Thursday, September 16, 2010

1001 Burung Kertas


James dan Mary adalah sepasang kekasih yang serasi walaupun keduanya berasal dari keluarga yang jauh berbeda latar belakangnya. Keluarga Mary berasal dari keluarga kaya raya dan serba berkecukupan, sedangkan keluarga James hanyalah keluarga seorang petani miskin yang menggantungkan kehidupannya pada tanah sewaan.

Dalam kehidupan mereka berdua, James sangat mencintai Mary. James telah melipat 1000 buah burung kertas untuk Mary dan Mary kemudian menggantungkan burung-burung kertas tersebut pada kamarnya. Dalam tiap burung kertas tersebut James telah menuliskan harapannya kepada Mary. Banyak sekali harapan yang telah James ungkapkan kepada Mary. “Semoga kita selalu saling mengasihi satu sama lain”,”Semoga Tuhan melindungi Mary dari bahaya”,”Semoga kita mendapatkan kehidupan yang bahagia”,dsb. Semua harapan itu telah disimbolkan dalam burung kertas yang diberikan kepada Mary.

Suatu hari James melipat burung kertasnya yang ke 1001. Burung itu dilipat dengan kertas transparan sehingga kelihatan sangat berbeda dengan burung-burung kertas yang lain. Ketika memberikan burung kertas ini, James berkata kepada Mary: “ Mary, ini burung kertasku yang ke 1001. Dalam burung kertas ini aku mengharapkan adanya kejujuran dan keterbukaan antara aku dan kamu. Aku akan segera melamarmu dan kita akan segera menikah. Semoga kita dapat mencintai sampai kita menjadi kakek nenek dan sampai Tuhan memanggil kita berdua ! “

Saat mendengar James berkata demikian, menangislah Mary. Ia berkata kepada James : “ James, senang sekali aku mendengar semua itu, tetapi aku sekarang telah memutuskan untuk tidak menikah denganmu karena aku butuh uang dan kekayaan seperti kata orang tuaku!” Saat mendengar itu James pun bak disambar geledek. Ia kemudian mulai marah kepada Mary. Ia mengatai Mary matre, orang tak berperasaan, kejam, dan sebagainya. Akhirnya James meninggalkan Mary menangis seorang diri.

James mulai terbakar semangatnya. Ia pun bertekad dalam dirinya bahwa ia harus sukses dan hidup berhasil. Sikap Mary dijadikannya cambuk untuk maju dan maju. Dalam Sebulan usaha James menunjukkan hasilnya. Ia diangkat menjadi kepala cabang di mana ia bekerja dan dalam setahun ia telah diangkat menjadi manajer sebuah perusahaan yang bonafide dan tak lama kemudian ia mempunyai 50% saham dari perusahaan itu. Sekarang tak seorangpun tak kenal James, ia adalah bintang kesuksesan.

Suatu hari James pun berkeliling kota dengan mobil barunya. Tiba-tiba dilihatnya sepasang suami-istri tua tengah berjalan di dalam derasnya hujan. Suami istri itu kelihatan lusuh dan tidak terawat. James pun penasaran dan mendekati suami istri itu dengan mobilnya dan ia mendapati bahwa suami istri itu adalah orang tua Mary. James mulai berpikir untuk memberi pelajaran kepada kedua orang itu, tetapi hati nuraninya melarangnya sangat kuat. James membatalkan niatnya dan ia membuntuti kemana perginya orang tua Mary.

James sangat terkejut ketika didapati orang tua Mary memasuki sebuah makam yang dipenuhi dengan burung kertas. Ia pun semakin terkejut ketika ia mendapati foto Mary dalam makam itu. James pun bergegas turun dari mobilnya dan berlari ke arah makam Mary untuk menemui orang tua Mary.

Orang tua Mary pun berkata kepada James :”James, sekarang kami jatuh miskin. Harta kami habis untuk biaya pengobatan Mary yang terkena kanker rahim ganas. Mary menitipkan sebuah surat kepada kami untuk diberikan kepadamu jika kami bertemu denganmu.” Orang tua Mary menyerahkan sepucuk surat kumal kepada James.

James membaca surat itu. “James, maafkan aku. Aku terpaksa membohongimu. Aku terkena kanker rahim ganas yang tak mungkin disembuhkan. Aku tak mungkin mengatakan hal ini saat itu, karena jika itu aku lakukan, aku akan membuatmu jatuh dalam kehidupan sentimentil yang penuh keputusasaan yang akan membawa hidupmu pada kehancuran. Aku tahu semua tabiatmu James, karena itu aku lakukan ini. Aku mencintaimu James................................
Mary “

Setelah membaca surat itu, menangislah James. Ia telah berprasangka terhadap Mary begitu kejamnya. Ia pun mulai merasakan betapa hati Mary teriris-iris ketika ia mencemoohnya, mengatainya matre, kejam dan tak berperasaan. Ia merasakan betapa Mary kesepian seorang diri dalam kesakitannya hingga maut menjemputnya, betapa Mary mengharapkan kehadirannya di saat-saat penuh penderitaan itu. Tetapi ia lebih memilih untuk menganggap Mary sebagai orang matre tak berperasan.Mary telah berkorban untuknya agar ia tidak jatuh dalam keputusasaan dan kehancuran.

Cinta bukanlah sebuah pelukan atau ciuman tetapi cinta adalah pengorbanan untuk orang yang sangat berarti bagi kita

No comments:

Post a Comment