Wednesday, July 28, 2010

Kisah Sebuah Arloji

Ada seorang tukang kayu. Suatu saat ketika sedang bekerja, secara tak disengaja
arlojinya terjatuh dan terbenam di antara tingginya tumpukan serbuk kayu. Arloji
itu adalah sebuah hadiah dan telah dipakainya cukup lama. Ia amat mencintai
arloji tersebut. Karenanya ia berusaha sedapat mungkin untuk menemukan kembali
arlojinya. Sambil mengeluh mempersalahkan keteledoran diri sendiri si tukang
kayu itu membongkar tumpukan serbuk yang tinggi itu.

Teman-teman pekerja yang lain juga turut membantu mencarinya. Namun sia-sia
saja. Arloji kesayangan itu tetap tak ditemukan. Tibalah saat makan siang. Para
pekerja serta pemilik arloji tersebut dengan semangat yang lesu meninggalkan
bengkel kayu tersebut.

Saat itu seorang anak yang sejak tadi memperhatikan mereka mencari arloji itu,
datang mendekati tumpukan serbuk kayu tersebut. Ia menjongkok dan mencari. Tak
berapa lama berselang ia telah menemukan kembali arloji kesayangan si tukang
kayu tersebut. Tentu si tukang kayu itu amat gembira. Namun ia juga heran,
karena sebelumnya banyak orang telah membongkar tumpukan serbuk namun sia-sia.
Tapi anak ini cuma seorang diri saja, dan berhasil menemukan arloji itu.

"Bagaimana caranya engkau mencari arloji ini ?", tanya si tukang kayu.

"Saya hanya duduk secara tenang di lantai. Dalam keheningan itu saya bisa
mendengar bunyi tik-tak, tik-tak. Dengan itu saya tahu di mana arloji itu
berada", jawab anak itu.

Keheningan adalah pekerjaan rumah yang paling sulit diselesaikan selama hidup.
Sering secara tidak sadar kita terjerumus dalam seribu satu macam 'kesibukan dan
kegaduhan'. Ada baiknya kita menenangkan diri kita terlebih dahulu sebelum mulai
melangkah menghadapi setiap permasalahan.

"Segenggam ketenangan lebih baik dari pada dua genggam jerih payah dan usaha
menjaring angin." (Pengkhotbah 4:6)

No comments:

Post a Comment