sakit hati yang menghantui pikiranmu. Amarah dan sakit hati itu tidak ada gunanya, hanya menguras tenaga dan menghambatmu mencapai tujuan. Terkadang Aku mengijinkan hal-hal yang buruk terjadi karena Aku ingin melatihmu. Aku ingin kaki-kakimu menjadi lebih kuat daripada sebelumnya. Dengan begitu engkau dapat berlari dengan lebih cepat. Berhentilah mengasihani dirimu sendiri, berdirilah tegap, dan punyailah mental seorang pemenang. Seorang pemenang, bukan dilihat dari berapa kali ia sukses meraih gelar juara. Di mataKu, seorang pemenang adalah seorang yang tidak pernah menyerah terhadap kegagalan, yang mau bangkit setiap kali ia jatuh. Karena itu, jangan pernah menyerah ketika kau jatuh tersandung kerikil-kerikil di sepanjang jalanmu. Jangan pula kau merasa malu terhadap dirimu sendiri. Angkat kepalamu dan teruskan perjalananmu mencapai finish.
Ketika pertandingan dimulai, Kuharap kau bisa mengacuhkan omongan orang-orang yang menonton di bangku stadion. Jangan merasa sombong karena pujian atau karena kau diunggulkan. Pujian dan pengagungan yang keluar dari mulut mereka terkadang hanya sekedar basa-basi di depan para juara. Tak jarang, kata-kata manis itu akan segera berubah menjadi kritikan pedas dan kecaman ketika para juara itu gagal. Karena itu, kau juga tidak perlu risau ketika mendengar pernyataan-pernyataan skeptis yang mengatakan engkau pasti kalah. Kau bukan bertanding atas kemauan mereka. Kau juga tidak hidup berdasarkan omongan mereka. Pelari yang berpengalaman tahu akan hal itu. Karena itu, tidak usah pusing dengan perkataan-perkataan mereka. Fokuskan pikiranmu pada tujuan yang semula, bukan untuk mendapatkan pujian atau penghargaan dari orang lain, tapi untuk menyelesaikan pertandingan. Aku, Pelatihmu, tidak pernah meragukan kemampuan yang kau miliki. Aku tahu seberapa besar potensi yang ada padamu dan Aku tahu kau pasti bisa mencapai garis finish dengan gemilang.
Selamat berjuang anakKu, Aku menunggumu di garis finish.
Yang mengasihimu,
Bapamu, Pelatihmu, Sahabatmu, Penonton setiamu
Tuhan.
Buanglah kemarahan dan sakit hati yang menghantui pikiranmu. Amarah dan sakit hati itu tidak ada gunanya, hanya menguras tenaga dan menghambatmu mencapai tujuan. Terkadang Aku mengijinkan hal-hal yang buruk terjadi karena Aku ingin melatihmu. Aku ingin kaki-kakimu menjadi lebih kuat daripada sebelumnya. Dengan begitu engkau dapat berlari dengan lebih cepat. Berhentilah mengasihani dirimu sendiri, berdirilah tegap, dan punyailah mental seorang pemenang. Seorang pemenang, bukan dilihat dari berapa kali ia sukses meraih gelar juara. Di mataKu, seorang pemenang adalah seorang yang tidak pernah menyerah terhadap kegagalan, yang mau bangkit setiap kali ia jatuh. Karena itu, jangan pernah menyerah ketika kau jatuh tersandung kerikil-kerikil di sepanjang jalanmu. Jangan pula kau merasa malu terhadap dirimu sendiri. Angkat kepalamu dan teruskan perjalananmu mencapai finish.
Ketika pertandingan dimulai, Kuharap kau bisa mengacuhkan omongan orang-orang yang menonton di bangku stadion. Jangan merasa sombong karena pujian atau karena kau diunggulkan. Pujian dan pengagungan yang keluar dari mulut mereka terkadang hanya sekedar basa-basi di depan para juara. Tak jarang, kata-kata manis itu akan segera berubah menjadi kritikan pedas dan kecaman ketika para juara itu gagal. Karena itu, kau juga tidak perlu risau ketika mendengar pernyataan-pernyataan skeptis yang mengatakan engkau pasti kalah. Kau bukan bertanding atas kemauan mereka. Kau juga tidak hidup berdasarkan omongan mereka. Pelari yang berpengalaman tahu akan hal itu. Karena itu, tidak usah pusing dengan perkataan-perkataan mereka. Fokuskan pikiranmu pada tujuan yang semula, bukan untuk mendapatkan pujian atau penghargaan dari orang lain, tapi untuk menyelesaikan pertandingan. Aku, Pelatihmu, tidak pernah meragukan kemampuan yang kau miliki. Aku tahu seberapa besar potensi yang ada padamu dan Aku tahu kau pasti bisa mencapai garis finish dengan gemilang.
Selamat berjuang anakKu, Aku menunggumu di garis finish.
Yang mengasihimu,
Bapamu, Pelatihmu, Sahabatmu, Penonton setiamu
Tuhan.
Ikan mencari air
Suatu hari seorang ayah dan anaknya sedang duduk berbincang-bincang, di tepi sungai. Kata ayah kepada anaknya,’lihatlah anakku, air begitu penting dalam kehidupan ini, tanpa air kita semua akan mati.’
Pada saat yang bersamaan, seekor ikan kecil mendengarkan percakapan itu dari bawah permukaan air. Ia mendadak menjadi gelisah dan ingin tahu apakah air itu, yang katanya begitu penting bagi kehidupan ini.
Ikan kecil itu berenang dari hulu sampai ke hilir sungai sambil bertanya kepada setiap ikan yang ditemuinya , ‘hai , tahukah kamu di mana adanya air? Aku telah mendengar percakapan manusia bahwa tanpa air kehidupan akan mati.’
Ternyata semua ikan tidak mengetahui di mana letak sang air itu.
Si ikan kecil semakin gelisah, lalu ia berenang menuju mata air untuk bertemu ikan sepuh yang sudah pengalaman. Kepada nya ia menanyakan hal yang serupa, “Dimanakah adanya air?’
Jawab ikan sepuh ,”tak usah gelisah anakku, air itu telah mengelilingi mu, sehingga kamu bahkan tidak menyadari kehadirannya. Memang benar, tanpa air kita akan mati.’
Hikmah apa yang dapat anda ambil dari wacana di atas? Sharingkan pendapat Anda dengan teman yang lain...
Tuhan memberkati....
Pada saat yang bersamaan, seekor ikan kecil mendengarkan percakapan itu dari bawah permukaan air. Ia mendadak menjadi gelisah dan ingin tahu apakah air itu, yang katanya begitu penting bagi kehidupan ini.
Ikan kecil itu berenang dari hulu sampai ke hilir sungai sambil bertanya kepada setiap ikan yang ditemuinya , ‘hai , tahukah kamu di mana adanya air? Aku telah mendengar percakapan manusia bahwa tanpa air kehidupan akan mati.’
Ternyata semua ikan tidak mengetahui di mana letak sang air itu.
Si ikan kecil semakin gelisah, lalu ia berenang menuju mata air untuk bertemu ikan sepuh yang sudah pengalaman. Kepada nya ia menanyakan hal yang serupa, “Dimanakah adanya air?’
Jawab ikan sepuh ,”tak usah gelisah anakku, air itu telah mengelilingi mu, sehingga kamu bahkan tidak menyadari kehadirannya. Memang benar, tanpa air kita akan mati.’
Hikmah apa yang dapat anda ambil dari wacana di atas? Sharingkan pendapat Anda dengan teman yang lain...
Tuhan memberkati....
Wednesday, January 4, 2012
In Every Thing, Give Thanks
Hari ini sebelum anda mengatakan kata-kata yang tidak baik, pikirkan tentang seseorang yang tidak dapat berbicara sama sekali.
Sebelum anda mengeluh tentang rasa dari makananmu, pikirkan tentang seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.
Sebelum anda mengeluh tidak punya apa-apa, pikirkan tentang seseorang yang meminta-minta di jalanan.
Sebelum anda mengeluh bahwa kamu buruk, pikirkan tentang seseorang yang berada pada tingkat yang terburuk di dalam hidupnya.
Sebelum anda mengeluh tentang suami atau istri anda, pikirkan tentang seseorang yang memohon kepada Tuhan untuk diberikan teman hidup
Hari ini sebelum anda mengeluh tentang hidup anda, pikirkan tentang seseorang yang meninggal terlalu cepat.
Sebelum anda mengeluh tentang anak-anak anda, pikirkan tentang seseorang yang sangat ingin mempunyai anak tetapi dirinya mandul.
Sebelum anda mengeluh tentang rumah anda yang kotor karena pembantu anda tidak mengerjakan tugasnya, pikirkan tentang orang-orang yag tinggal di jalanan.
Sebelum anda mengeluh tentang jauhnya anda telah menyetir, pikirkan tentang seseorang yang menempuh jarak yang sama dengan berjalan.
Dan disaat anda lelah dan mengeluh tentang pekerjaan anda, pikirkan tentang pengangguran,orang-orang cacat yang berharap mereka mempunyai pekerjaan seperti anda.
Sebelum anda menunjukkan jari dan menyalahkan orang lain, ingatlah bahwa tidak ada seorangpun yang tidak bersalah (berdosa).
Kita semua bertanggung jawab kepada Tuhan akan kehidupan setiap kita. Ketika anda sedang bersedih karena merasa hidup anda dalam kesusahan, tersenyum dan mengucap syukurlah kepada Tuhan bahwa anda diberi kekuatan menjalaninya. Tanpa anda sadari anda akan beroleh sukacita..Amen
Ave Maria !!!
Sebelum anda mengeluh tentang rasa dari makananmu, pikirkan tentang seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.
Sebelum anda mengeluh tidak punya apa-apa, pikirkan tentang seseorang yang meminta-minta di jalanan.
Sebelum anda mengeluh bahwa kamu buruk, pikirkan tentang seseorang yang berada pada tingkat yang terburuk di dalam hidupnya.
Sebelum anda mengeluh tentang suami atau istri anda, pikirkan tentang seseorang yang memohon kepada Tuhan untuk diberikan teman hidup
Hari ini sebelum anda mengeluh tentang hidup anda, pikirkan tentang seseorang yang meninggal terlalu cepat.
Sebelum anda mengeluh tentang anak-anak anda, pikirkan tentang seseorang yang sangat ingin mempunyai anak tetapi dirinya mandul.
Sebelum anda mengeluh tentang rumah anda yang kotor karena pembantu anda tidak mengerjakan tugasnya, pikirkan tentang orang-orang yag tinggal di jalanan.
Sebelum anda mengeluh tentang jauhnya anda telah menyetir, pikirkan tentang seseorang yang menempuh jarak yang sama dengan berjalan.
Dan disaat anda lelah dan mengeluh tentang pekerjaan anda, pikirkan tentang pengangguran,orang-orang cacat yang berharap mereka mempunyai pekerjaan seperti anda.
Sebelum anda menunjukkan jari dan menyalahkan orang lain, ingatlah bahwa tidak ada seorangpun yang tidak bersalah (berdosa).
Kita semua bertanggung jawab kepada Tuhan akan kehidupan setiap kita. Ketika anda sedang bersedih karena merasa hidup anda dalam kesusahan, tersenyum dan mengucap syukurlah kepada Tuhan bahwa anda diberi kekuatan menjalaninya. Tanpa anda sadari anda akan beroleh sukacita..Amen
Ave Maria !!!
Buku Telepon
Suatu ketika di ruang kelas sekolah menengah, terlihat suatu percakapan yang menarik. Seorang Pak Guru, dengan buku di tangan, tampak menanyakan sesuatu kepada murid-muridnya di depan kelas. Sementara itu, dari mulutnya keluar sebuah pertanyaan.
"Anak-anak, kita sudah hampir memasuki saat-saat terakhir bersekolah disini. Setelah 3 tahun, pencapaian terbesar apa yang membuat kalian bahagia ?. Adakah hal-hal besar yang kalian peroleh selama ini ?"
Murid-murid tampak saling pandang. Terdengar suara lagi dari Pak Guru, "Ya, ceritakanlah satu hal terbesar yang terjadi dalam hidup kalian ..."
Lagi-lagi semua murid saling pandang, hingga kemudian tangan Pak Guru itu menunjuk pada seorang murid.
"Nah, kamu yang berkacamata, adakah hal besar yang kamu temui ? Berbagilah dengan teman-temanmu ..."
Sesaat, terlontar sebuah cerita dari si murid, "Seminggu yang lalu, adalah saat-saat yang sangat besar buat saya. Orang tua saya, baru saja membelikan sebuah motor, persis seperti yang saya impikan selama ini."
Matanya berbinar, tangannya tampak seperti sedang menunggang sesuatu. "Motor sport dengan lampu yang berkilat, pasti tak ada yang bisa mengalahkan kebahagiaan itu !"
Pak Guru tersenyum.
Tangannya menunjuk beberapa murid lainnya.
Maka, terdengarlah beragam cerita dari murid-murid yang hadir.
Ada anak yang baru saja mendapatkan sebuah mobil.
