Sunday, July 24, 2011
CIRCULAR MIL
Siang itu, di tengah belantara Guyana, tahun 1921, William Beebe, seorang peneliti alam, melihat pemandangan aneh yang tak akan pernah ia lupakan seumur hidupnya. Pemandangan itu dicatatnya di buku harian. ”Serombongan semut merah berputar-putar membentuk lingkaran yang sangat besar. Lingkaran itu berdiameter sekitar 100 m...eter dan seekor semut membutuhkan dua setengah jam untuk mengitarinya. Semut-semut itu berjalan mengitari lingkaran tersebut terus menerus selama dua hari sampai mereka semua satu demi satu mati kelelahan…”
Apa yang dilihat oleh Beebe kerap disebut “circular mill”. Kincir raksasa yang tercipta oleh sepasukan semut yang terpisah dari koloninya. Alih-alih mencari jalan menemukan koloninya, ketika mereka tersesat, mereka mengikuti aturan sederhana: mengikuti semut di depannya. Hasilnya adalah kincir raksasa tersebut. Kincir itu hanya bisa dipecahkan apabila ada salah satu semut yang berpandangan jauh ke depan, berani menerobos, mencari jalan baru, lalu diikuti oleh semut di belakangnya.
Dalam kerangka yang lebih luas, perilaku semut itu bisa dilakukan oleh manusia. Ungkapan bijak Monkey See, Monkey Do sering digunakan untuk menggambarkan keterjebakan manusia dalam melakukan suatu hal tanpa memahami esensinya. Sikap terjebak dalam circular mill atau monkey see, monkey do bisa saja bermakna positif kalau diterapkan dalam jangka pendek. Namun hal ini akan sangat berbahaya bila dilakukan terus menerus, karena kita dapat terjebak pada sebuah kekosongan aksi, pandangan jangka pendek, dan kurangnya visi. Akibatnya kita hanya akan menjadi pengikut dan peniru orang lain.
Kadang kita masih sering menjumpai perilaku seperti itu dalam kehidupan beragama, budaya ikut-ikutan seperti istilah anak muda sekarang “go with the flow aja deh” yang sering membuat kita terhanyut dalam kehampaan makna menghayati iman kita.
Pada akhirnya ketika masalah menghampiri, kita jatuh pada krisis iman yang setiap saat bisa merengut kedamaian hati kita.
Jika kita ingin memiliki iman yang hanya sebesar biji sesawi saja, kita harus mempunyai “pengetahuan” akan iman kita dan janganlah kita memenjarakan iman kita dalam “circular mill” yang melelahkan dan akhirnya membuat iman kita lemas tak berdaya.
Doakanlah kami senantiasa Bunda Penolong Abadi, agar kami senantiasa menemukan jalan yang lurus menuju Putramu, Tuhan kami Jesus Kristus. AD JESUM PER MARIAM
No comments:
Post a Comment