Friday, September 9, 2011

Doa Seorang Kristen Non Katolik

Seorang anak Protestan kecil berusia enam tahun telah sering mendengar teman-teman Katoliknya mendaraskan doa “Salam Maria”. Dia sangat menyukai doa tersebut sehingga dia menyalinnya, menghafalkannya dan kerap kali mendaraskannya sendiri setiap hari. ‘Mama, coba lihat, ini sebuah doa yang sangat indah,” dia berkata kepada ibunya pada suatu hari.

“Jangan sekali-kali mengucapkan doa itu lagi,”jawab ibunya. “Itu sebuah doa yang takhyul dari orang-orang Katolik yang menyembah berhala dan mengira Maria itu seorang Dewi. Lagi pula, dia kan hanya seorang wanita biasa saja seperti kita. Ambillah Alkitabmu dan bacalah. Alkitab berisi segala sesuatu yang harus kita lakukan.” Mulai dari hari itu anak kecil itu tidak lagi membaca doa harian “Salam Maria”-nya dan sebaliknya memberikan waktunya untuk membaca Alkitab.

Pada suatu hari, ketika sedang membaca Injil, dia bertemu bacaan tentang Pemberitahuan Malaikat kepada Bunda kita. Penuh sukacita, anak laki-laki kecil itu berlari kepada ibunya dan berkata: “Ibu, saya temukan ‘Salam Maria’ di dalam Alkitab yang bunyinya: “Salam penuh rahmat, Tuhan beserta engkau, terpujilah engkau di antara wanita.’ Mengapa ibu katakan ini sebuah doa yang takhyul?”

Pada kesempatan lain dia menemukan Salam St. Elisabeth yang indah kepada Perawan Maria dan MAGNIFICAT yang indah di mana Maria meramalkan bahwa “segala keturunan akan menyebutnya terberkati.”

Dia tidak pernah berkata tentang hal itu kepada ibunya lagi dan mulai mendaraskan “Salam Maria” setiap harinya seperti dulu. Dia merasakan kesenangan yang luar biasa menujukan kata-kata yang indah itu kepada Bunda Yesus, Juruselamat kita. Ketika dia berumur empat belas tahun, dia pada suatu hari mendengarkan sebuah diskusi tentang Bunda kita di antara para anggota keluarganya. Setiap orang mengatakan bahwa Maria adalah seorang wanita biasa seperti wanita-wanita lain. Anak laki-laki itu, setelah mendengarkan penelaahan mereka yang salah tidak dapat lagi menahan dirinya, dan dengan penuh kemarahan, dia memotong pembicaraan mereka dan berkata:

“Maria tidak seperti anak Adam yang manapun, yang dinodai dengan dosa. Tidak! Malaikat menggelari dia PENUH RAHMAT DAN DIBERKATI DI ANTARA WANITA. Maria adalah ibunda Yesus dan otomatis Bunda Allah. Tidak ada kehormatan lain yang lebih tinggi dari itu. Kitab Injil mengatakan bahwa keturunan demi keturunan akan menyatakan dia diberkati (terpuji) dan kalian semua sedang mencoba merendah dia dan menghina dia. Semangat kalian bukanlah semangat Injil atau semangat Alkitab yang kalian proklamirkan sebagai fondasi agama Kristen.”

Begitu dalam kesan yang ditimbulkan dari pembicaraan anak laki-laki tersebut sehingga ibunya beberapa kali berteriak dengan sedih: “Ya Allah! Saya takut bahwa anak saya ini suatu hari kelak akan bergabung dengan agama Katolik, agamanya para Paus!” Dan benar, tak berapa lama kemudian, setelah mempelajari secara serius Protestantisme dan Katolikisme, anak laki-laki itu kemudian menemukan agama Katolik sabagai satu-satunya agama yang benar dan menjadi salah satu rasul yang paling giat.

Tak berapa lama setelah pertobatannya, dia bertemu saudara perempuannya yang telah menikah yang menegurnya dan berkata dengan gusarnya: “Engkau tidak tahu betapa aku mencintai anak-anakku. Tetapi sekiranya siapa saja dari anak-anakku ingin menjadi seorang Katolik, aku tidak akan segan menusuk jantungnya dengan pisau daripada mengizinkan dia memeluk agama para Paus itu!”

Kemarahannya sama dengan sifat St. Paulus sebelum dia bertobat. Tapi, dia pun akan merubah jalan hidupnya, sama seperti St. Paulus juga bertobat dalam perjalanannya ke Damaskus. Kebetulan terjadilah bahwa salah satu anak laki-lakinya sakit parah dan para dokter menyerah. Saudara laki-lakinya kemudian mendekati dia dan berkata dengan penuh kasih sayang, katanya:“Saudariku, engkau tentu saja ingin sekali anakmu sembuh. Baiklah, kerjakanlah apa yang saya minta kamu kerjakan ini. Ikuti saya, marilah kita berdoa satu kali “Salam Maria” dan berjanjilah kepada Allah bahwa jika kesehatan anakmu pulih, engkau akan dengan serius mempelajari doktrin Katolik, dan sekiranya engkau berkesimpulan bahwa agama Katolik adalah satu-satunya agama yang benar, engkau akan memeluknya tak perduli apa pun pengorbanannya.”

Saudarinya agak enggan pertama-tama, tetapi karena dia begitu menginginkan kesembuhan untuk puteranya, dia menerima usulan dari saudara laki-lakinya dan mendaraskan “Salam Maria” bersama-sama dia. Keesokan harinya anaknya sembuh. Sang ibu memenuhi janjinya dan dia pun mempelajari doktrin Katolik. Setelah masa persiapan yang panjang dia menerima Baptisan bersama-sama dengan seluruh keluarganya, sambil berterima kasih kepada saudara laki-lakinya karena telah menjadi rasul kepadanya.

Kisah ini diceritakan dalam sebuah khotbah yang diberikan oleh Romo Tuckwell. “Saudara-saudara,” dia melanjutkan dan berkata, “anak laki-laki yang menjadi Katolik dan menobatkan saudara perempuannya kepada agama Katolik itu membaktikan seluruh hidupnya kepada pelayanan Allah. DIA ADALAH PASTUR YANG SEDANG BERKHOTBAH KEPADA KALIAN SEKARANG INI. Apa adanya saya, saya berhutang budi kepada Bunda kita. Kalian juga, saudara-saudaraku, berdedikasilah sepenuhnya kepada Bunda kita dan jangan lewatkan satu hari pun tanpa mengucapkan doa yang indah itu, “Salam Maria”, dan Rosario kalian.

No comments:

Post a Comment