Ada pula yang baru dapat melewatkan liburan di luar negeri.
Sementara, ada murid yang bercerita tentang keberhasilannya mendaki gunung.
Semuanya bercerita tentang hal-hal besar yang mereka temui dan mereka dapatkan. Hampir semua telah bicara,hingga terdengar suara dari arah belakang.
"Pak Guru ... Pak, saya belum bercerita."
Rupanya, ada seorang anak di pojok kanan yang luput dipanggil.
Matanya berbinar. Mata yang sama seperti saat anak-anak lainnya bercerita tentang kisah besar yang mereka punya.
"Maaf, silahkan, ayo berbagi dengan kami semua," ujar Pak Guru kepada murid berambut lurus itu.
"Apa hal terbesar yang kamu dapatkan ?" ujar Pak Guru mengulang pertanyaannya kembali.
"Keberhasilan terbesar buat saya, dan juga buat keluarga saya adalah ... saat nama keluarga kami tercantum dalam Buku Telepon yang baru terbit 3 hari yang lalu."
Sesaat senyap.
Tak sedetik, terdengar tawa-tawa kecil yang memenuhi ruangan kelas itu.
Ada yang tersenyum simpul, terkikik-kikik, bahkan tertawa terbahak mendengar
cerita itu.
Dari sudut kelas, ada yang berkomentar, "Ha ? Saya sudah sejak lahir menemukan nama keluarga saya di Buku Telepon.
Buku Telepon ?
Betapa menyedihkan ... hahaha ..."
Dari sudut lain, ada pula yang menimpali, "Apa tak ada hal besar lain yang kamu dapat selain hal yang lumrah semacam itu ?"
Lagi-lagi terdengar derai-derai tawa kecil yang masih memenuhi ruangan.
Pak Guru berusaha menengahi situasi ini, sambil mengangkat tangan.
"Tenang sebentar anak-anak, kita belum mendengar cerita selanjutnya. Silahkan teruskan, Nak ..."
Anak berambut lurus itu pun kembali angkat bicara.
"Ya, memang itulah kebahagiaan terbesar yang pernah saya dapatkan.
Dulu, Papa saya bukanlah orang baik-baik.
Karenanya, kami sering berpindah-pindah rumah.
Kami tak pernah menetap, karena selalu merasa di kejar polisi."
Matanya tampak menerawang.
Ada bias pantulan cermin dari kedua bola mata anak itu, dan ia melanjutkan.
" Tapi, kini Papa telah berubah.
Dia telah mau menjadi Papa yang baik buat keluarga saya.
Sayang, semua itu butuh waktu dan usaha.
Tak pernah ada Bank dan Yayasan yang mau memberikan pinjaman modal buat bekerja. Hingga setahun lalu, ada seseorang yang rela meminjamkan modal buat Papa saya.
Dan kini, Papa berhasil.
Bukan hanya itu, Papa juga membeli sebuah rumah kecil buat kami.
Dan kami tak perlu berpindah-pindah lagi."
"Tahukah kalian, apa artinya kalau nama keluarga saya ada di Buku Telepon?
Itu artinya, saya tak perlu lagi merasa takut setiap malam dibangunkan Papa untuk terus berlari. Itu artinya, saya tak perlu lagi kehilangan teman-teman yang saya sayangi.
Itu juga berarti, saya tak harus tidur di dalam mobil setiap malam yang dingin. Dan itu artinya, saya, dan juga keluarga saya, adalah sama derajatnya dengan keluarga-keluarga lainnya."
Matanya kembali menerawang. Ada bulir bening yang mengalir.
" Itu artinya, akan ada harapan-harapan baru yang saya dapatkan nanti ..."
Kelas terdiam.
Pak Guru tersenyum haru.
Murid-murid tertunduk.
Mereka baru saja menyaksikan sebuah fragmen tentang kehidupan. Mereka juga baru saja mendapatkan hikmah tentang pencapaian besar, dan kebahagiaan.
Mereka juga belajar satu hal :
" Bersyukurlah dan berbahagialah setiap kali kita mendengar keberhasilan orang lain.Sekecil apapun ...Sebesar apapun ..."
"Anak-anak, kita sudah hampir memasuki saat-saat terakhir bersekolah disini. Setelah 3 tahun, pencapaian terbesar apa yang membuat kalian bahagia ?. Adakah hal-hal besar yang kalian peroleh selama ini ?"
Murid-murid tampak saling pandang. Terdengar suara lagi dari Pak Guru, "Ya, ceritakanlah satu hal terbesar yang terjadi dalam hidup kalian ..."
Lagi-lagi semua murid saling pandang, hingga kemudian tangan Pak Guru itu menunjuk pada seorang murid.
"Nah, kamu yang berkacamata, adakah hal besar yang kamu temui ? Berbagilah dengan teman-temanmu ..."
Sesaat, terlontar sebuah cerita dari si murid, "Seminggu yang lalu, adalah saat-saat yang sangat besar buat saya. Orang tua saya, baru saja membelikan sebuah motor, persis seperti yang saya impikan selama ini."
Matanya berbinar, tangannya tampak seperti sedang menunggang sesuatu. "Motor sport dengan lampu yang berkilat, pasti tak ada yang bisa mengalahkan kebahagiaan itu !"
Pak Guru tersenyum.
Tangannya menunjuk beberapa murid lainnya.
Maka, terdengarlah beragam cerita dari murid-murid yang hadir.
Ada anak yang baru saja mendapatkan sebuah mobil.
Ada pula yang baru dapat melewatkan liburan di luar negeri.
Sementara, ada murid yang bercerita tentang keberhasilannya mendaki gunung.
Semuanya bercerita tentang hal-hal besar yang mereka temui dan mereka dapatkan. Hampir semua telah bicara,hingga terdengar suara dari arah belakang.
"Pak Guru ... Pak, saya belum bercerita."
Rupanya, ada seorang anak di pojok kanan yang luput dipanggil.
Matanya berbinar. Mata yang sama seperti saat anak-anak lainnya bercerita tentang kisah besar yang mereka punya.
"Maaf, silahkan, ayo berbagi dengan kami semua," ujar Pak Guru kepada murid berambut lurus itu.
"Apa hal terbesar yang kamu dapatkan ?" ujar Pak Guru mengulang pertanyaannya kembali.
"Keberhasilan terbesar buat saya, dan juga buat keluarga saya adalah ... saat nama keluarga kami tercantum dalam Buku Telepon yang baru terbit 3 hari yang lalu."
Sesaat senyap.
Tak sedetik, terdengar tawa-tawa kecil yang memenuhi ruangan kelas itu.
Ada yang tersenyum simpul, terkikik-kikik, bahkan tertawa terbahak mendengar
cerita itu.
Dari sudut kelas, ada yang berkomentar, "Ha ? Saya sudah sejak lahir menemukan nama keluarga saya di Buku Telepon.
Buku Telepon ?
Betapa menyedihkan ... hahaha ..."
Dari sudut lain, ada pula yang menimpali, "Apa tak ada hal besar lain yang kamu dapat selain hal yang lumrah semacam itu ?"
Lagi-lagi terdengar derai-derai tawa kecil yang masih memenuhi ruangan.
Pak Guru berusaha menengahi situasi ini, sambil mengangkat tangan.
"Tenang sebentar anak-anak, kita belum mendengar cerita selanjutnya. Silahkan teruskan, Nak ..."
Anak berambut lurus itu pun kembali angkat bicara.
"Ya, memang itulah kebahagiaan terbesar yang pernah saya dapatkan.
Dulu, Papa saya bukanlah orang baik-baik.
Karenanya, kami sering berpindah-pindah rumah.
Kami tak pernah menetap, karena selalu merasa di kejar polisi."
Matanya tampak menerawang.
Ada bias pantulan cermin dari kedua bola mata anak itu, dan ia melanjutkan.
" Tapi, kini Papa telah berubah.
Dia telah mau menjadi Papa yang baik buat keluarga saya.
Sayang, semua itu butuh waktu dan usaha.
Tak pernah ada Bank dan Yayasan yang mau memberikan pinjaman modal buat bekerja. Hingga setahun lalu, ada seseorang yang rela meminjamkan modal buat Papa saya.
Dan kini, Papa berhasil.
Bukan hanya itu, Papa juga membeli sebuah rumah kecil buat kami.
Dan kami tak perlu berpindah-pindah lagi."
"Tahukah kalian, apa artinya kalau nama keluarga saya ada di Buku Telepon?
Itu artinya, saya tak perlu lagi merasa takut setiap malam dibangunkan Papa untuk terus berlari. Itu artinya, saya tak perlu lagi kehilangan teman-teman yang saya sayangi.
Itu juga berarti, saya tak harus tidur di dalam mobil setiap malam yang dingin. Dan itu artinya, saya, dan juga keluarga saya, adalah sama derajatnya dengan keluarga-keluarga lainnya."
Matanya kembali menerawang. Ada bulir bening yang mengalir.
" Itu artinya, akan ada harapan-harapan baru yang saya dapatkan nanti ..."
Kelas terdiam.
Pak Guru tersenyum haru.
Murid-murid tertunduk.
Mereka baru saja menyaksikan sebuah fragmen tentang kehidupan. Mereka juga baru saja mendapatkan hikmah tentang pencapaian besar, dan kebahagiaan.
Mereka juga belajar satu hal :
" Bersyukurlah dan berbahagialah setiap kali kita mendengar keberhasilan orang lain.Sekecil apapun ...Sebesar apapun ..."
Tukang Arloji
Di Jerman tinggal seorang tukang arloji. Namanya Herman Josep. Dia tinggal di sebuah kamar yang sempit. Di kamar itu ada sebuah bangku kerja, sebuah lemari tempat kayu dan perkakas kerjanya, sebuah rak untuk tempat piring dan gelas serta tempat tidur lipat di bawah bangku kerjanya.
Selain puluhan arloji yang sudah dibuatnya tidak ada barang berharga lain di kamarnya. Di jendela kaca kamar itu Herman menaruh sebuah jam dinding paling bagus untuk menarik perhatian orang-orang yang lewat. Herman adalah seorang tukang arloji yang miskin. Pakaiannya compang-camping. Tetapi dia baik hati. Anak-anak di sekitar rumah menyukainya. Kalau permainan mereka rusak, Herman biasa diminta memperbaiki. Herman tak pernah minta satu sen pun untuk itu. “Belilah makanan yang enak atau tabunglah uang itu untuk hari Natal.” Ini jawaban yang Herman selalu berikan.
Sejak dulu penduduk kota itu biasa membawa hadiah Natal ke kathedral dan meletakkannya di kaki patung Maria yang sedang memangku bayi Yesus. Setiap orang menabung supaya bisa memberi hadiah yang paling indah pada Yesus. Orang-orang bilang, kalau Yesus suka hadiah yang diberikan kepada-Nya, Ia akan mengulurkan tangan-Nya dari pelukan Maria untuk menerima bingkisan itu. Tentu saja ini legenda. Belum pernah terjadi bayi Yesus dalam pelukan Maria mengulurkan tangan menerima bingkisan Natal untuk-Nya.
Meskipun begitu penduduk kota itu selalu berusaha membawa bingkisan yang paling indah. Para penulis puisi membuat syair-syair yang aduhai. Anak-anak juga tidak ketinggalan. Setiap orang berlomba memberikan yang terbaik pada Yesus di Hari Natal. Siapa tahu, kata mereka, Yesus mengulurkan tangan menerima pemberian itu. Orang-orang yang tidak punya bingkisan, pergi ke Gereja untuk berbakti pada malam Natal sekaligus menilai bingkisan mana yang terindah. Herman, tukang arloji, adalah salah seorang yang hanya pergi untuk berbakti dan menonton.
Pernah ada seorang teman mencegah Herman dan bertanya: “Kau tidak tahu malu. Tiap tahun kau tak pernah membawa bingkisan Natal buat Yesus?” Pernah satu kali panitia Natal bertanya: “Herman! Mana bingkisan Natal darimu? Orang-orang yang lebih miskin dari kau saja selalu bawa.” Herman menjawab: “Tunggulah, satu ketika saya akan bawa bingkisan.” Tapi sedihnya, tukang arloji ini tak pernah punya apa-apa untuk Yesus. Arloji yang dibuatnya dijual dengan harga murah. Kadang-kadang ia memberikan gratis pada orang yang benar-benar perlu.
Tetapi dia punya ide. Tiap hari ia bekerja untuk bingkisan natal itu. Tidak satu orangpun yang tahu ide itu kecuali Trude, anak perempuan tetangganya. Trude berumur 7 tahun waktu ia tahu ide Herman. Tetapi setelah Trude berumur 31 tahun bingkisan itu belum selesai. Herman membuat sebuah jam dinding. Mungkin yang paling indah dan belum pernah ada. Setiap bagian dikerjakan dengan hati-hati dan penuh kasih. Bingkainya, jarum-jarumnya, beratnya, dan yang lainnya diukir dengan teliti. Sudah 24 tahun Herman merangkai jam dinding itu.
