Daniel adalah bungsu dari tujuh bersaudara.Mereka bertujuh semua nya tinggal di kota. Masing-masing telah berkeluarga dan mempunyai pekerjaan yang mapan. Kedua orang tua mereka tinggal di desa, karena lebih betah tinggal di kampung daripada tinggal di kota.
Suatu hari, ibu mereka meninggal dunia. Daniel bersama semua saudaranya pulang ke kampung halaman mereka dan meratapi kematian ibunya.
Sebelum mereka kembali ke kota. Daniel berkumpul bersama saudaranya serta ayahnya yang telah berumur 78 tahun.
Daniel bertanya kepada ayahnya : "Pa,...Kini mama udah meninggal tidak mungkin papa tinggal sendirian di kampung.
Diantara kami bertujuh, papa mau tinggal sama siapa ?"
Ayahnya terdiam tidak bisa menjawab. Anak pertamanya menyahut :"kayaknya papa paling sayang sama anak no 2 deh. sebaiknya papa ikut dia saja"
Anak no 2 menjawab ; "Pa... saya bukannya nggak mau papa ikut saya, tapi rumah saya kecil tidak ada kamar."
Anak no 3 menyahut : "Bukannya rumahmu ada kamar tamu yang nggak kepakai ? "
Timbullah pertengkaran hebat, ternyata masing-masing tidak mau diikuti oleh ayahnya yang sudah tua dengan berbagai alasan.
Terakhir anak ke 4 memberikan jalan tengah. "Baiklah mendingan kita gaji seseorang untuk menjaga papa saja di kampung. Jadi papa tetap di kampung,
karena udara kampung lebih baik buat papa." Padahal Ayahnya tahu bahwa semua adalah alasan yang diciptakan anak-anaknya untuk menyatakan ketidaksediaan mereka menampung ayah mereka di rumahnya masing-masing.
Ayahnya menangis dalam hatinya...
Akhirnya ayahnya berkata : "Sudahlah... anak-anakku. Papa masih sehat. Papa masih bisa sendirian dan masih betah di kampung. Kalian tidak usah memboroskan uang kalian untuk menggaji orang temanin papa di sini"
Mendengar itu semua, Daniel berkata : "Pa... Papa tinggal di rumah saya saja. Papa udah sakit-sakitan. Jika papa berkenan, Daniel bersama keluarga Daniel akan merawat papa."
Mendengar itu legalah hati Keenam saudara Daniel yang lain sambil berkata satu sama lain : "Daniel pantas/harus melakukan hal itu, karena dulu papa paling sayang pada Daniel waktu kecil."
Kata-kata itu sebenarnya bukan kenyataan, tapi hanya untuk menentramkan hati mereka yang didera rasa bersalah.
Lalu kata anak no 5 nya : "Iya Pa, tinggal saja di rumah daniel.
Nanti kami semua tiap hari akan menjenguk papa di rumah daniel."
Saudara daniel yang lain bagaikan Koor menjawab dengan senang hati : IYA PA KAMI JUGA !!!"
Singkat cerita, Ayahnya sudah tinggal di rumah Daniel.
Namun apa yang terjadi, minggu pertama saudara-saudara daniel rajin berkunjung menjenguk ayahnya. Namun hanya minggu pertama.
Selebihnya sebulan juga tidak ada sekali, sampai 4 tahun kemudian. Ketika Ayahnya mau meninggal, hanya Daniel dan keluarganya yang menemani ayahnya.
Daniel tidak merasa kesal atas sikap saudara-saudaranya. Namun yang paling tidak disuka Daniel adalah mendengar alasan saudaranya yang berkata :
"Soalnya dulu papa galak sih, jadi kita tidak bisa akrab sama papa."
Setelah setahun ayahnya meninggal. Daniel jatuh dalam kesulitan ekonomi. Semua saudara mencemooh dia.
Sedangkan ke enam saudaranya pulang ke kampung, membuat acara peringatan yang besar satu tahun meninggalnya papa mereka sambil meratap di tengah sanak kenalan yang hadir dan Berkata dengan tersedu-sedu :
"papa pasti sudah di Surga, karena saya tiap hari mendoakannya."
Hm....
Tiga tahun kemudian. Daniel menjadi seorang pengusaha sukses yang mulia.
Dalam salah satu konferensi Pers, seorang wartawan bertanya kepada
Daniel : "Apa yang Bapak rasakan ketika Bapak jatuh miskin dan dicemooh orang sekitar ?"
Daniel menjawab : "Saat itu Tuhan sedang memperbaharui hidup saya. Dan itulah yang dinamakan sakit ketika hendak melahirkan. setelah anak itu lahir, ibunya akan merasakan kelegaan dan kebahagiaan yang tiada tara"
===================
Renungan :
Apakah kita sering menjadi "orang munafik" seperti saudara-saudara Daniel ?
Doa :
Tuhan Yesus, ampunilah kami orang berdosa ini. Amen.
Tuhan memberkati.....
No comments:
Post a Comment