Sunday, May 29, 2011
"Playing God"
Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang.
Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.
*****
Sebenarnya yang diburu manusia bukanlah uang, tapi apa yang bisa dilakukan dengan uang.
Dengan uang, manusia “seolah” keluar dari keterbatasannya,
dan menjadi tidak terbatas, sama seperti Allah yang menciptakan manusia,
Semakin banyak uang yang dimiliki, maka semakin manusia bebas dari keterbatasannya,
Karena dengan uang, manusia bisa membeli, memiliki dan menikmati apa saja yang dikehendaki,
Itulah pikiran sebagian manusia saat memburu uang, bahkan menyiksa dirinya untuk mendapatkan uang.
Persepsi yang diciptakan iklan dan para penjual adalah, jika Anda punya uang, maka segala kenikmatan,
kemudahan, kemewahan, Anda bisa dapatkan.
Jika punya tabungan minimal 500 juta rupiah, maka bisa menjadi nasabah prioritas,
Tidak perlu antri, dapat layanan khusus dengan berbagai kemudahan dari perbankan.
Jika punya dana di atas 1 milyar, bisa membeli mobil mewah, jok kulit dengan kesempurnaan interior,
Dirancang untuk memberikan keamanan tertinggi jika ada kecelakaan, bahkan kaca tahan peluru.
Jika punya uang berlebih, tidak perlu takut menghadapi macet Jakarta, karena bisa sewa helikopter,
Yang sewanya bisa mencapai 1.700 USD / jam. Jadi sekali ke bandara bisa sekitar 15 juta rupiah.
Dengan uang yang berlimpah, seorang anak gadis bisa beli ganti model baju tiap hari, tas, sepatu,
Dan ditopang life style selalu punya ‘gadget’ terbaru yang belum dimiliki teman-temannya.
Dengan dana yang kuat, seorang anak muda bisa memuaskan hoby otomotif yaitu modifikasi mobil ,
Nongkrong di café mahal dan koleksi jam mewah.
Seorang ibu rajin sekali datang ke pesta, karena ingin menunjukkan koleksi tas terbarunya,
Yang bisa berharga ratusan juta satu buah tas.
Seorang ibu yang sedang lagi sorotan berita karena perkara korupsi di negeri ini,
Dikabarkan di satu majalah nasional, mempunyai koleksi satu lemari tas Hermes dan Louis Vuitton.
Ada satu tas Hermes model Birkin, harganya Rp. 948 juta.
Jika diurut, akan banyak sekali tawaran yang bisa dilakukan dengan memiliki uang,
Sampai kemudian tidak peduli dengan hukum, aturan dan etika, bahkan tidak peduli dengan Tuhan.
Dengan uang banyak manusia ingin “Playing God”, bertindak seolah dia Tuhan.
Apalagi dengan suasana seperti Indonesia, dimana masih banyak hal yang bisa dibeli.
Banyak berita, polisi, jaksa, hakim, disogok untuk bertindak sesuai keinginan si penyogok,
Hukum dijadikan seperti komoditas dagang, yang ada harganya.
Jika bayar sekian, hanya dituntut ini saja, bahkan bisa jadi bebas.
Bahkan sudah masuk penjara sekalipun, dengan uang bisa mengatur fasilitas,
Termasuk keluar masuk penjara, melanggar semua aturan yang ditetapkan.
Dengan uang citra seseorang bisa dibentuk, di bombardir dengan iklan, team sukses dan amplop,
Maka itu bisa terjadi, seorang yang sedang jadi tersangka korupsi bisa menang di pemilu kepala daerah.
Seorang anak muda, yang tidak punya pengalaman politik apapun, terpilih menjadi bupati,
Hanya karena didukung modal kampanye yang sangat kuat, dibanding para pesaingnya.
Untuk memiliki uang, apalagi sampai berlimpah, tidaklah mudah.
Dengan kerja keras, barangkali orang bisa punya uang,
tapi hanyalah ’sebatas cukup’ dengan berbagai keterbatasan.
Tapi untuk bisa mempunyai banyak uang, sampai level bisa menembus banyak keterbatasan,
Maka banyak manusia melakukan hal melanggar hukum, aturan dan etika.
Itulah yang disebut cinta akan uang adalah akar dari segala kejahatan
Korupsi, adalah hal paling mudah kita temukan, karena sudah 13 tahun semenjak reformasi 1998,
Menjadi issue tiap hari di tengah-tengah bangsa ini.
Bagi yang tidak punya kesempatan korupsi, maka melakukan hal-hal yang sesuai konteks dirinya.
Ada anak gadis yang merelakan diri jadi kaki tangan bandar narkoba, ada yang jadi ’simpanan’ orang berduit, dll
Demi menunjang gaya hidup hedonis.
Pada ujungnya, kita sering melihat dan membaca, akhir dari “cinta uang’ adalah siksaan,
Baik secara langsung atapun setelah jangka panjang.
Tapi itulah manusia, walau fakta sudah menunjukan seperti itu,
tapi masih terus muncul (bahkan makin hebat) perilaku dan gaya hidup cinta uang.
Kita perlu bersikap, supaya tidak jatuh dalam hidup cinta uang.
Bagaimana caranya ?
Langkah pertama adalah belajar hidup dalam keterbatasan.
Itu adalah salah satu senjata efektif melawan godaan kejahatan karena uang.
Mencukupkan diri dengan apa yang sah menjadi milik dan hak kita.
Manusia boleh mempunyai ambisi untuk menaikkan taraf hidup,
rumah sendiri, supaya tidak kontrak, atau rumah yang lebih besar,
punya mobil daripada naik motor terus, atau mobil yang lebih mewah,
jalan-jalan keluar negeri, (masak hanya dalam negeri terus ?),
tabungan atau investasi di masa tua, dan berbagai jenis keinginan manusia.
Tapi janganlah akibat cita-cita tersebut (yang butuh uang untuk mewujudkannya),
Kita menjadi hamba uang dan bahkan mau (rela) melakukan kejahatan demi mencapai tujuan.
Yesus sangat jelas meneladankan kemampuan hidup dalam keterbatasan.
Dia adalah Tuhan, yang tidak terbatas keberadaanNya, tapi Dia rela menjadi manusia,
Yang terbatas dari lahir, bahkan lahir sangat sederhana dalam kandang di kesunyiaan.
Sepanjang hidup, Yesus tidak pernah diceritakan hidup berlimpah secara materi
tapi Dia hidup berlimpah dalam kasih dan perhatian kepada manusia.
Kita butuh uang, kita perlu uang,
Untuk beli beras, bayar listrik, beli pakaian.
Bahkan dengan memiliki uang yang lebih dari kita butuhkan,
Kita bisa menolong orang lain dalam kebutuhan hidupnya.
Tapi uang bukanlah tujuan hidup, walau memang kita perlu uang untuk hidup.
Apa yang menjadi fokus hidup kita di dunia ini ?
*****
Sumber: milis.
No comments:
Post a Comment