Masuk tahun ke-25 Herman hampir selesai. Tapi dia juga masih terus membantu memperbaiki mainan anak-anak. Perhatiannya pada hadiah Natal itu membuat dia tidak punya cukup waktu untuk buat arloji dan menjualnya. Kadang Herman tidur dengan perut kosong. Ia makin tambah kurus tetapi jam dindingnya makin tanbah cantik. Di jam dinding itu ada kandang, Maria sedang berlutut di samping palungan yang di dalamnya terbaring bayi Yesus. Di sekeliling palungan itu ada Yusuf serta tiga orang Majus, gembala-gembala dan dua orang malaikat. Kalau jam dinding itu berdering, orang-orang tadi berlutut di depan palungan Yesus dan terdengar lagu “Gloria in Excelsis Deo”.
“Lihat ini!” kata Herman pada Trude. “Ini berarti bahwa kita harus menyembah Kristus bukan hanya pada hari Minggu atau hari raya tetapi pada setiap hari dan setiap jam. Yesus menunggu bingkisan kita setiap detik.” Jam dinding itu sudah selesai. Herman puas. Ia menaruh benda itu di jendela kaca kamarnya supaya bisa dilihat orang. Orang-orang yang lewat berdiri berjam-jam mengagumi benda itu. Mereka sudah menduga bahwa ini pasti bingkisan Natal dari Herman. Hari Natal sudah tiba. Pagi itu Herman membersihkan rumahnya. Ia mengambil pakaiannya yang paling bagus. Sambil bekerja ia melihat jam dinding itu. Ia takut jangan-jangan ada kerusakan. Dia senang sekali sehingga ia memberikan uang yang dia miliki kepada pengemis-pengemis yang lewat di rumahnya.
Tiba-tiba ia ingat, sejak pagi dia belum sarapan. Ia segera ke pasar untuk membeli sepotong roti dengan uang terakhir yang ada padanya. Di lemarinya ada sebuah apel. Ia mau makan roti dengan apel itu. Waktu dia buka pintu, Trude masuk sambil menangis. “Ada apa?” tanya Herman. Suami saya mengalami kecelakaan. Sekarang dia di RS. Uang yang kami tabung untuk beli pohon Natal dan kue harus saya pakai untuk bayar dokter. Anak-anak sudah menuggu hadiah Natal. Apa lagi yang harus saya berikan untuk mereka?”
Herman tersenyum. “Tenanglah Trude. Semua akan beres. Saya akan jual arloji saya yang masih sisa. Kita akan punya cukup uang untuk beli mainan anak-anak. Pulanglah.”
Herman mengambil jas dinginnya lalu pergi ke pasar dengan satu jam tangan yang unik. Ia tawarkan jam itu di toko arloji. Tapi mereka tidak berminat. Ia pergi ke kantor gadai tapi pegawai-pegawai bilang arloji itu kuno. Akhirnya ia pergi ke rumah walikota. “Tuan, saya butuh uang untuk membeli mainan bagi beberapa anak. Tolong beli arloji ini?” Pak walikota tertawa. “Saya mau beli arloji tetapi bukan yang ini. Saya mau jam dinding yang ada di jendela kaca rumahmu. Berapapun harganya saya siap.” “Tidak mungkin tuan. Benda itu tidak saya jual.”"Apa? Bagi saya semua mungkin. Pergilah sekarang. Satu jam lagi saya akan kirim polisi untuk ambil jam dinding itu dan kau dapat uang 1000 dolar.”
Herman pergi sambil geleng-geleng kepala. “Tidak mungkin! Saya mau jual semua yang saya punya. Tapi jam dinding itu tidak. Itu untuk Yesus.” Waktu ia tiba dekat rumah, Trude dan anak-anaknya sudah menunggu. Mereka sedang menyanyi. Merdu sekali. Baru saja Herman masuk, beberapa orang polisi sudah berdiri di depan. Mereka berteriak agar pintu dibuka. Jam dinding itu mereka ambil dan uang 1000 dolar diberikan pada Herman. Tetapi Herman tidak menerima uang itu. “Barang itu tidak saya jual. Ambillah uang itu,” teriak Herman sedih. Orang-orang itu pergi membawa jam dinding serta uang tadi. Pada waktu itu lonceng gereja berbunyi. Jalan menuju kathedral penuh manusia. Tiap orang membawa bingkisan di tangan.
“Kali ini saya pergi dengan tangan kosong lagi”, kata Herman sedih. “Saya akan buat lagi satu yang lebih cantik.” Herman bangkit untuk pergi ke gereja. Saat itu ia melihat apel di dalam lemari. Ia tersenyum dan meraih apel itu. “Inilah satu-satunya yang saya punya, makanan saya pada hari natal. Saya akan berikan ini pada Yesus. Itu lebih baik dari pada pergi dengan tangan kosong.”
Katedral penuh. Suasana bukan main semarak. Ratusan lilin menyala dan bau kemenyan terasa di mana-mana. Altar tempat patung Maria memangku bayi Yesus penuh dengan bingkisan. Semuanya indah dan mahal. Di situ juga ada jam dinding buatan tukang arloji itu. Rupanya Pak walikota mempersembahkan benda itu pada Yesus. Herman masuk. Ia melangkah dengan kaki berat menuju altar dengan memegang apel. Semua mata tertuju padanya. Ia mendengar mereka mengejek, makin jelas. “Cih! Dia memang benar-benar pelit. Jam dindingnya yang indah dia jual. Lihatlah apa yang dia bawa. Memalukan!”
Hati Herman sedih, tetapi ia terus maju. Kepalanya tertunduk. Ia tidak berani memandang orang sekeliling. Matanya ditutup. Tangan yang kiri diulurkan ke depan untuk membuka jalan. Jarak altar masih jauh. Herman tahu bahwa ia harus naik anak tangga untuk sampai ke altar. Sekarang kakinya menyentuh anak tangga pertama. Herman berhenti sebentar. Ia tidak punya tenaga lagi. Sejak pagi dia belum makan apa-apa. Ada tujuh anak tangga. “Dapakah saya sampai ke altar itu?”
Herman mulai menghitung. Satu! Dua! Tiga! Empat! lalu ia terantuk dan hampir terguling ke bawah. Serentak semua orang berkata: “Memalukan!” Setelah mengumpulkan sisa tenaga Herman bergerak lagi. Tangga kelima. Kedengaran suara mengejek: “Huuuu…!” Herman naik setapak lagi. Tangga keenam. Omelan dan ejekan orang-orang berhenti. Sebagai gantinya terdengar seruan keheranan semua orang yang hadir. “Mujizat! Sebuah mujizat!!!”
Hadirin seluruhnya turun dari kursi dan berlutut. Imam merapatkan tangannya dan mengucapkan doa. Herman, tukang arloji yang miskin ini menaiki anak tangga yang terakhir. Ia mengangkat wajahnya. Dengan heran ia melihat patung bayi Yesus yang ada di pangkuan Maria sedang mengulurkan tangan untuk menerima bingkisan Natal darinya. Air mata menetes dari mata tukang arloji itu. Inilah hari Natal yang paling indah dalam hidupnya.
- Diterjemahkan oleh: Eben Nuban Timo dari buku “Het Hele Jaar Rond. Van sinterklaas tot sintemaarten.” Disunting oleh Marijke van Raephorst (Rotterdam: Lemniscaat, 1973), hal. 61-66.
Selain puluhan arloji yang sudah dibuatnya tidak ada barang berharga lain di kamarnya. Di jendela kaca kamar itu Herman menaruh sebuah jam dinding paling bagus untuk menarik perhatian orang-orang yang lewat. Herman adalah seorang tukang arloji yang miskin. Pakaiannya compang-camping. Tetapi dia baik hati. Anak-anak di sekitar rumah menyukainya. Kalau permainan mereka rusak, Herman biasa diminta memperbaiki. Herman tak pernah minta satu sen pun untuk itu. “Belilah makanan yang enak atau tabunglah uang itu untuk hari Natal.” Ini jawaban yang Herman selalu berikan.
Sejak dulu penduduk kota itu biasa membawa hadiah Natal ke kathedral dan meletakkannya di kaki patung Maria yang sedang memangku bayi Yesus. Setiap orang menabung supaya bisa memberi hadiah yang paling indah pada Yesus. Orang-orang bilang, kalau Yesus suka hadiah yang diberikan kepada-Nya, Ia akan mengulurkan tangan-Nya dari pelukan Maria untuk menerima bingkisan itu. Tentu saja ini legenda. Belum pernah terjadi bayi Yesus dalam pelukan Maria mengulurkan tangan menerima bingkisan Natal untuk-Nya.
Meskipun begitu penduduk kota itu selalu berusaha membawa bingkisan yang paling indah. Para penulis puisi membuat syair-syair yang aduhai. Anak-anak juga tidak ketinggalan. Setiap orang berlomba memberikan yang terbaik pada Yesus di Hari Natal. Siapa tahu, kata mereka, Yesus mengulurkan tangan menerima pemberian itu. Orang-orang yang tidak punya bingkisan, pergi ke Gereja untuk berbakti pada malam Natal sekaligus menilai bingkisan mana yang terindah. Herman, tukang arloji, adalah salah seorang yang hanya pergi untuk berbakti dan menonton.
Pernah ada seorang teman mencegah Herman dan bertanya: “Kau tidak tahu malu. Tiap tahun kau tak pernah membawa bingkisan Natal buat Yesus?” Pernah satu kali panitia Natal bertanya: “Herman! Mana bingkisan Natal darimu? Orang-orang yang lebih miskin dari kau saja selalu bawa.” Herman menjawab: “Tunggulah, satu ketika saya akan bawa bingkisan.” Tapi sedihnya, tukang arloji ini tak pernah punya apa-apa untuk Yesus. Arloji yang dibuatnya dijual dengan harga murah. Kadang-kadang ia memberikan gratis pada orang yang benar-benar perlu.
Tetapi dia punya ide. Tiap hari ia bekerja untuk bingkisan natal itu. Tidak satu orangpun yang tahu ide itu kecuali Trude, anak perempuan tetangganya. Trude berumur 7 tahun waktu ia tahu ide Herman. Tetapi setelah Trude berumur 31 tahun bingkisan itu belum selesai. Herman membuat sebuah jam dinding. Mungkin yang paling indah dan belum pernah ada. Setiap bagian dikerjakan dengan hati-hati dan penuh kasih. Bingkainya, jarum-jarumnya, beratnya, dan yang lainnya diukir dengan teliti. Sudah 24 tahun Herman merangkai jam dinding itu.
Masuk tahun ke-25 Herman hampir selesai. Tapi dia juga masih terus membantu memperbaiki mainan anak-anak. Perhatiannya pada hadiah Natal itu membuat dia tidak punya cukup waktu untuk buat arloji dan menjualnya. Kadang Herman tidur dengan perut kosong. Ia makin tambah kurus tetapi jam dindingnya makin tanbah cantik. Di jam dinding itu ada kandang, Maria sedang berlutut di samping palungan yang di dalamnya terbaring bayi Yesus. Di sekeliling palungan itu ada Yusuf serta tiga orang Majus, gembala-gembala dan dua orang malaikat. Kalau jam dinding itu berdering, orang-orang tadi berlutut di depan palungan Yesus dan terdengar lagu “Gloria in Excelsis Deo”.
“Lihat ini!” kata Herman pada Trude. “Ini berarti bahwa kita harus menyembah Kristus bukan hanya pada hari Minggu atau hari raya tetapi pada setiap hari dan setiap jam. Yesus menunggu bingkisan kita setiap detik.” Jam dinding itu sudah selesai. Herman puas. Ia menaruh benda itu di jendela kaca kamarnya supaya bisa dilihat orang. Orang-orang yang lewat berdiri berjam-jam mengagumi benda itu. Mereka sudah menduga bahwa ini pasti bingkisan Natal dari Herman. Hari Natal sudah tiba. Pagi itu Herman membersihkan rumahnya. Ia mengambil pakaiannya yang paling bagus. Sambil bekerja ia melihat jam dinding itu. Ia takut jangan-jangan ada kerusakan. Dia senang sekali sehingga ia memberikan uang yang dia miliki kepada pengemis-pengemis yang lewat di rumahnya.
Tiba-tiba ia ingat, sejak pagi dia belum sarapan. Ia segera ke pasar untuk membeli sepotong roti dengan uang terakhir yang ada padanya. Di lemarinya ada sebuah apel. Ia mau makan roti dengan apel itu. Waktu dia buka pintu, Trude masuk sambil menangis. “Ada apa?” tanya Herman. Suami saya mengalami kecelakaan. Sekarang dia di RS. Uang yang kami tabung untuk beli pohon Natal dan kue harus saya pakai untuk bayar dokter. Anak-anak sudah menuggu hadiah Natal. Apa lagi yang harus saya berikan untuk mereka?”
Herman tersenyum. “Tenanglah Trude. Semua akan beres. Saya akan jual arloji saya yang masih sisa. Kita akan punya cukup uang untuk beli mainan anak-anak. Pulanglah.”
