Thursday, September 16, 2010
Ini adalah sebuah kisah nyata.
Seorang bapak sedang berjalan di gang yang agak gelap itu menuju ke rumahnya, dan pada saat itu dia memperhatikan suatu keributan dari semak-semak tak jauh dari jalan. Hatinya berdebar-debar ketakutan pada saat suara yang aneh itu menjadi makin jelas: nafas berat seorang laki-laki, suara perempuan yang sepertinya berusaha melawan dan bunyi baju yang disobek. Beberapa meter dari tempat ia berdiri, ada seorang perempuan yang sedang diserang!
Apakah dia harus menolong? Dia begitu ketakutan demi keselamatan diri sendiri sehingga ia sempat memikirkan untuk pulang saja melalui jalan yang lain.
Bagaimana jika dia sendiri yang celaka gara-gara mau membantu? Atau barangkali lebih baik cari pos polisi dan melapor? Dia tidak ingat lagi berapa lama waktu yang berlalu sambil dia terpaku di tempatnya, tetapi yang jelas adalah suara dari si perempuan itu makin melemah! Dia tahu bahwa dia harus bertindak secepat mungkin. Bagaimana mungkin dia bisa tega meninggalkan seorang yang sungguh dalam kesulitan? Tidak, akhirnya dia memutuskan, dia tidak bisa meninggalkan perempuan yang dalam keadaan diserang itu, walaupun itu berarti mempertaruhkan nyawanya. Dia bukanlah seorang pemberani ataupun berbadan atletis, tapi saat dia mengambil keputusan untuk menolong, dia lari ke sumber suara tadi dan menarik laki-laki dari perempuan itu. Mereka jatuh bersama ke tanah dan mereka bergulat untuk beberapa saat sampai si penjahat itu lari dan menghilangkan diri.
Terengah-engah, dia berdiri dan mendekati perempuan itu yang meringkuk di belakang pohon dan menangis. Dalam kegelapan dia hanya bisa melihat bayangannya, tapi jelas bahwa perempuan itu sangat ketakutan. Karena tidak ingin membuatnya lebih takut lagi, dia berbicara dari jarak agak jauh. “Sudah ’nak,” dia berkata dengan suara menenangkan, “orangnya telah lari. Kamu sudah aman sekarang.” Ada saat diam yang cukup lama, kemudian dia mendengar suara itu yang membuatnya merinding. “Ayah, itukah kamu?” Dari belakang pohon muncullah anak perempuannya sendiri.
No comments:
Post a Comment