Herman mengambil jas dinginnya lalu pergi ke pasar dengan satu jam tangan yang unik. Ia tawarkan jam itu di toko arloji. Tapi mereka tidak berminat. Ia pergi ke kantor gadai tapi pegawai-pegawai bilang arloji itu kuno. Akhirnya ia pergi ke rumah walikota. “Tuan, saya butuh uang untuk membeli mainan bagi beberapa anak. Tolong beli arloji ini?” Pak walikota tertawa. “Saya mau beli arloji tetapi bukan yang ini. Saya mau jam dinding yang ada di jendela kaca rumahmu. Berapapun harganya saya siap.” “Tidak mungkin tuan. Benda itu tidak saya jual.”"Apa? Bagi saya semua mungkin. Pergilah sekarang. Satu jam lagi saya akan kirim polisi untuk ambil jam dinding itu dan kau dapat uang 1000 dolar.”
Herman pergi sambil geleng-geleng kepala. “Tidak mungkin! Saya mau jual semua yang saya punya. Tapi jam dinding itu tidak. Itu untuk Yesus.” Waktu ia tiba dekat rumah, Trude dan anak-anaknya sudah menunggu. Mereka sedang menyanyi. Merdu sekali. Baru saja Herman masuk, beberapa orang polisi sudah berdiri di depan. Mereka berteriak agar pintu dibuka. Jam dinding itu mereka ambil dan uang 1000 dolar diberikan pada Herman. Tetapi Herman tidak menerima uang itu. “Barang itu tidak saya jual. Ambillah uang itu,” teriak Herman sedih. Orang-orang itu pergi membawa jam dinding serta uang tadi. Pada waktu itu lonceng gereja berbunyi. Jalan menuju kathedral penuh manusia. Tiap orang membawa bingkisan di tangan.
“Kali ini saya pergi dengan tangan kosong lagi”, kata Herman sedih. “Saya akan buat lagi satu yang lebih cantik.” Herman bangkit untuk pergi ke gereja. Saat itu ia melihat apel di dalam lemari. Ia tersenyum dan meraih apel itu. “Inilah satu-satunya yang saya punya, makanan saya pada hari natal. Saya akan berikan ini pada Yesus. Itu lebih baik dari pada pergi dengan tangan kosong.”
Katedral penuh. Suasana bukan main semarak. Ratusan lilin menyala dan bau kemenyan terasa di mana-mana. Altar tempat patung Maria memangku bayi Yesus penuh dengan bingkisan. Semuanya indah dan mahal. Di situ juga ada jam dinding buatan tukang arloji itu. Rupanya Pak walikota mempersembahkan benda itu pada Yesus. Herman masuk. Ia melangkah dengan kaki berat menuju altar dengan memegang apel. Semua mata tertuju padanya. Ia mendengar mereka mengejek, makin jelas. “Cih! Dia memang benar-benar pelit. Jam dindingnya yang indah dia jual. Lihatlah apa yang dia bawa. Memalukan!”
Hati Herman sedih, tetapi ia terus maju. Kepalanya tertunduk. Ia tidak berani memandang orang sekeliling. Matanya ditutup. Tangan yang kiri diulurkan ke depan untuk membuka jalan. Jarak altar masih jauh. Herman tahu bahwa ia harus naik anak tangga untuk sampai ke altar. Sekarang kakinya menyentuh anak tangga pertama. Herman berhenti sebentar. Ia tidak punya tenaga lagi. Sejak pagi dia belum makan apa-apa. Ada tujuh anak tangga. “Dapakah saya sampai ke altar itu?”
Herman mulai menghitung. Satu! Dua! Tiga! Empat! lalu ia terantuk dan hampir terguling ke bawah. Serentak semua orang berkata: “Memalukan!” Setelah mengumpulkan sisa tenaga Herman bergerak lagi. Tangga kelima. Kedengaran suara mengejek: “Huuuu…!” Herman naik setapak lagi. Tangga keenam. Omelan dan ejekan orang-orang berhenti. Sebagai gantinya terdengar seruan keheranan semua orang yang hadir. “Mujizat! Sebuah mujizat!!!”
Hadirin seluruhnya turun dari kursi dan berlutut. Imam merapatkan tangannya dan mengucapkan doa. Herman, tukang arloji yang miskin ini menaiki anak tangga yang terakhir. Ia mengangkat wajahnya. Dengan heran ia melihat patung bayi Yesus yang ada di pangkuan Maria sedang mengulurkan tangan untuk menerima bingkisan Natal darinya. Air mata menetes dari mata tukang arloji itu. Inilah hari Natal yang paling indah dalam hidupnya.
- Diterjemahkan oleh: Eben Nuban Timo dari buku “Het Hele Jaar Rond. Van sinterklaas tot sintemaarten.” Disunting oleh Marijke van Raephorst (Rotterdam: Lemniscaat, 1973), hal. 61-66.
Berikan Aku Seorang Ayah
Secarik kertas koran terbang dikipas angin dan tersangkut pada tiang listrik. Dari kejauhan bisa aku baca judul besar yang tertulis dengan warna merah pada halaman kertas itu yang mengingatkan saya akan natal yang kini tiba. Malam nanti adalah "Malam Kudus, Malam Damai". Dan setiap hati pasti mengimpikan agar di malam ini mereka bisa menemukan setitik kesegaran, menemukan secercah kedamaian yang dibawa oleh Allah yang menjelma.
Judul di kertas koran itu tertulis dalam Karakter khusus bahasa Cina; "Selamat Hari Natal: Semoga Harapan Anda Menjadi Kenyataan." Karena tertarik dengan judul tersebut, saya memungut kertas koran yang sudah tercabik dan kotor itu dan membacanya. Ternyata ini merupakan halaman khusus yang sengaja disiapkan bagi siapa saja agar menuliskan impian dan harapannya. Koran ini seakan berperan sebagai agen yang meneruskan harapan mereka agar kalau boleh bisa didengarkan oleh Santa Klaus atau oleh Allah sendiri. Ada kurang lebih tiga puluh harapan yang dimuat di halaman koran hari ini. Namun saya tertarik dengan harapan yang ditulis oleh seorang gadis kelas tiga SMP:
"Tuhan...apakah Engkau sungguh ada? Aku tak pernah tahu tentang Engkau. Aku tak pernah melihat diriMu. Namun banyak orang mengatakan bahwa malam ini Engkau yang jauh di atas sana akan menjelma menjadi seorang manusia sama seperti diriku dan mendengarkan setiap harapan yang ada di dasar setiap hati. Tuhan kalau Engkau sungguh ada dan malam ini mengetuk hatiku, aku akan mengatakan kepadaMu bahwa aku butuh seorang ayah. Berikanlah aku seorang ayah. Aku tahu bahwa harapanku ini bukanlah sesuatu yang baru, karena sejak kecil aku secara terus-menerus merindukan hal ini."
"Kata ibuku di rumahku ada seorang ayah. Aku tahu bahwa di rumahku, di samping ibuku masih ada seorang lelaki yang hidup bersama kami. Dan kata ibu dia inilah yang seharusnya aku panggil ayah. Namun aku tak pernah merasakan cinta seorang ayah. Setiap hari kami tak pernah mengucapkan lebih dari tiga kalimat. Ketika kami saling berpapasan, yang aku rasakan cumalah kebencian yang terpancar dari sudut kedua matanya."
"Benar bahwa ia membayar uang sekolahku. Ia juga membiayai kebutuhan hidupku. Tapi... sebatas itukah yang disebut kasih sayang seorang bapa? Dia tak lebih dari pada seseorang yang harus memenuhi sebuah tuntutan hukum untuk mendampingi diriku, tetapi ia bukanlah ayahku. Setiap ongkos yang keluar untuk membayar uang sekolahku harus aku bayar dengan derai air mata dan isakan tangis, harus aku bayar dengan mata yang membengkak. Inikah kasih sayang seorang bapa?¡¨
"Tuhan...apakah Engkau mendengarkan diriku? Malam ini ketika Engkau menjelma menjadi seseorang seperti diriku dan menjenguk bathinku, hanya satu hal yang aku harapkan. Berikanlah aku seorang bapa. Seorang bapa yang mencintaiku, seorang bapa yang bisa menasihati aku bukan mencaci diriku."
Setelah membaca tulisan ini aku bisa merasakan kepedihan yang bercokol dalam diri si gadis ini. Aku pernah menjadi seorang anak tiri, anak yang kehilangan seorang bapa ketika masih berumur dua tahun. Dan betapa dalam dan besarnya kerinduanku untuk bisa merasakan kasih sayang seorang bapa. Ketika berumur sembilan tahun aku akhirnya boleh memperoleh seorang ayah lagi.
Namun temanku, aku yakin anda pernah membaca kisah hidup anak tiri. Aku tak hanya membaca, namun dengan hidupku sendiri aku mengalaminya. Ternyata kerinduanku untuk menyapa seseorang sebagai bapa hanya bisa bertahan dalam mimpi. Itulah nasib menjadi seorang anak tiri. Namun waktu terus bergulir. Bapa tiriku kini telah ubanan. Kalau dulu aku bermimpi untuk dicintai oleh seseorang yang boleh aku panggil sebagai bapa, walau mimpiku ini tak pernah menjadi kenyataan, namun kini aku hanya bisa berjuang untuk mencintai seseorang dengan harapan bahwa ia boleh menyapa aku sebagai anaknya. Yang ada di dasar bathinku bukanlah rasa marah dan dendam. Tapi belas kasihan. Dan ini hanya menjadi mungkin karena aku telah mengalami cinta seorang Bapa yang dibawa oleh seorang bayi mungil di kandang hina. Yesus yang lahir dalam dingin telah mengatakan kepadaku bahwa ada seorang Bapa yang selalu dan senantiasa mencintaiku. Aku tak perlu lagi mencari dan bermimpi. Kini adalah giliranku untuk membalas cinta tersebut dengan mencintai orang lain, dan...terutama mencintai ayah tiriku.
Judul di kertas koran itu tertulis dalam Karakter khusus bahasa Cina; "Selamat Hari Natal: Semoga Harapan Anda Menjadi Kenyataan." Karena tertarik dengan judul tersebut, saya memungut kertas koran yang sudah tercabik dan kotor itu dan membacanya. Ternyata ini merupakan halaman khusus yang sengaja disiapkan bagi siapa saja agar menuliskan impian dan harapannya. Koran ini seakan berperan sebagai agen yang meneruskan harapan mereka agar kalau boleh bisa didengarkan oleh Santa Klaus atau oleh Allah sendiri. Ada kurang lebih tiga puluh harapan yang dimuat di halaman koran hari ini. Namun saya tertarik dengan harapan yang ditulis oleh seorang gadis kelas tiga SMP:
"Tuhan...apakah Engkau sungguh ada? Aku tak pernah tahu tentang Engkau. Aku tak pernah melihat diriMu. Namun banyak orang mengatakan bahwa malam ini Engkau yang jauh di atas sana akan menjelma menjadi seorang manusia sama seperti diriku dan mendengarkan setiap harapan yang ada di dasar setiap hati. Tuhan kalau Engkau sungguh ada dan malam ini mengetuk hatiku, aku akan mengatakan kepadaMu bahwa aku butuh seorang ayah. Berikanlah aku seorang ayah. Aku tahu bahwa harapanku ini bukanlah sesuatu yang baru, karena sejak kecil aku secara terus-menerus merindukan hal ini."
"Kata ibuku di rumahku ada seorang ayah. Aku tahu bahwa di rumahku, di samping ibuku masih ada seorang lelaki yang hidup bersama kami. Dan kata ibu dia inilah yang seharusnya aku panggil ayah. Namun aku tak pernah merasakan cinta seorang ayah. Setiap hari kami tak pernah mengucapkan lebih dari tiga kalimat. Ketika kami saling berpapasan, yang aku rasakan cumalah kebencian yang terpancar dari sudut kedua matanya."
"Benar bahwa ia membayar uang sekolahku. Ia juga membiayai kebutuhan hidupku. Tapi... sebatas itukah yang disebut kasih sayang seorang bapa? Dia tak lebih dari pada seseorang yang harus memenuhi sebuah tuntutan hukum untuk mendampingi diriku, tetapi ia bukanlah ayahku. Setiap ongkos yang keluar untuk membayar uang sekolahku harus aku bayar dengan derai air mata dan isakan tangis, harus aku bayar dengan mata yang membengkak. Inikah kasih sayang seorang bapa?¡¨
"Tuhan...apakah Engkau mendengarkan diriku? Malam ini ketika Engkau menjelma menjadi seseorang seperti diriku dan menjenguk bathinku, hanya satu hal yang aku harapkan. Berikanlah aku seorang bapa. Seorang bapa yang mencintaiku, seorang bapa yang bisa menasihati aku bukan mencaci diriku."
Setelah membaca tulisan ini aku bisa merasakan kepedihan yang bercokol dalam diri si gadis ini. Aku pernah menjadi seorang anak tiri, anak yang kehilangan seorang bapa ketika masih berumur dua tahun. Dan betapa dalam dan besarnya kerinduanku untuk bisa merasakan kasih sayang seorang bapa. Ketika berumur sembilan tahun aku akhirnya boleh memperoleh seorang ayah lagi.
Namun temanku, aku yakin anda pernah membaca kisah hidup anak tiri. Aku tak hanya membaca, namun dengan hidupku sendiri aku mengalaminya. Ternyata kerinduanku untuk menyapa seseorang sebagai bapa hanya bisa bertahan dalam mimpi. Itulah nasib menjadi seorang anak tiri. Namun waktu terus bergulir. Bapa tiriku kini telah ubanan. Kalau dulu aku bermimpi untuk dicintai oleh seseorang yang boleh aku panggil sebagai bapa, walau mimpiku ini tak pernah menjadi kenyataan, namun kini aku hanya bisa berjuang untuk mencintai seseorang dengan harapan bahwa ia boleh menyapa aku sebagai anaknya. Yang ada di dasar bathinku bukanlah rasa marah dan dendam. Tapi belas kasihan. Dan ini hanya menjadi mungkin karena aku telah mengalami cinta seorang Bapa yang dibawa oleh seorang bayi mungil di kandang hina. Yesus yang lahir dalam dingin telah mengatakan kepadaku bahwa ada seorang Bapa yang selalu dan senantiasa mencintaiku. Aku tak perlu lagi mencari dan bermimpi. Kini adalah giliranku untuk membalas cinta tersebut dengan mencintai orang lain, dan...terutama mencintai ayah tiriku.
SEMANGKUK NASI PUTIH
Pada sebuah senja dua puluh tahun yang lalu, terdapat seorang pemuda yang kelihatannya seperti seorang mahasiswa berjalan mondar mandir di depan sebuah rumah makan cepat saji di kota metropolitan, menunggu sampai tamu di restoran sudah agak sepi, dengan sifat yang segan dan malu-malu dia masuk ke dalam restoran tersebut.
"Tolong sajikan saya semangkuk nasi putih." Dengan kepala menunduk pemuda ini berkata kepada pemilik rumah makan.
Sepasang suami istri muda pemilik rumah makan, memperhatikan pemuda ini hanya meminta semangkuk nasi putih dan tidak memesan lauk apapun, lalu menghidangkan semangkuk penuh nasi putih untuknya.
Ketika pemuda ini menerima nasi putih dan sedang membayar berkata dengan pelan : "Dapatkah menyiram sedikit kuah sayur diatas nasi saya."
Istri pemilik rumah berkata sambil tersenyum : "Ambil saja apa yang engkau suka, tidak perlu bayar !"
Sebelum habis makan, pemuda ini berpikir : "Kuah sayur gratis." Lalu memesan semangkuk lagi nasi putih.
"Semangkuk tidak cukup anak muda, kali ini saya akan berikan lebih banyak lagi nasinya." Dengan tersenyum ramah pemilik rumah makan berkata kepada pemuda ini.
"Bukan, saya akan membawa pulang, besok akan membawa ke sekolah sebagai makan siang saya !"
Mendengar perkataan pemuda ini, pemilik rumah makan berpikir pemuda ini tentu dari keluarga miskin diluar kota , demi menuntut ilmu datang kekota, mencari uang sendiri untuk sekolah, kesulitan dalam keuangan itu sudah pasti.
Berpikir sampai disitu pemilik rumah makan lalu menaruh sepotong daging dan sebutir telur disembunyikan dibawah nasi, kemudian membungkus nasi tersebut sepintas terlihat hanya sebungkus nasi putih saja dan memberikan kepada pemuda ini.
Melihat perbuatannya, istrinya mengetahui suaminya sedang membantu pemuda ini, hanya dia tidak mengerti, kenapa daging dan telur disembunyikan di bawah nasi ?
Suaminya kemudian membisik kepadanya :
"Jika pemuda ini melihat kita menaruh lauk dinasinya dia tentu akan merasa bahwa kita bersedekah kepadanya, harga dirinya pasti akan tersinggung lain kali dia tidak akan datang lagi, jika dia ket empat lain hanya membeli semangkuk nasi putih, mana ada gizi untuk bersekolah."
"Engkau sungguh baik hati, sudah menolong orang masih menjaga harga dirinya."
"Jika saya tidak baik, apakah engkau akan menjadi istriku ?"
Sepasang suami istri muda ini merasa gembira dapat membantu orang lain.
"Terima kasih, saya sudah selesai makan." Pemuda ini pamit kepada mereka. Ketika dia mengambil bungkusan nasinya, dia membalikan badan melihat dengan pandangan mata berterima kasih kepada mereka.
"Besok singgah lagi, engkau harus tetap bersemangat !" katanya sambil melambaikan tangan, dalam perkataannya bermaksud mengundang pemuda ini besok jangan segan-segan datang lagi.
Sepasang mata pemuda ini berkaca-kaca terharu, mulai saat itu setiap sore pemuda ini singgah kerumah makan mereka, sama seperti biasa setiap hari hanya memakan semangkuk nasi putih dan membawa pulang sebungkus untuk bekal keesokan hari.
Sudah pasti nasi yang dibawa pulang setiap hari terdapat lauk berbeda yang tersembunyi setiap hari, sampai pemuda ini tamat, selama 20 tahun pemuda ini tidak pernah muncul lagi.
* * * * *
Pada suatu hari, ketika suami ini sudah berumur 50 tahun lebih, pemerintah melayangkan sebuah surat bahwa rumah makan mereka harus digusur, tiba-tiba kehilangan mata pencaharian dan mengingat anak mereka yang disekolahkan di luar negeri yang perlu biaya setiap bulan membuat suami istri ini berpelukan menangis dengan panik.
Pada saat ini masuk seorang pemuda yang memakai pakaian bermerek kelihatannya seperti direktur dari kantor bonafid. "Apa kabar?, saya adalah wakil direktur dari sebuah perusahaan, saya diperintah oleh direktur kami mengundang kalian membuka kantin di perusahaan kami, perusahaan kami telah menyediakan semuanya kalian hanya perlu membawa koki dan keahlian kalian kesana, keuntungannya akan dibagi 2 dengan perusahaan."
"Siapakah direktur diperusahaan kamu ? Mengapa begitu baik terhadap kami? Saya tidak ingat mengenal seorang yang begitu mulia !" sepasang suami istri ini berkata dengan terheran.
"Kalian adalah penolong dan kawan baik direktur kami. Direktur kami paling suka makan telur dan dendeng buatan kalian, hanya itu yang saya tahu. Yang lain setelah kalian bertemu dengannya dapat bertanya kepadanya." Akhirnya, pemuda yang hanya memakan semangkuk nasi putih ini muncul, setelah bersusah payah selama 20 tahun akhirnya pemuda ini dapat membangun kerajaaan bisnisnya dan sekarang menjadi seorang direktur yang sukses untuk kerajaan bisnisnya.
Dia merasa kesuksesan pada saat ini adalah berkat bantuan sepasang suami istri ini, jika mereka tidak membantunya dia tidak mungkin akan dapat menyelesaikan kuliahnya dan menjadi sesukses sekarang.
Setelah berbincang-bincang, suami istri ini pamit hendak meninggalkan kantornya. Pemuda ini berdiri dari kursi direkturnya dan dengan membungkuk dalam-dalam berkata kepada mereka :
"Bersemangat ya ! Di kemudian hari perusahaan tergantung kepada kalian, sampai bertemu besok !"
Kebaikan hati dan balas budi selamanya dalam kehidupan manusia adalah suatu perbuatan indah dan yang paling mengharukan.
Tuhan memberkati.....
"Tolong sajikan saya semangkuk nasi putih." Dengan kepala menunduk pemuda ini berkata kepada pemilik rumah makan.
Sepasang suami istri muda pemilik rumah makan, memperhatikan pemuda ini hanya meminta semangkuk nasi putih dan tidak memesan lauk apapun, lalu menghidangkan semangkuk penuh nasi putih untuknya.
Ketika pemuda ini menerima nasi putih dan sedang membayar berkata dengan pelan : "Dapatkah menyiram sedikit kuah sayur diatas nasi saya."
Istri pemilik rumah berkata sambil tersenyum : "Ambil saja apa yang engkau suka, tidak perlu bayar !"
Sebelum habis makan, pemuda ini berpikir : "Kuah sayur gratis." Lalu memesan semangkuk lagi nasi putih.
"Semangkuk tidak cukup anak muda, kali ini saya akan berikan lebih banyak lagi nasinya." Dengan tersenyum ramah pemilik rumah makan berkata kepada pemuda ini.
"Bukan, saya akan membawa pulang, besok akan membawa ke sekolah sebagai makan siang saya !"
Mendengar perkataan pemuda ini, pemilik rumah makan berpikir pemuda ini tentu dari keluarga miskin diluar kota , demi menuntut ilmu datang kekota, mencari uang sendiri untuk sekolah, kesulitan dalam keuangan itu sudah pasti.
Berpikir sampai disitu pemilik rumah makan lalu menaruh sepotong daging dan sebutir telur disembunyikan dibawah nasi, kemudian membungkus nasi tersebut sepintas terlihat hanya sebungkus nasi putih saja dan memberikan kepada pemuda ini.
Melihat perbuatannya, istrinya mengetahui suaminya sedang membantu pemuda ini, hanya dia tidak mengerti, kenapa daging dan telur disembunyikan di bawah nasi ?
Suaminya kemudian membisik kepadanya :
"Jika pemuda ini melihat kita menaruh lauk dinasinya dia tentu akan merasa bahwa kita bersedekah kepadanya, harga dirinya pasti akan tersinggung lain kali dia tidak akan datang lagi, jika dia ket empat lain hanya membeli semangkuk nasi putih, mana ada gizi untuk bersekolah."
"Engkau sungguh baik hati, sudah menolong orang masih menjaga harga dirinya."
"Jika saya tidak baik, apakah engkau akan menjadi istriku ?"
Sepasang suami istri muda ini merasa gembira dapat membantu orang lain.
"Terima kasih, saya sudah selesai makan." Pemuda ini pamit kepada mereka. Ketika dia mengambil bungkusan nasinya, dia membalikan badan melihat dengan pandangan mata berterima kasih kepada mereka.
"Besok singgah lagi, engkau harus tetap bersemangat !" katanya sambil melambaikan tangan, dalam perkataannya bermaksud mengundang pemuda ini besok jangan segan-segan datang lagi.
Sepasang mata pemuda ini berkaca-kaca terharu, mulai saat itu setiap sore pemuda ini singgah kerumah makan mereka, sama seperti biasa setiap hari hanya memakan semangkuk nasi putih dan membawa pulang sebungkus untuk bekal keesokan hari.
Sudah pasti nasi yang dibawa pulang setiap hari terdapat lauk berbeda yang tersembunyi setiap hari, sampai pemuda ini tamat, selama 20 tahun pemuda ini tidak pernah muncul lagi.
* * * * *
Pada suatu hari, ketika suami ini sudah berumur 50 tahun lebih, pemerintah melayangkan sebuah surat bahwa rumah makan mereka harus digusur, tiba-tiba kehilangan mata pencaharian dan mengingat anak mereka yang disekolahkan di luar negeri yang perlu biaya setiap bulan membuat suami istri ini berpelukan menangis dengan panik.
Pada saat ini masuk seorang pemuda yang memakai pakaian bermerek kelihatannya seperti direktur dari kantor bonafid. "Apa kabar?, saya adalah wakil direktur dari sebuah perusahaan, saya diperintah oleh direktur kami mengundang kalian membuka kantin di perusahaan kami, perusahaan kami telah menyediakan semuanya kalian hanya perlu membawa koki dan keahlian kalian kesana, keuntungannya akan dibagi 2 dengan perusahaan."
"Siapakah direktur diperusahaan kamu ? Mengapa begitu baik terhadap kami? Saya tidak ingat mengenal seorang yang begitu mulia !" sepasang suami istri ini berkata dengan terheran.
"Kalian adalah penolong dan kawan baik direktur kami. Direktur kami paling suka makan telur dan dendeng buatan kalian, hanya itu yang saya tahu. Yang lain setelah kalian bertemu dengannya dapat bertanya kepadanya." Akhirnya, pemuda yang hanya memakan semangkuk nasi putih ini muncul, setelah bersusah payah selama 20 tahun akhirnya pemuda ini dapat membangun kerajaaan bisnisnya dan sekarang menjadi seorang direktur yang sukses untuk kerajaan bisnisnya.
Dia merasa kesuksesan pada saat ini adalah berkat bantuan sepasang suami istri ini, jika mereka tidak membantunya dia tidak mungkin akan dapat menyelesaikan kuliahnya dan menjadi sesukses sekarang.
Setelah berbincang-bincang, suami istri ini pamit hendak meninggalkan kantornya. Pemuda ini berdiri dari kursi direkturnya dan dengan membungkuk dalam-dalam berkata kepada mereka :
"Bersemangat ya ! Di kemudian hari perusahaan tergantung kepada kalian, sampai bertemu besok !"
Kebaikan hati dan balas budi selamanya dalam kehidupan manusia adalah suatu perbuatan indah dan yang paling mengharukan.
Tuhan memberkati.....
Arti Natal
Satu minggu sebelum Natal, saya bermimpi kedatangan tamu. Begini ceritanya, Saya sedang bersiap-siap untuk tidur ketika terdengar suara berisik di ruang tamu. Saya membuka pintu kamar Dan saya amat terkejut, sinterklas tiba-tiba muncul dari balik pohon natal.
Sinterklas tidak tampak gembira seperti biasanya malahan saya pikir saya melihat air Mata disudut matanya."Apa yang sedang anda lakukan?" saya bertanya." Saya datang untuk mengingatkan kamu... AJARILAH ANAK-ANAK!" kata Sinterklas. Saya menjadi bingung apa yang dimaksudkannya?
Kemudian dengan satu gerak cepat Sinterklas memungut sebuah tas mainan dari balik pohon. Sementara saya berdiri dengan bingung, Sinterklas berkata,"Ajarilah anak-anak! Ajarilah mereka arti natal yang sebenarnya, arti yang sekarang ini telah dilupakan oleh banyak anak".
Sinterklas merogoh kedalam tasnya Dan mengeluarkan sebuah POHON NATAL mini "Ajarilah anak-anak bahwa pohon cemara senantiasa hijau sepanjang tahun, melambangkan harapan abadi seluruh umat manusia, semua ujung daunnya mengarah keatas, mengingatkan Kita bahwa segala pikiran Kita di masa Natal hanya terarah pada surga."
Kemudian IA memasukan tangannya kedalam tas Dan mengeluarkan sebuah BINTANG cemerlang "Ajarilah anak-anak bahwa bintang adalah tanda surgawi akan janji Allah berabad-abad yang silam. Tuhan menjanjikan seorang Penyelamat bagi dunia, Dan bintang adalah tanda bahwa Tuhan menepati janji-Nya."
Ia memasukkan tangannya lagi kedalam tasnya Dan mengeluarkan sebatang LILIN "Ajarilah anak-anak bahwa kristus adalah terang dunia, Dan ketika Kita melihat terang lilin, Kita diingatkan kepada-Nya yang telah mengusir kegelapan"
Sekali lagi IA memasukkan tangannya ke dalam tasnya, mengeluarkan sebuah LINGKARAN lalu memasangnya di pohon natal,"Ajarilah anak-anak bahwa lingkaran melambangkan Cinta Sejati yang tak akan pernah berhenti. Cinta adalah kasih sayang yang terus-menerus tidak hanya saat Natal , tetapi sepanjang tahun."
Kemudian dari tasnya IA mengeluarkan hiasan SINTERKLAS."Ajarilah anak-anak bahwa saya, Sinterklas, melambangkan kemurahan hati Dan segala niat baik yang Kita rasakan sepanjang bulan Desember."
Selanjutnya IA mengeluarkan sebuah HADIAH Dan berkata,"Ajarilah anak-anak bahwa Tuhan demikian mengasihi umatnya sehingga Ia memeberikan anaknya yang tunggal...."
"Terpujilah Allah atas hadiah-Nya yang demikian mengagumkan itu. Ajarilah anak-anak bahwa para majus datang menyembah sang bayi kudus Dan mempersembahkan emas, kemenyan Dan mur. Hendaklah Kita memberi dengan semangat yang sama dengan para majus."
Sinterklas kemudian mengambil tasnya, memungut sebatang PERMEN coklat berbentuk tongkat Dan menggantungkannya di pohon Natal. "Ajarilah anak-anak bahwa batangan permen ini melambangkan para gembala. Sekali waktu seekor domba berkelana pergi meninggalkan kawanannya Dan tersesat maka gembala datang Dan menuntun mereka kembali. Batang permen ini mengingatkan Kita bahwa Kita adalah penjaga saudara-saudara Kita, sekali waktu orang-orang yang telah lama pergi meninggalkan Gereja membutuhkan pertolongan untuk kembali ke pangkuan Gereja. Selayaknyalah Kita berdaya supaya untuk menjadi gembala-gembala yang baik Dan menuntun mereka pulang kerumah."
Ia memasukan tangannya lagi kedalam tas Dan mengeluarkan sebuah boneka MALAIKAT." Ajarilah anak-anak bahwa para malaikatlah yang mewartakan kabar sukacita kelahiran Sang Penyelamat. Para malaikat itu bernyanyi,"Kemuliaan bagi Allah di surga Dan damai di bumi bagi manusia." Sama seperti para malaikat di Betlehem, Kita patut mewartakan kabar gembira tersebut kepada keluarga Dan teman-teman: Immanuel - Tuhan beserta Kita!
Sekarang Sinterklas kelihatan gembira. Ia memandang saya Dan saya melihat matanya telah bersinar kembali. Ia berkata,"Ingat, ajarilah anak-anak arti Natal yang sebenarnya. Jangan menjadikan saya pusat perhatian karena saya hanyalah hamba dari Dia yang adalah arti Natal yang sebenarnya - Immanuel -Tuhan beserta Kita. Kemudian, secepat datangnya, Sinterklas tiba-tiba pergi.
Sayapun terbangun
Dan seperti biasa - Sinterklas telah datang untuk membawa hadiah bagi saya Dan anak-anak saya - suatu hadiah yang luar biasa. Sinterklas telah membantu saya mengingat kembali arti Natal yang sebenarnya - Dan arti kedatangan Yesus ke dunia. Dan saya tahu, bagi saya Dan anak-anak, Natal ini akan menjadi Natal yang terindah - karena IMMANUEL ~ Tuhan beserta Kita!
Sinterklas tidak tampak gembira seperti biasanya malahan saya pikir saya melihat air Mata disudut matanya."Apa yang sedang anda lakukan?" saya bertanya." Saya datang untuk mengingatkan kamu... AJARILAH ANAK-ANAK!" kata Sinterklas. Saya menjadi bingung apa yang dimaksudkannya?
Kemudian dengan satu gerak cepat Sinterklas memungut sebuah tas mainan dari balik pohon. Sementara saya berdiri dengan bingung, Sinterklas berkata,"Ajarilah anak-anak! Ajarilah mereka arti natal yang sebenarnya, arti yang sekarang ini telah dilupakan oleh banyak anak".
Sinterklas merogoh kedalam tasnya Dan mengeluarkan sebuah POHON NATAL mini "Ajarilah anak-anak bahwa pohon cemara senantiasa hijau sepanjang tahun, melambangkan harapan abadi seluruh umat manusia, semua ujung daunnya mengarah keatas, mengingatkan Kita bahwa segala pikiran Kita di masa Natal hanya terarah pada surga."
Kemudian IA memasukan tangannya kedalam tas Dan mengeluarkan sebuah BINTANG cemerlang "Ajarilah anak-anak bahwa bintang adalah tanda surgawi akan janji Allah berabad-abad yang silam. Tuhan menjanjikan seorang Penyelamat bagi dunia, Dan bintang adalah tanda bahwa Tuhan menepati janji-Nya."
Ia memasukkan tangannya lagi kedalam tasnya Dan mengeluarkan sebatang LILIN "Ajarilah anak-anak bahwa kristus adalah terang dunia, Dan ketika Kita melihat terang lilin, Kita diingatkan kepada-Nya yang telah mengusir kegelapan"
Sekali lagi IA memasukkan tangannya ke dalam tasnya, mengeluarkan sebuah LINGKARAN lalu memasangnya di pohon natal,"Ajarilah anak-anak bahwa lingkaran melambangkan Cinta Sejati yang tak akan pernah berhenti. Cinta adalah kasih sayang yang terus-menerus tidak hanya saat Natal , tetapi sepanjang tahun."
Kemudian dari tasnya IA mengeluarkan hiasan SINTERKLAS."Ajarilah anak-anak bahwa saya, Sinterklas, melambangkan kemurahan hati Dan segala niat baik yang Kita rasakan sepanjang bulan Desember."
Selanjutnya IA mengeluarkan sebuah HADIAH Dan berkata,"Ajarilah anak-anak bahwa Tuhan demikian mengasihi umatnya sehingga Ia memeberikan anaknya yang tunggal...."
"Terpujilah Allah atas hadiah-Nya yang demikian mengagumkan itu. Ajarilah anak-anak bahwa para majus datang menyembah sang bayi kudus Dan mempersembahkan emas, kemenyan Dan mur. Hendaklah Kita memberi dengan semangat yang sama dengan para majus."
Sinterklas kemudian mengambil tasnya, memungut sebatang PERMEN coklat berbentuk tongkat Dan menggantungkannya di pohon Natal. "Ajarilah anak-anak bahwa batangan permen ini melambangkan para gembala. Sekali waktu seekor domba berkelana pergi meninggalkan kawanannya Dan tersesat maka gembala datang Dan menuntun mereka kembali. Batang permen ini mengingatkan Kita bahwa Kita adalah penjaga saudara-saudara Kita, sekali waktu orang-orang yang telah lama pergi meninggalkan Gereja membutuhkan pertolongan untuk kembali ke pangkuan Gereja. Selayaknyalah Kita berdaya supaya untuk menjadi gembala-gembala yang baik Dan menuntun mereka pulang kerumah."
Ia memasukan tangannya lagi kedalam tas Dan mengeluarkan sebuah boneka MALAIKAT." Ajarilah anak-anak bahwa para malaikatlah yang mewartakan kabar sukacita kelahiran Sang Penyelamat. Para malaikat itu bernyanyi,"Kemuliaan bagi Allah di surga Dan damai di bumi bagi manusia." Sama seperti para malaikat di Betlehem, Kita patut mewartakan kabar gembira tersebut kepada keluarga Dan teman-teman: Immanuel - Tuhan beserta Kita!
Sekarang Sinterklas kelihatan gembira. Ia memandang saya Dan saya melihat matanya telah bersinar kembali. Ia berkata,"Ingat, ajarilah anak-anak arti Natal yang sebenarnya. Jangan menjadikan saya pusat perhatian karena saya hanyalah hamba dari Dia yang adalah arti Natal yang sebenarnya - Immanuel -Tuhan beserta Kita. Kemudian, secepat datangnya, Sinterklas tiba-tiba pergi.
Sayapun terbangun
Dan seperti biasa - Sinterklas telah datang untuk membawa hadiah bagi saya Dan anak-anak saya - suatu hadiah yang luar biasa. Sinterklas telah membantu saya mengingat kembali arti Natal yang sebenarnya - Dan arti kedatangan Yesus ke dunia. Dan saya tahu, bagi saya Dan anak-anak, Natal ini akan menjadi Natal yang terindah - karena IMMANUEL ~ Tuhan beserta Kita!
Permohonan Gadis kecil
Ketika Amy Hagadorn berjalan melewati sebuah sudut di lorong dekat kelasnya, ia berpapasan dengan seorang anak laki-laki jangkung siswa kelas lima yang berlari dari arah berlawanan. "Pakai matamu, Bodoh," maki anak laki-laki itu, setelah berhasil berkelit dari murid kelas tiga bertubuh kecil yang hampir ditabraknya. Kemudian, dengan mimik mengejek, anak laki-laki itu memegang kaki kanannya dan berjalan menirukan cara berjalan Amy yang pincang. Amy memejamkan matanya beberapa saat. Abaikan saja dia, katanya dalam hati sambil berjalan lagi menuju ke kelasnya. Akan tetapi, sampai jam pelajaran terakhir hari itu Amy masih memikirkan ejekan anak laki-laki jangkung itu. Dan, ia bukan satu-satunya orang yang mengganggunya.
Sejak Amy mulai duduk di kelas tiga, ada saja anak yang mengganggunya setiap hari, mengejek cara bicaranya atau cara berjalannya. Kadang-kadang, walaupun di dalam kelas yang penuh dengan anak-anak, ejekan-ejekan itu membuatnya merasa sendirian. Di meja makan malam itu, Amy tidak bicara. Karena tahu ada yang tidak beres di sekolah, Patti Hagadorn dengan senang hati berbagi kabar menggembirakan dengan putrinya. "Di sebuah stasion radio ada lomba membuat permohonan Natal," kata sang ibu. "Coba tulis surat kepada Santa Klaus, siapa tahu kau memenangkan hadiahnya. Kupikir setiap anak yang mempunyai rambut pirang bergelombang di meja ini harus ikut."Amy tertawa, lalu ia mengambil pensil dan kertas. "Dear Santa Klaus," tulisnya sebagai pembuka. Ketika Amy sedang asyik membuat suratnya yang paling baik, semua anggota keluarga mencoba menebak permohonannya kepada Santa Klaus. Adik Amy, Jamie, dan ibunya sama-sama menebak bahwa yang paling mungkin diminta oleh Amy adalah boneka Barbie setinggi satu meter. Ayah Amy menebak bahwa putrinya meminta sebuah buku bergambar. Akan tetapi, Amy tidak bersedia mengungkapkan permohonan Natal-nya yang rahasia.
Di stasiun radio WJLT di Fort Wayne, Indiana, suat-surat yang datang untuk mengikuti lomba Permohonan Natal tumpah seperti air bah. Para karyawan stasiun radio dengan senang hati membaca bermacam-macam hadiah yang diinginkan oleh anak-anak laki-laki dan perempuan dari seluruh kota untuk perayaan Natal. Ketika surat Amy tiba di stasium radio itu, manajer Lee Tobin membacanya dengan cermat. "Santa Klaus yang Baik, Nama saya Amy. Saya berusia sembilan tahun. Saya mempunyai masalah di sekolah. Dapatkah Anda menolong saya, Santa? Anak-anak menertawakan saya karena cara berjalan saya, cara berlari saya, dan cara bicara saya. Saya menderita cerebral palsy. Saya hanya meminta satu hari saja yang dapat saya lewati tanpa ada orang menertawai atau mengejek saya. Sayang selalu, Amy.
Hati Lee terasa nyeri ketika membaca surat itu: Ia tahu cerebral palsy adalah kelainan otot yang tampak aneh bagi teman-teman sekolah Amy. Menurutnya ada baiknya bila semua orang di Fort Wayne mendengar tentang gadis cilik dengan permohonan Natalnya yang tidak lazim. Pak Tobin menelepon sebuat koran setempat. Keesokan harinya, foto Amy dan suratnya kepada Santa mengisi halaman depan The News Sentinel. Kisah itu menyebar dengan cepat. Surat kabar, stasiun radio, dan televisi di seluruh negeri memberitakan kisah gadis cilik di Fort Wayne, Indiana, yang hanya mengajukan sebuah permohonan sederhana, namun baginya merupakan hadiah Natal paling istimewa-satu hari tanpa ejekan. Tiba-tiba, tukang pos menjadi langganan di rumah keluarga Hagadorn. Amplop berbagai ukuran yang dialamatkan kepada Amy datang setiap hari dari anak-anak dan orang dewasa dari seluruh negeri, berisi kartu-kartu ucapan selamat berlibur dan kata-kata penghiburan.
Selama masa Natal yang sibuk itu, lebih dari dua ribu orang dari seluruh dunia mengirimkan surat persahabatan dan dukungan kepada Amy. Sebagian penulis surat itu cacat; sebagian pernah menjadi sasaran ejekan ketika kanak-kanak, tetapi tiap penulis mempunyai sebuah pesan khusus bagi Amy. Lewat kartu-kartu dan surat-surat dari orang-orang asing itu, Amy merasakan sebuah dunia penuh dengan orang-orang yang betul-betul saling peduli. Ia sadar tidak ada ejekan dalam bentuk apa pun yang akan pernah membuatnya merasa kesepian. Banyak orang berterima kasih kepada Amy atas keberaniannya mengungkapkan isi hati. Yang lain mendorongnya bertahan terhadap ejekan-ejekan dan tetap tampil dengan tengadah.
Lynn, seorang siswi kelas enam dari Texas, mengirim pesan sebagai berikut: Aku senang menjadi temanmu, dan bila kau mau mengunjungi aku, kita dapat bersenang-senang. Tidak seorang pun akan mengejek kita, karena kalau mereka demikian, kita tidak usah mendengarkan. Permohonan Amy untuk menikmati satu hari khusus tanpa ada yang mengganggu terpenuhi di sekolahnya, South Wayne Elementary School. Selain itu, setiap orang di sekolah memberikan sebuah bonus tambahan. Guru dan murid berdiskusi tentang bagaimana perasaan orang yang diejek. Tahun itu, walikota Fort Wayne secara resmi menyatakan 21 Desember sebagai Hari Amy Jo Hagadorn untuk seluruh kota. Walikota menerangkan bahwa dengan keberanian mengajukan permohonan seperti itu, Amy mengajarkan sebuah pelajaran universal. "Siapa pun," kata walikota, "ingin dan berhak diperlakukan dengan hormat, bermartabat, dan hangat."
Sejak Amy mulai duduk di kelas tiga, ada saja anak yang mengganggunya setiap hari, mengejek cara bicaranya atau cara berjalannya. Kadang-kadang, walaupun di dalam kelas yang penuh dengan anak-anak, ejekan-ejekan itu membuatnya merasa sendirian. Di meja makan malam itu, Amy tidak bicara. Karena tahu ada yang tidak beres di sekolah, Patti Hagadorn dengan senang hati berbagi kabar menggembirakan dengan putrinya. "Di sebuah stasion radio ada lomba membuat permohonan Natal," kata sang ibu. "Coba tulis surat kepada Santa Klaus, siapa tahu kau memenangkan hadiahnya. Kupikir setiap anak yang mempunyai rambut pirang bergelombang di meja ini harus ikut."Amy tertawa, lalu ia mengambil pensil dan kertas. "Dear Santa Klaus," tulisnya sebagai pembuka. Ketika Amy sedang asyik membuat suratnya yang paling baik, semua anggota keluarga mencoba menebak permohonannya kepada Santa Klaus. Adik Amy, Jamie, dan ibunya sama-sama menebak bahwa yang paling mungkin diminta oleh Amy adalah boneka Barbie setinggi satu meter. Ayah Amy menebak bahwa putrinya meminta sebuah buku bergambar. Akan tetapi, Amy tidak bersedia mengungkapkan permohonan Natal-nya yang rahasia.
Di stasiun radio WJLT di Fort Wayne, Indiana, suat-surat yang datang untuk mengikuti lomba Permohonan Natal tumpah seperti air bah. Para karyawan stasiun radio dengan senang hati membaca bermacam-macam hadiah yang diinginkan oleh anak-anak laki-laki dan perempuan dari seluruh kota untuk perayaan Natal. Ketika surat Amy tiba di stasium radio itu, manajer Lee Tobin membacanya dengan cermat. "Santa Klaus yang Baik, Nama saya Amy. Saya berusia sembilan tahun. Saya mempunyai masalah di sekolah. Dapatkah Anda menolong saya, Santa? Anak-anak menertawakan saya karena cara berjalan saya, cara berlari saya, dan cara bicara saya. Saya menderita cerebral palsy. Saya hanya meminta satu hari saja yang dapat saya lewati tanpa ada orang menertawai atau mengejek saya. Sayang selalu, Amy.
Hati Lee terasa nyeri ketika membaca surat itu: Ia tahu cerebral palsy adalah kelainan otot yang tampak aneh bagi teman-teman sekolah Amy. Menurutnya ada baiknya bila semua orang di Fort Wayne mendengar tentang gadis cilik dengan permohonan Natalnya yang tidak lazim. Pak Tobin menelepon sebuat koran setempat. Keesokan harinya, foto Amy dan suratnya kepada Santa mengisi halaman depan The News Sentinel. Kisah itu menyebar dengan cepat. Surat kabar, stasiun radio, dan televisi di seluruh negeri memberitakan kisah gadis cilik di Fort Wayne, Indiana, yang hanya mengajukan sebuah permohonan sederhana, namun baginya merupakan hadiah Natal paling istimewa-satu hari tanpa ejekan. Tiba-tiba, tukang pos menjadi langganan di rumah keluarga Hagadorn. Amplop berbagai ukuran yang dialamatkan kepada Amy datang setiap hari dari anak-anak dan orang dewasa dari seluruh negeri, berisi kartu-kartu ucapan selamat berlibur dan kata-kata penghiburan.
Selama masa Natal yang sibuk itu, lebih dari dua ribu orang dari seluruh dunia mengirimkan surat persahabatan dan dukungan kepada Amy. Sebagian penulis surat itu cacat; sebagian pernah menjadi sasaran ejekan ketika kanak-kanak, tetapi tiap penulis mempunyai sebuah pesan khusus bagi Amy. Lewat kartu-kartu dan surat-surat dari orang-orang asing itu, Amy merasakan sebuah dunia penuh dengan orang-orang yang betul-betul saling peduli. Ia sadar tidak ada ejekan dalam bentuk apa pun yang akan pernah membuatnya merasa kesepian. Banyak orang berterima kasih kepada Amy atas keberaniannya mengungkapkan isi hati. Yang lain mendorongnya bertahan terhadap ejekan-ejekan dan tetap tampil dengan tengadah.
Lynn, seorang siswi kelas enam dari Texas, mengirim pesan sebagai berikut: Aku senang menjadi temanmu, dan bila kau mau mengunjungi aku, kita dapat bersenang-senang. Tidak seorang pun akan mengejek kita, karena kalau mereka demikian, kita tidak usah mendengarkan. Permohonan Amy untuk menikmati satu hari khusus tanpa ada yang mengganggu terpenuhi di sekolahnya, South Wayne Elementary School. Selain itu, setiap orang di sekolah memberikan sebuah bonus tambahan. Guru dan murid berdiskusi tentang bagaimana perasaan orang yang diejek. Tahun itu, walikota Fort Wayne secara resmi menyatakan 21 Desember sebagai Hari Amy Jo Hagadorn untuk seluruh kota. Walikota menerangkan bahwa dengan keberanian mengajukan permohonan seperti itu, Amy mengajarkan sebuah pelajaran universal. "Siapa pun," kata walikota, "ingin dan berhak diperlakukan dengan hormat, bermartabat, dan hangat."
Malam Saat Lonceng Berdentang
Memperoleh hikmat sungguh jauh melebihi memperoleh emas, dan mendapat pengertian jauh lebih berharga daripada mendapat perak. Amsal 16:16
Suatu hari, dahulu kala, sebuah gereja yang mengagumkan berdiri di sebuah bukit yang tinggi di sebuah kota yang besar. Jika dihiasi lampu-lampu untuk sebuah perayaan istimewa, gereja itu dapat dilihat hingga jauh di sekitarnya. Namun demikian ada sesuatu yang jauh lebih menakjubkan dari gereja ini ketimbang keindahannya: legenda yang aneh dan indah tentang loncengnya.
Di sudut gereja itu ada sebuah menara berwarna abu-abu yang tinggi, dan di puncak menara itu, demikian menurut kata orang, ada sebuah rangkaian lonceng yang paling indah di dunia. Tetapi kenyataannya tak ada yang pernah mendengar lonceng-lonceng ini selama bertahun-tahun. Bahkan tidak juga pada hari Natal. Karena merupakan suatu adat pada Malam Natal bagi semua orang untuk datang ke gereja membawa persembahan mereka bagi bayi Kristus. Dan ada masanya di mana sebuah persembahan yang sangat tidak biasa yang diletakkan di altar akan menimbulkan alunan musik yang indah dari lonceng-lonceng yang ada jauh di puncak menara. Ada yang mengatakan bahwa malaikatlah yang membuatnya berayun. Tetapi akhir-akhir ini tak ada persembahan yang cukup luar biasa yang layak memperoleh dentangan lonceng-lonceng itu.
Sekarang beberapa kilometer dari kota, di sebuah desa kecil, tinggal seorang anak laki-laki bernama Pedro dengan adik laki-lakinya. Mereka hanya tahu sangat sedikit tentang lonceng-lonceng Natal itu, tetapi mereka pernah mendengar mengenai kebaktian di gereja itu pada Malam Natal dan mereka memutuskan untuk pergi melihat perayaan yang indah itu.
Sehari sebelum Natal sungguh menggigit dinginnya, dengan salju putih yang telah mengeras di tanah. Pedro dan adiknya berangkat awal di siang harinya, dan meskipun cuaca dingin mereka mencapai pinggiran kota saat senja. Mereka baru saja akan memasuki salah satu pintu gerbang yang besar ketika Pedro melihat sesuatu berwarna gelap di salju di dekat jalan mereka.
Itu adalah seorang wanita yang malang, yang terjatuh tepat di luar pintu kota, terlalu sakit dan lelah untuk masuk ke kota di mana ia dapat memperoleh tempat berteduh. Pedro berusaha membangunkannya, tetapi ia hampir tak sadarkan diri. "Tak ada gunanya, Dik. Kau harus meneruskan seorang diri."
"Tanpamu?" teriak adiknya. Pedro mengangguk perlahan. "Wanita ini akan mati kedinginan jika tak ada yang merawatnya. Semua orang mungkin sudah pergi ke gereja saat ini, tetapi kalau kamu pulang pastikan bahwa kau membawa seseorang untuk membantunya. Saya akan tinggal di sini dan berusaha menjaganya agar tidak membeku, dan mungkin menyuruhnya memakan roti yang ada di saku saya."
"Tapi saya tak dapat meninggalkanmu!" adiknya memekik. "Cukup salah satu dari kita yang tidak menghadiri kebaktian," kata Pedro. "Kamu harus melihat dan mendengar segala sesuatunya dua kali, sekali untukmu dan sekali untukku. Saya yakin bayi Kristus tahu betapa saya ingin menyembahNya. Dan jika kamu memperoleh kesempatan, bawalah potongan perakku ini dan saat tak seorangpun melihat, taruhlah sebagai persembahanku."
Demikianlah ia menyuruh adiknya cepat-cepat pergi ke kota, dan mengejapkan mata dengan susah payah untuk menahan air mata kekecewaannya.
Gereja yang besar tersebut sungguh indah malam itu; sebelumnya belum pernah terlihat seindah itu. Ketika organ mulai dimainkan dan ribuan orang bernyanyi, dinding-dinding gereja bergetar oleh suaranya.
Pada akhir kebaktian tibalah saatnya untuk berbaris guna meletakkan persembahan di altar. Ada yang membawa permata, ada yang membawa keranjang yang berat berisi emas. Seorang penulis terkenal meletakkan sebuah buku yang telah ditulisnya selama bertahun-tahun. Dan yang terakhir, berjalanlah sang Raja negeri itu, sama seperti yang lain berharap ia layak untuk memperoleh dentangan lonceng Natal.
Gumaman yang keras terdengar di seluruh ruang gereja ketika sang Raja melepaskan dari kepalanya mahkota kerajaannya, yang dipenuhi batu-batu berharga, dan meletakkannya di altar. "Tentunya," semua berkata, "kita akan mendengar lonceng-lonceng itu sekarang!" Tetapi hanya hembusan angin dingin yang terdengar di menara.
Barisan orang sudah habis, dan paduan suara memulai lagu penutup. Tiba-tiba saja, pemain organ berhenti bermain. Nyanyian berhenti. Tak terdengar suara sedikitpun dari siapa saja di dalam gereja. Sementara semua orang memasang telinga baik-baik untuk mendengarkan, terdengarlah dengan perlahan-tetapi amat jelas-suara lonceng-lonceng di menara itu. Kedengaran sangat jauh tetapi sangat jelas, alunan musik itu terdengar jauh lebih manis daripada suara apapun yang pernah mereka dengar.
Maka mereka semuapun berdiri bersama dan melihat ke altar untuk menyaksikan persembahan besar apakah yang membangunkan lonceng yang telah berdiam sekian lama. Tetapi yang mereka lihat hanyalah sosok kekanak-kanakan adik laki-laki Pedro, yang telah perlahan-lahan merangkak di sepanjang lorong kursi ketika tak seorangpun memperhatikan, dan meletakkan potongan kecil perak milik Pedro di altar.
Chicken Soup for the Christian Soul
Suatu hari, dahulu kala, sebuah gereja yang mengagumkan berdiri di sebuah bukit yang tinggi di sebuah kota yang besar. Jika dihiasi lampu-lampu untuk sebuah perayaan istimewa, gereja itu dapat dilihat hingga jauh di sekitarnya. Namun demikian ada sesuatu yang jauh lebih menakjubkan dari gereja ini ketimbang keindahannya: legenda yang aneh dan indah tentang loncengnya.
Di sudut gereja itu ada sebuah menara berwarna abu-abu yang tinggi, dan di puncak menara itu, demikian menurut kata orang, ada sebuah rangkaian lonceng yang paling indah di dunia. Tetapi kenyataannya tak ada yang pernah mendengar lonceng-lonceng ini selama bertahun-tahun. Bahkan tidak juga pada hari Natal. Karena merupakan suatu adat pada Malam Natal bagi semua orang untuk datang ke gereja membawa persembahan mereka bagi bayi Kristus. Dan ada masanya di mana sebuah persembahan yang sangat tidak biasa yang diletakkan di altar akan menimbulkan alunan musik yang indah dari lonceng-lonceng yang ada jauh di puncak menara. Ada yang mengatakan bahwa malaikatlah yang membuatnya berayun. Tetapi akhir-akhir ini tak ada persembahan yang cukup luar biasa yang layak memperoleh dentangan lonceng-lonceng itu.
Sekarang beberapa kilometer dari kota, di sebuah desa kecil, tinggal seorang anak laki-laki bernama Pedro dengan adik laki-lakinya. Mereka hanya tahu sangat sedikit tentang lonceng-lonceng Natal itu, tetapi mereka pernah mendengar mengenai kebaktian di gereja itu pada Malam Natal dan mereka memutuskan untuk pergi melihat perayaan yang indah itu.
Sehari sebelum Natal sungguh menggigit dinginnya, dengan salju putih yang telah mengeras di tanah. Pedro dan adiknya berangkat awal di siang harinya, dan meskipun cuaca dingin mereka mencapai pinggiran kota saat senja. Mereka baru saja akan memasuki salah satu pintu gerbang yang besar ketika Pedro melihat sesuatu berwarna gelap di salju di dekat jalan mereka.
Itu adalah seorang wanita yang malang, yang terjatuh tepat di luar pintu kota, terlalu sakit dan lelah untuk masuk ke kota di mana ia dapat memperoleh tempat berteduh. Pedro berusaha membangunkannya, tetapi ia hampir tak sadarkan diri. "Tak ada gunanya, Dik. Kau harus meneruskan seorang diri."
"Tanpamu?" teriak adiknya. Pedro mengangguk perlahan. "Wanita ini akan mati kedinginan jika tak ada yang merawatnya. Semua orang mungkin sudah pergi ke gereja saat ini, tetapi kalau kamu pulang pastikan bahwa kau membawa seseorang untuk membantunya. Saya akan tinggal di sini dan berusaha menjaganya agar tidak membeku, dan mungkin menyuruhnya memakan roti yang ada di saku saya."
"Tapi saya tak dapat meninggalkanmu!" adiknya memekik. "Cukup salah satu dari kita yang tidak menghadiri kebaktian," kata Pedro. "Kamu harus melihat dan mendengar segala sesuatunya dua kali, sekali untukmu dan sekali untukku. Saya yakin bayi Kristus tahu betapa saya ingin menyembahNya. Dan jika kamu memperoleh kesempatan, bawalah potongan perakku ini dan saat tak seorangpun melihat, taruhlah sebagai persembahanku."
Demikianlah ia menyuruh adiknya cepat-cepat pergi ke kota, dan mengejapkan mata dengan susah payah untuk menahan air mata kekecewaannya.
Gereja yang besar tersebut sungguh indah malam itu; sebelumnya belum pernah terlihat seindah itu. Ketika organ mulai dimainkan dan ribuan orang bernyanyi, dinding-dinding gereja bergetar oleh suaranya.
Pada akhir kebaktian tibalah saatnya untuk berbaris guna meletakkan persembahan di altar. Ada yang membawa permata, ada yang membawa keranjang yang berat berisi emas. Seorang penulis terkenal meletakkan sebuah buku yang telah ditulisnya selama bertahun-tahun. Dan yang terakhir, berjalanlah sang Raja negeri itu, sama seperti yang lain berharap ia layak untuk memperoleh dentangan lonceng Natal.
Gumaman yang keras terdengar di seluruh ruang gereja ketika sang Raja melepaskan dari kepalanya mahkota kerajaannya, yang dipenuhi batu-batu berharga, dan meletakkannya di altar. "Tentunya," semua berkata, "kita akan mendengar lonceng-lonceng itu sekarang!" Tetapi hanya hembusan angin dingin yang terdengar di menara.
Barisan orang sudah habis, dan paduan suara memulai lagu penutup. Tiba-tiba saja, pemain organ berhenti bermain. Nyanyian berhenti. Tak terdengar suara sedikitpun dari siapa saja di dalam gereja. Sementara semua orang memasang telinga baik-baik untuk mendengarkan, terdengarlah dengan perlahan-tetapi amat jelas-suara lonceng-lonceng di menara itu. Kedengaran sangat jauh tetapi sangat jelas, alunan musik itu terdengar jauh lebih manis daripada suara apapun yang pernah mereka dengar.
Maka mereka semuapun berdiri bersama dan melihat ke altar untuk menyaksikan persembahan besar apakah yang membangunkan lonceng yang telah berdiam sekian lama. Tetapi yang mereka lihat hanyalah sosok kekanak-kanakan adik laki-laki Pedro, yang telah perlahan-lahan merangkak di sepanjang lorong kursi ketika tak seorangpun memperhatikan, dan meletakkan potongan kecil perak milik Pedro di altar.
Chicken Soup for the Christian Soul
Membahagiakan Orang Lain
Ada seorang pemuda terkena penyakit yang mengharuskan usus kecilnya dipotong sepanjang satu meter. Setelah operasi dilakukan, ternyata penyakit yang dideritanya tidak juga hilang. Operasi itu dilakukan sekedar membuang bagian ususnya yang sudah rusak.
Selama proses penyembuhan dari operasi, pemuda itu harus berpuasa selama 10 hari. Tidak makan dan tidak minum. Dia mendapatkan cairan tubuhnya hanya dari infus. Sesudah itu barulah dia bisa menerima minuman dan setelah beberapa hari kemudian mulai bisa makan makanan cair.
Selama berpuasa setelah operasi, saat masih terbaring di rumah sakit, istrinya menghubungi saya dan menceritakan keadaan suaminya. Lewat istrinya saya menganjurkan agar pemuda itu mengembangkan pikiran yang penuh cinta kasih.
Setelah keluar dari rumah sakit, pemuda itu datang menemui saya. Dia mengatakan bahwa saat terbaring di rumah sakit - saat merasakan kesakitan yang besar dan merasa sedih karena ternyata penyakitnya tidak bisa disembuhkan - sulit bagi dirinya untuk mengembangkan pikiran penuh cinta kasih.
Dia berkata "Saya sendiri sangat membutuhkan pertolongan. Keadaan saya sangat buruk. Bagaimana mungkin saya bisa mengembangkan pikiran cinta kasih? Bukankah saya sendiri yang sebenarnya harus dikasihani?"
Saya berkata, "Sejak Anda mulai memikirkan diri sendiri, sejak Anda mulai menuntut, maka pada saat itulah Anda mulai merasa menderita. Sebaliknya, sejak Anda mulai memikirkan orang lain, mengharapkan orang lain bahagia, justru pada saat itulah Anda mulai merasa bahagia. Dengan mengembagnkan pikiran penuh cinta kasih, saya berharap semoga penderitaan yang Anda rasakan bisa berkurang."
Pemuda-pemudi ketika masih berpacaran, mereka sangat memperhatikan pasangannya. Mereka berusaha saling membahagiakan pasangannya. Oleh karena ingin membahagiakan pasangannya, perasaan mereka dipenuhi kebahagiaan. Tetapi setelah menikah, biasanya mereka mulai banyak berharap kepada pasangannya.
Mereka menuntut pasangannya untuk ini dan itu, menuntut pasangannya untuk bersikap begini dan begitu. Ketika mereka mulai memikirkan diri sendiri dan mulai banyak menuntut, pada saat itulah penderitaan mulai datang.
Penderitaan datang saat kita menuntut orang lain untuk membahagiakan kita. Sebaliknya, kebahagiaan datang justru saat kita ingin membahagiakan orang lain.
(Dikutip dari buku : Bersahabat Dengan Kehidupan – Sri Pannyavaro)
Selama proses penyembuhan dari operasi, pemuda itu harus berpuasa selama 10 hari. Tidak makan dan tidak minum. Dia mendapatkan cairan tubuhnya hanya dari infus. Sesudah itu barulah dia bisa menerima minuman dan setelah beberapa hari kemudian mulai bisa makan makanan cair.
Selama berpuasa setelah operasi, saat masih terbaring di rumah sakit, istrinya menghubungi saya dan menceritakan keadaan suaminya. Lewat istrinya saya menganjurkan agar pemuda itu mengembangkan pikiran yang penuh cinta kasih.
Setelah keluar dari rumah sakit, pemuda itu datang menemui saya. Dia mengatakan bahwa saat terbaring di rumah sakit - saat merasakan kesakitan yang besar dan merasa sedih karena ternyata penyakitnya tidak bisa disembuhkan - sulit bagi dirinya untuk mengembangkan pikiran penuh cinta kasih.
Dia berkata "Saya sendiri sangat membutuhkan pertolongan. Keadaan saya sangat buruk. Bagaimana mungkin saya bisa mengembangkan pikiran cinta kasih? Bukankah saya sendiri yang sebenarnya harus dikasihani?"
Saya berkata, "Sejak Anda mulai memikirkan diri sendiri, sejak Anda mulai menuntut, maka pada saat itulah Anda mulai merasa menderita. Sebaliknya, sejak Anda mulai memikirkan orang lain, mengharapkan orang lain bahagia, justru pada saat itulah Anda mulai merasa bahagia. Dengan mengembagnkan pikiran penuh cinta kasih, saya berharap semoga penderitaan yang Anda rasakan bisa berkurang."
Pemuda-pemudi ketika masih berpacaran, mereka sangat memperhatikan pasangannya. Mereka berusaha saling membahagiakan pasangannya. Oleh karena ingin membahagiakan pasangannya, perasaan mereka dipenuhi kebahagiaan. Tetapi setelah menikah, biasanya mereka mulai banyak berharap kepada pasangannya.
Mereka menuntut pasangannya untuk ini dan itu, menuntut pasangannya untuk bersikap begini dan begitu. Ketika mereka mulai memikirkan diri sendiri dan mulai banyak menuntut, pada saat itulah penderitaan mulai datang.
Penderitaan datang saat kita menuntut orang lain untuk membahagiakan kita. Sebaliknya, kebahagiaan datang justru saat kita ingin membahagiakan orang lain.
(Dikutip dari buku : Bersahabat Dengan Kehidupan – Sri Pannyavaro)